Permasalahan yang masih menjadi perhatian di Indonesia adalah sampah. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di Indonesia, seperti menyediakan tempat daur ulang untuk sampah plastik, kaca, maupun kaleng. Akan tetapi, untuk sampah organik khususnya sampah rumah tangga masih belum dikelola dengan baik. Sampah organik memang dapat diurai seiring berjalannya waktu, namun sampah yang dibiarkan menumpuk begitu saja tentu akan menimbulkan permasalahan baru.
Indonesia yang menghasilkan limbah dapur sebanyak 23-48 juta ton/tahun, menjadikan Indonesia menjadi negara penghasil sampah makanan terbanyak di Asia Tenggara (Nada Naurah,2022). Limbah dapur ini sebagian besar dihasilkan dari aktivitas memasak di rumah tangga dan industri makanan. Namun, hingga saat ini penanganan terhadap limbah dapur masih belum tepat sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan pembentukan gas rumah kaca.
Menanggapi permasalahan tersebut, perlu adanya solusi untuk pengolahan limbah dapur yang tidak menimbulkan pencemaran. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mengkonversi limbah dapur menjadi sumber energi, dalam hal ini adalah menjadi biohidrogen melalui proses fermentasi. Gas hidrogen yang dihasilkan dari proses tersebut memiliki potensi sebagai sumber energi terbarukan yang bersih dan efisien. Hal ini sekaligus sebagai upaya mengatasi masalah krisis energi.
Biohidrogen Fuel
Biohidrogen merupakan unsur hidrogen (H2) yang dihasilkan dari pengolahan komponen organik seperti biomassa, limbah biomassa, dan limbah pertanian. Hidrogen merupakan unsur yang berupa gas, tidak berwarna, tidak memiliki bau, bersifat non logam dan merupakan jenis gas yang mudah terbakar.Â
Hidrogen merupakan unsur paling ringan di dunia dengan berat molekul sebesar 1,0008g/mol. Hidrogen dapat dimanfaatkan dalam banyak hal seperti bahan baku produksi ammonia, plastic, polyester, pupuk, asam hidroklorida, dan bahan bakar yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Gas hidrogen (H2) memiliki gravimetrik energi paling tinggi di antara jenis bahan bakar lainnya, sehingga cocok terhadap elektrokimia serta pembakarannya tidak menghasilkan emisi karbon. Emisi karbon sendiri merupakan polutan yang jumlahnya saat ini sangat banyak dan berkontribusi dalam pencemaran udara dan perubahan iklim. Akan tetapi, dengan produksi biohidrogen dari limbah dapur tidak hanya menjawab permasalahan tentang energi bersih dan terjangkau, tetapi sekaligus mengatasi permasalahan sampah di Indonesia.
Cara Mengubah Limbah Dapur Menjadi Biohidrogen Fuel
Bahan baku pembuatan biohidrogen ini adalah limbah dapur yang berupa sampah organik seperti sisa sayuran dan sampah makanan. Untuk proses fermentasi, menggunakan bantuan dari inokulum. Inokulum adalah bahan yang mengandung mikroorganisme yang ditambahkan ke dalam suatu substrat yang dipakai sebagai bibit mikroba dalam proses penguraian anaerob. Inokulum yang digunakan berupa efluen (cairan keluar) yang dihasilkan dari biodigester berbahan baku kotoran sapi.Â
Menurut penelitian yang sudah ada, inokulum jenis ini merupakan yang paling sesuai untuk digunakan pada substrat limbah dapur. Sebelum digunakan, inokulum terlebih dahulu disaring untuk memisahkan padatan-padatan besar yang ada di dalamnya.