Mohon tunggu...
Miftahur Rahman
Miftahur Rahman Mohon Tunggu... -

Alumni FE Akuntansi Univ. Muhammadiyah Malang, dan PPAk Univ. Airlangga. Pernah bergabung di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Menteri Luar Negeri BEM UMM, dan pernah aktif di BEM Se-Nusantara. Kini saya bekerja disalah satu Kantor Akuntan Publik di Surabaya sebagai seorang Independent Auditor.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Terbuka, Menantang Nyali Mas Jokowi

23 Juli 2014   19:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:27 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Assalamualaikum Wr. Wb

Teriring salam dan doa untuk Mas Joko dan segenap rakyat indonesia. Sebelum menyampaikan beberapa hal, ijinkan saya memperkenalkan diri saya kepada Mas Joko. Nama saya Miftah mas, anak desa (sama seperti Mas Joko) yang lahir di salah satu plosok kota di Jawa Timur (Situbondo) 26 tahun silam.

Sejak terpilihnya mas joko menjadi gubernur Jakarta pada tahun 2012, saya adalah salah satu sosok pemuda yang mengidolakan Mas Joko. Bagi saya dikala itu, Mas Joko adalah sosok yang tepat untuk memperbaiki kondisi pemerintahan di Jakarta, yang tentu saja Jakarta adalah representative negara Indonesia yang kita cintai ini. Dibawah kendali Mas Joko, saya berharap banyak terdapat revolusi birokrasi yang memang sejak dahulu kala dikenal sangat rumit dan berbelit.

Puncak kekaguman saya kepada Mas Joko terjadi pasca dilantiknya Mas Joko menjadi Gubernur DKI, begitu banyak gebrakan dan perubahan yang Mas Joko lakukan. Sehingga sejak saat itu saya tidak lagi hanya berharap, namun juga saya mulai berani bermimpi. Bermimpi Indonesia memiliki sosok orang-orang hebat seperti Mas Joko. Bermimpi bahwa revolusi itu kini benar-benar dimulai.

Semakin lama saya bermimpi, semakin lama pula saya mempercayai mimpi saya. Namun, tiba-tiba saja saya terbangun dari mimpi indah itu, mimpi yang selama ini saya nikmati hilang dalam sekejap tat kala Mas Joko menerima mandat untuk mencalonkan diri menjadi calon presiden dari PDIP. Jujur, ketika itu saya sangat kecewa. Saya kecewa karena mas joko hanya bisa memberikan janji-janji surga kepada kami. Saya kecewa karena mas joko tidak mau menuntaskan apa yang telah kami amanahkan selama ini (Gubernur Jakarta).

Berangkat dari kekecewaan itulah, akhirnya mengantarkan saya menjadi relawan dari lawan politik Mas Joko, yakni pasangan Prabowo-Hatta. Saat itu saya mulai bangkit, dan memberanikan diri untuk menggantungkan mimpi-mimi saya kembali. Tentu mimpi itu bukan lagi saya gantungkan kepada sosok Mas Joko seperti apa yang telah saya lakukan dahulu. Saya menggantungkannya kepada pasangan Prabowo-Hatta. Dengan segala konsep berbangsa dan bernegara yang ditawarkan oleh pasangan Prabowo-Hatta, saya mengamininya sebagai konsep yang ideal yang harus saya perjuangankan bersama-sama mereka.

Disisi lain, saya sangat memahami bahwa perjuangan yang akan dilakukan oleh kami adalah perjuangan yang berat dan melelahkan. Sepenuhnya kami sadar bahwa, tingkat popularitas dan keterpilhan Mas Joko sangatah tinggi. Sehingga hampir mustahil bagi kami untuk menyamai kondisi yang dimiliki oleh Mas Joko. Namun, tentu saya tak putus asa, perjuangan itu tetap saya lakukan dengan niatan awal menggantungkan mimpi-mimpi saya yang sempat jatuh.

Hingga pada akhirnya sampailah kami pada ujung perjuangan, dimana dalam rekapitulasi suara nasional KPU pada hari selasa tepat pada tanggal 22 Juli 2014, menetapkan Mas Joko dan bapak JK sebagai pasangan yang dipilih dan dikehendaki oleh rakyat. Jika boleh saya sampaikan perasaan saya ketika itu, tentu saya mengalami kekecawaan untuk kesekian kalinya. Namun, kekecewaan itu tak sepahit apa yang saya rasakan dahulu ketika Mas Joko menghianati mimpi-mimpi saya.

Terlepas dari segala bentuk kekecewaan saya tadi, Saya tetap akan mengucapkan SELAMAT kepada Mas Joko dan Bapak JK yang terpilih memegang penuh mandat dari rakyat Indoneisa. Saya tetap meyakini, Mas Joko dan Bapak JK adalah pemimpin kami yang lahir dari proses demokrasi yang sah. Inilah bentuk demokrasi yang selama ini kita inginkan. Tak mudah meperjuangkan iklim demokrasi ini, bahkan negara ini harus melalui fase yang beradarah-darah (1998) untuk mendapatkannya. Sehingga ijinkan saya sekali lagi mengucapkan selamat dan sukses.

Namun, jika hanya ucapan selamat yang saya sampaikan, rasanya itu tidak cukup. Oleh karenanya, ijinkan saya yang lancang ini melampiaskan kekecewaan dengan memberikan beberapa tantangan kepada Mas Joko secara tebuka dalam menjalankan roda pemerintahan kelak.

1.Pasca dilantik sebagai Presiden nanti, Beranikah Mas Joko mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PDIP sebagai partai yang menaungi perjuangan Mas selama ini?

Tantangan ini bukan tantangan ngawur, melainkan sebuah tantangan yang sangat serius. Kita ketahui bersama bahwa selama ini, Mas joko dikesankan sebagai Capres Bonekanya mbak Megawati. Sehingga untuk mengeliminasi keraguan publik terhadap Mas Joko, wajar kiranya jika saya menawarkan ide ini. Karena saya beranggapan jika Mas Joko menjadi orang nomer satu di partai yang berlambang kepala banteng itu, Maka tidak akan ada yang bisa mengendallikan (memerintah) Mas Joko lagi. Dan tentunya kepercayaan publik akan semakin tinggi.

2.Jika Mas Joko tidak berani menanggapi ide pertama saya, maka saya tawarkan ide kedua saya. Yakni pasca dilantik sebagai presdien nanti, Beranikah Mas Joko untuk keluar dari PDIP?

Jika Mas joko keluar dari PDIP, dan tidak berpatai, maka kami sangat yakin bahwa Mas Joko benar-benar ikhlas menjadi Presiden seluruh rakyat Indonesia (Bukan Presiden Golongan/Partai tertentu). Dengan tidak teribat dalam politik praktis di partai, maka kinerja Mas joko tidak akan terbebani oleh kepentingan golongan semata.

3.Namun jika kedua ide saya tadi masih dianggap terlalu gila dan tidak dapat dipenuhi oleh Mas Joko, Ijinkan saya memberikan tantangan yang terakhir. Saya masih ingat betul bahwa pada saat kampanye kemarin, Mas Joko menyampaikan koalisi yang dibangun bukanlah koalisi bagi-bagi kue (kekuasaan). Oleh karenanya, Beranikah Mas Joko mempermanenkan koalisi yang ada salama ini (setidaknya lima tahun kedepan)?

Saya sangat memahami bahwa dari koalisi yang ada dipihak mas joko selama ini (PDIP, Nasdem, dan PKB) tidak memiliki cukup suara di parlemen dalam mengawal semua program kerja Mas Joko kelak. Itulah mengapa desas desus tarik menariknya Golkar/Demokrat untuk masuk pada gerbong koalisi ke kubu Mas Joko sangat kencang akhir-akhir ini. Jika hal itu benar terjadi (Demokrat/Golkar merapat), sangat sulit bagi kami memahami bahwa merapatnya Golkar/Demokrat tanpa proses transaksional yang selama ini dihindari Mas Joko. Bukankah Mas Joko menginginkan hal yang sama (tak ada transaksional bagi-bagi kue). Oleh karena nya biarlah koalisi yang ada saat ini permanen tanpa harus menambahkan partai-partai lain. Biarkan proses cek and balance dilakukan oleh parlemen. Mas Joko tak perlu khawatir dengan pengawalan suara di parlemen, karena hari ini yang mengawal mas joko adalah segenap Rakyat indonesia.

Demikian surat terbuka yang ingin saya sampaikan, Sekali lagi Selamat. Kami menunggu gebrakan gebrakan selanjutnya. Dan tentunya besar harapan saya agar Mas Joko tidak menjatuhkan mimpi-mimpi rakyat indonesia yang kini sedang digantungkan dibenak Mas Joko.

Salam Hormat dari kami yang mencintai Indonesia

Billahi taufik wal hidayah,

Assalamualaikum Wr. Wb

Miftahur Rahman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun