Mohon tunggu...
Miftahul Jannah
Miftahul Jannah Mohon Tunggu... Guru - Pelajar, Belajar, Mengajar

✨ماشاءالله تبارك الله✨

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kaitan landasan filsafat dengan bimbingan dan konseling

1 Desember 2021   14:11 Diperbarui: 1 Desember 2021   14:22 1559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ilmu filsafat wajib dipelajari oleh mahasiswa baik ditingkat sarjana atau pun magister. Namun tidak sedikit yang menanyakan keterkaitan ilmu filsafat dengan bidang studi yang diambil oleh mahasiswa, contohnya saja pada mahasiswa bimbingan dan konseling. Padahal jika dikaji lebih dalam, ilmu filsafat terutama pada landasan ilmunya memiliki keterkaitan dengan bimbingan dan konseling.

Seperti halnya pada landasan filsafat ontologi, dimana ontologi membahas tentang metafisika atau segala sesuatu yang dianggap ada. Dalam ilmu bimbingan dan konseling terutama saat mempelajari teori dan pendekatan konseling, pastilah mahasiswa mempelajari tentang hakikat keberadaan manusia, yaitu manusia dianggap ada ketika manusia tersebut masuk dalam kategori ‘manusia sehat’. Manusia sehat bukan hanya yang secara fisik sehat dan sempurna, namun juga memiliki jiwa yang sehat dan sempurna. Inilah mengapa ODGJ tidak bisa dianggap ‘ada’ kehadirannya dalam masyarakat, meskipun secara fisik mereka sehat dan bisa melakukan aktifitas seperti berjalan. Dalam pendekatan teori eksistensial humanistik, manusia dianggap ‘ada’ ketika mereka bisa mengaktualisasikan dirinya dan bertanggung jawab atas kehidupannya. Sehingga manusia yang lari dari masalah dan belum bisa mengaktualisasikan dirinya, belum dianggap ‘ada’.

Pada landasan filsafat yang kedua yaitu epistemologi, mahasiswa ataupun calon konselor dilatih untuk mengkaji dan mendapatkan ilmu secara benar, begitupun dalam proses mendapatkan ilmu tersebut. Landasan dari epistemologi adalah proses apa yang nantinya memungkinkan manusia mendapatkan pengetahuan logika, estetika, etika, dan bagaimana prosedur yang sesuai kebaikan moral, kebenaran ilmiah dan keindahan seni. Contoh penggunaan epistemologi dalam lingkup bimbingan dan konseling digunakan saat mahasiswa atau calon konselor melakukan penelitian, ataupun ketika konselor melakukan asesmen sebelum memberi tindak lanjut. Mahasiswa ataupun calon konselor dituntut untuk mencari tau secara mendalam tentang latar belakang klien, dan wawasan tentang masalah klien, sebelum akhirnya menentukan teori dan Teknik apa yang digunakan dalam konseling.

Pada landasan filsafat yang ketiga yaitu aksiologi, aksiologi merupakan cabang ilmu yang mempertanyakan tentang bagaimana cara menggunakan ilmu dan menilai dengan penuh pertimbangan. Aspek pertama aksiologi adalah etika, etika sendiri terbagi menjadi dua yaitu etika deskriptif (tingkah laku) dan etika normatif (berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat).  Sedangkan aspek yang kedua adalah estetika, yaitu nilai-nilai yang dihasilkan dari emosi sensorik yang biasa disebut sentimental, cita rasa (selera). Dalam hal ini mahasiswa dan calon konselor diharuskan untuk memiliki etika sebelum, saat atau sesudah konseling, maka dari itu terdapat asas-asas konseling untuk menjaga etika konselor. Mahasiswa dan calon konselor juga dituntut untuk mempelajari berbagai macam norma masyarakat dalam konseling multikultural, hal tersebut akan mempermudah konselor saat melakukan konseling dengan klien yang berbeda kebudayaan, jikalaupun terdapat keterbatasan dalam konseling multicultural maka konselor bisa mengadaptasi norma dari Pancasila. Pada aspek kedua yaitu estetika, mahasiswa dan calon konselor haruslah terlatih dalam bertutur kata maupun bertindak supaya klien bisa merasa nyaman dan percaya ketika melaksanakan proses konseling, mahasiswa dan konselor juga dilatih supaya resik baik dalam penampilan atau kondisi ruangan. Mahasiswa ataupun calon konselor bisa menerapkan penggabungan antara etika dan estetika dalam praktiknya, contohnya saja estetika (kepekaan/sentimental) seorang konselor terhadap kondisi klien (apakah klien sudah terlalu lelah dengan emosinya ketika bercerita dan sehingga mempengaruhi fisik, seperti lemas, nafas tidak teratur) jika konselor merasakan hal tersebut maka secara etika konselor memberhentikan diri untuk menggali informasi klien, dan beralih untuk menenangkan kondisi klien dan membuat jadwal (sesi lanjutan) untuk langkah selanjutnya.
Setelah dikaji lebih dalam, ternyata tidak ada ilmu yang tidak berkaitan dengan ilmu lainnya. Maka dari itu sebagai mahasiswa dan calon konselor professional, perlu menambah banyak wawasan. Hal tersebut juga mempersiapkan kita menjadi seorang konselor yang siap menghadapi klien dengan latar belakang apapun, karena wawasan kita sudah luas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun