Gunungpati Semarang -telah menjalankan program KWT (Kelompok Wanita Tani) Mina Lestari yang sudah berjalan sejak pertengahan tahun 2021. Kegiatan KWT tersebut merupakan salah satu kegiatan produktif untuk memanfaatkan lahan pekarangan warga dan pemberdayaan wanita selama terjadinya pandemi covid-19 yang ada di daerah Gunungpati dengan menggunakan APBN tahun Anggaran 2021 sebagai sumber dana utama.
Desa Patemon,KWT Mina Lestari memiliki 25 jumlah anggota yang mengelola beberapa jenis kegiatan, antara lain rumah bibit, demplot, pertanaman, pasca panen, pemasaran, budi daya, dan hidroponik. Dalam pertanaman, KWT Mina Lestari menanam bibit terong, tomat, cabai merah dan cabai hijau, kangkung, bayam, pisang, selada, sawi putih, kubis, kol bulat, pisang, kacang panjang. Sedangkan, dalam budi daya KWT Mina Lestari hanya terfokuskan pada budi daya benih ikan lele.
Setelah dilakukan wawancara dengan Ibu Nindiya selaku Ketua pengelola kegiatan KWT Mina lestari, Pada kegiatan pemberdayaan wanita tani tersebut hasil panen yang paling banyak dan bagus untuk diperjual belikan berupa buah terong, dan hasil panen yang kurang bagus dan sedikit biasanya berupa buah tomat karena banyak yang bajang, cepat busuk, dan mati kering sebelum dipanen.
"Panen yang paling bagus dan banyak berupa terong, dan panen yang kurang bagus dan hannya bagus diawal kegiatan yaitu buah tomat, karena bajang, busuk, dan banyak yang mati kering sebelum hari panen," jelas Ibu Nindiya-
Wawancara lebih lanjut dijelaskan bahwa penjualan hasil panen dilakukan dengan 3 (tiga) cara yakni pertama diperjual belikan secara online menggunakan media sosial, kedua membuka lapak dijalan yang ramai dilalui masyarakat, dan ketiga diperjual belikan kepada masyarakat desa setempat.
"Penjualan hasil panen diperjual belikan secara online, membuka lapak di pinggir jalan raya, dan menjual kepada warga desa setempat". jelas ibu Nindiya-
Pada kegiatan budi daya ikan lele, KWT Mina Lestari membuat budi daya dengan menggunakan ember besar yang dimasukan benih-benih ikan lele, kemudian tutup ember besar tersebut dilubangi dan diberi gelas plastik sebagai hidroponik tanaman bayam. Selain menggunakan ember besar, KWT Mina Lestari juga menggunakan paralon sebagai pengganti ember besar sebagai tempat untuk budi daya hidroponik.
Pengelolaan lahan tersebut dilakukan oleh 5 anggota per hari secara bergilir pada sore hari, tujuannya untuk piket menyiram tanaman agar tidak layu atau mati, menanam bibit baru, mencari buah siap panen, dan membersihkan pekarangan dari daun daun yang gugur. Tanaman pada lahan pekarangan KWT tersebut sangat segar dan subur karena ketika buah mulai tumbuh, buah tersebut langsung dibungkus dengan plastik agar tidak dihinggapi atau dimakan oleh lalat buah, dan serangga. Penyiraman tanaman juga menggunakan air limbah budi daya lele yang memiliki kandungan unsur hara dan protein yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan serta kesuburan dari tanaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H