Bumi, sedang lenggang hari ini. Tatkala sepi menyapu malam, pudarlah harapan, tepian kecewa bersiap menikam, nurani kembali memeluk diri sendiri di bawah bumantara yang pekat menghitam. Tubuh yang telah habis, bertaruh melawan kegamangan, dipaksa siap lagi-lagi melawan hari esok yang amat tidak menyenangkan untuk digeluti.Â
Aku adalah bejana yang telah kau isi penuh, sepenuh hati, lalu terpaksa ditutup, dibekap oleh keharusan. Tidak boleh bertambah pun berkurang kadarnya. Bejana yang terpaksa usai, bejana yang menyimpan segalanya dengan sendiri, dan hampir kehilangan asa karena tidak mampu menyimpannya sendiri. Dia butuh berbagi isi kepala, bukan diam berenjana.Â
Setidaknya, aku masih berusaha menyimpan segalanya dengan selia. Meski dengan di mensi yang gandrung. Aku mafhum kita yang begitu rela menahan ego kita masing-masing. Kamu dengan malam-malam penuh lelah perihal hidup. semenjana aku, mulai berbiasa dengan diriku sendiri, memulainya dari yang paling menyenangkan menurutku. Sekadar membaca pesanmu yang begitu aku rindukan, kedatagannya mengisi malamku. Sesekali delusiku berlebihan tak kepalang tentangmu. Tapi aku sadar semua hanya ilusiku saja,tapi sebegitu bahagianya dapat melerai sedikit nelangsa yang memenuhi belantaran kepalaku.Â
Aku juga senang menyebrangi di mensi imajinasi. Aku seperti ada di kehidupan Antah-berantah, seperti kataku aku ingin ke sana hanya bersamamu. Di sana kita akan hidup abadi, sebelum itu seperti katamu kita ke Mars dan Bulan dulu. Ahh buku bacaan ini begitu menyebalkan selalu mengingatkanku tentangmu. Jangan lupa dengan hamparan sabana rumah bercat putih, dan pohon dengan ayunan yang bergantung. Kau pasti tau bagian ini bukan? aku membacanya lagi, seketika mimpi yang acapkali kita aminkan, kembali perputar di kepalaku, aku bahagia mengenangnya dan sedikit khwatir kalau saja kita hanya sampai di batas mimpi kita masing-masing.Â
Sejauh ini, hanya itu yang bisa kulakukan saat malam. Aku belum bisa begitu produktif, mungkin aku terlalu karam di lautan nestapa karena belum siap menerimanya. Aku akan berusaha lagi menjadi lebih baik, melakukan apa-apa tanpa perlu mengingatmu lagi. Akan aku coba. Semoga dirimu juga baik dengan hari-harimu, aku berharap kamu baik, dan selalu baik-baik saja. Dan terakhir sungguh aku masih terlalu merindumu, jaga badan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H