Biaya kebutuhan hidup sehari-hari yang terus mengalami lonjakan, mulai dari harga minyak sayur, harga bahan bakar minya (BBM) serta juga berdampak pada kenaikan bahan baku untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan pendapatan masyarakat yang masih biasa saja. Mau tidak mau masyarakat harus berpikir bagaimana menambah pundi-pundi penghasilan agar kebutuhan pokok tetap terpenuhi.
Dalam upaya mendukung peningkatan perekonomian nasional, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat melalui program usaha sektor rumahan (Home Industry). Sektor ini merupakan salah satu usaha yang dapat memperluas lapangan kerja dan berperan dalam proses peningkatan pendapatan masyarakat atau keluarga, bahkan di saat seperti saat ini usaha rumahan mampu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Salah satu bentuk pemberdayaan berupa pemberian pelatihan dan pendampingan pembuatan ecoprint kepada masyarakat yang dilakukan oleh LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat) UNNES (Universitas Negeri Semarang) yang didampingi oleh mahasiswa KKN Unnes Giat 5 Desa Ngesrepbalong yang dilaksanakan pada Senin, 10 Juli 2023.
Teknik ecoprint diartikan sebagai suatu proses untuk mentransfer warna dan bentuk ke kain melalui kontak langsung. Teknik ini dilakukan dengan cara menempelkan tanaman yang memiliki pigmen warna kepada kain yang kemudian direbus di dalam kuali besar. Tanaman yang digunakan pun merupakan tanaman yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap panas, karena hal tersebut merupakan faktor penting dalam mengekstraksi pigmen warna (Ristiani, S, 2019). Ecoprint mengalami tren dan hal tersebut menjadi peluang yang cukup menjanjikan dengan melakukan pengembangan pada ecoprint.
Pelatihan ecoprint dilakukan bersama ibu-ibu warga Dusun Gempol, Ngesrepbalong yang dipaparkan oleh Ibu Dra. Widowati, M.Pd. selaku Dosen Pendidikan Tata Busana serta tiga mahasiswa KKN Unnes. Acara dimulai dengan pemaparan materi ecoprint kemudian dilanjutkan dengan praktik langsung. Ibu-ibu mencoba praktik dari menata daun di atas kain, menutupi kain utama ke kain blanket, ditutup plastik, digulung dengan selang anti panas, melilit gulungan dengan lakban, mengukus gulungan, dan dijemur. Para peserta sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pelatihan, karena tema yang disajikan aktual dan pada umumnya peserta belum pernah mendapatkan informasi secara rinci serta pelatihan terkait dengan pembuatan batik ecoprint.
Melalui pelatihan ecoprint diharapkan masyarakat dapat lebih produktif yang dapat meningkatkan pendapatan dan memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan dengan kualitas yang bagus. Bukan berarti pemberdayaan selesai dan cukup hanya di tempat, tetapi juga dalam hal ini masyarakat bisa berpartisipasi dalam proses pembangunan dan kesejahteraan keluarga hingga lingkup desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H