Mohon tunggu...
Miftahus Sholichah
Miftahus Sholichah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Institut Agama Islam Syarifuddin Wonorejo Lumajang jurusan komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam

Konten kreator

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN, Adanya Ekosistem Mutualis Antarwarga dengan Pariwisata

6 November 2022   23:42 Diperbarui: 6 November 2022   23:44 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KKN IAI Syarifuddin Desa Sidomulyo Pronojiwo 2022 - Telah memasuki masa to plan, yang mana sudah pada tahap serius. Mahasiswa KKN IAI Syarifuddin dikelompok Sidomulyo mulai berfikir keras tentang bagaimana  rencana selanjutnya di tahap to plan ini.

Dari itu, kami mulai memfokuskan pada satu titik rencana yang akan kami bawa ke tahap selanjutnya.

Telah kami sepakati bersama, titik fokus kami adalah menyinggung destinasi wisata yang ada di Desa Sidomulyo. Berhubung ada beberapa Pariwisata maka kami memilih pariwisata terdekat dan paling berpengaruh yaitu Destinasi wisata Tumpak Sewu.

Wisata Tumpak Sewu adalah wisata yang telah jebus internasional, sudah tak heran dan tak asing  bagi masyarakat Sidomulyo apalagi yang di Dusun Krajan yaitu dusun terdekat dengan lokasi wisata Tumpak Sewu tersebut apabila bertemu dengan turis mancanegara

Akan tetapi dengan meterbiasaan tersebut, bukan berarti masyarakat akrab dengan para Wisman tersebut, nyatanya masyarakat  jarang atau bahkan tak pernah ber tutur sapa dengan para turis atau yang akrab di sapa bule tersebut.

Mis komunikasi tersebut timbul karna adanya ketidak pahaman bahasa. Memang itu hal yang bisa dimaafkan bagi masyarakat yang tidak memiliki keterlibatan lebih dengan adanya bule tersebut, akan tetapi jika dengan masyarakat yang berdagang di sekitar wisata Tumpak Sewu, mereka mengeluhkan kerugian yang dialami akibat kurangnya skill bahasa asing. Akibatnya mereka tidak bisa menjajakan dagangannya kepada turis.

"Jarang ada bule beli, karna gak ngerti mau nawarin gimana dan juga gak bisa paham sama yang di bicarakan sama bule itu " curhat Bu Ponisri  si penjual Rujak di Sekitar pintu masuk Tumpak Sewu .

Permasalahan tersebut menimbulkan gejolak dihati para masyarakat, hingga mereka menginginkan sebuah adanya inovasi untuk menutupi kekurangan warga, karna menurut kesadaran warga, sesungguhnya antar wisman dan pedagang lokal bisa memiliki hubungan yang mutualisme. Wisman yang bisa mencoba hal baru dan pedagang lokal bisa mendapat keuntungan yang berupa nilai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun