Mohon tunggu...
Miftahul Jannah
Miftahul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengimplementasikan Inovasi Pendidikan "Merdeka Belajar" di Era Pandemi Covid-19 dalam Pembelajaran Daring

10 Juli 2021   13:30 Diperbarui: 10 Juli 2021   13:33 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program baru yang dikeluarkan oleh Kemendikbud merupakan hasil diskusi yang intensif dari berbagai pihak, yaitu guru, kepala sekolah, kepala dinas, pengamat pendidik, dosen, dan pakar-pakar di Indonesia maupun luar Indonesia. Program baru tersebuat disebut dengan Merdeka belajar. Hal yang melatarbelakangi terciptanya Merdeka Belajar adalah dikarenakan para peserta didik yang keberatan disaat belajar dengan metode yang sebelumnya. Merasa jenuh dan bosan, ataupun strategi pembelajaran yang kurang efektif dan efisien. 

Dan juga, banyak keluhan yang diadukan oleh para orang tua begitu juga dengan Pendidik. Karena dengan adanya merdeka belajar pada suatu unit kelembagaan pendidikan pelaksanaan pembelajaran yang baik akan terjadi. Dengan adanya merdeka belajar, pengujian kemampuan peserta didik tidak hanya sebatas dengan mengerjakan soal pilihan ganda tetapi dikembangkan dengan penugasan portofolio atau yang lainnya, apalagi kondisi terkini dengan adanya pandemi Covid-19.

Ditengah kondisi pandemi covid-19 saat ini, proses pembelajaran dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) yang berarti pembelajaran dilaksanakan dengan jarak jauh. Ada dua model pembelajaran dan cara menerapkannya di tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Sebelum itu, ada pembahasan mengenai ruang belajar zaman  now. ruang belajar terbagi menjadi empat bagian yang didasarkan dari perspektif ruang dan waktu. Peristiwa belajar itu terdiri dari dua, yaitu Synchronous Learning dan Asynchronous Learning. Synchronous Learning itu artinya pembelajaran yang terikat oleh waktu, misalnya saja pembelajaran tatap muka dan tatap maya. Penyampaian materi dan proses pembelajaran tatap maya menggunakan media yang ada, seperti audio, video, ataupun web dan berada pada waktu yang sama tetapi ruang yang berbeda. 

Sedangkan tatap muka proses pembelajaran bisa digunakan untuk demonstrasi, diskusi, ataupun praktek, pembelajaran tatap muka terikat oleh waktu dan tempat yang sama antara pendidik dan peserta didik. Sedangkan Asynchronous Learning tidak terikat oleh waktu dan tempat. Bisa berupa pembelajaran yang dilakukan secara bebas dan personal ataupun  mengkolaborasikan dengan teman sebaya ataupun orang lainnya dan guru memfasilitasi sumber belajar melalui audio, video, animasi, simulasi, dan lain-lain. 

Saat ini, proses pembelajaran yang kita lakukan pada saat kondisi pandemi menerapkan ruang belajar yang terikat oleh waktu tetapi tidak terikat oleh ruang, yaitu Synchronous Learning tatap maya yang biasa digunakan adalah seperti zoom meeting, google meet, dan lain-lain.

Ada teori yang menyebutkan bahwa siswa harus diberikan hak otonomi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat  menentukan pilihannya dan guru harus memberikan option atau pilihan yang lebih banyak. Kemudian diberikan keleluasaan untuk mendeskripsikan menggunakan bahasa sendiri mengenai materi pelajarannya yang nantinya akan dilakukan sharing atau berbagi dan bertukar pemikiran antara siswa satu dengan yang lainnya. Diakhir, guru akan mengavaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal inilah yang bisa kita sebut dengan merdeka belajar. Peserta didik diberikan kebebasan tetapi tetap pada aturan dan tetap ada makna belajar yang sesungguhnya.

Hal ini tentu sangat berkaitan dengan pembelajaran daring di era pandemi covid-19. Agar tidak memberatkan siswa saat belajar, siswa diberikan pilihan, bagaimana menentukan sumber belajar yang sesuai dengan kondisi. Contoh penerapan merdeka belajar daring di era pandemi covid-19  yaitu dengan menggunakan Low-technology. Misalnya, melalui WhatsApp Group, chat forum yang terikat oleh waktu tetapi tidak terikat oleh tempat. Guru dapat memberikan gambaran secara besar, tapi kontekstual dengan yang dialami oleh peserta didik. Bisa dengan memberi pertanyaan besar, bertanya tentang perbandingan teori yang satu dengan yang lain, lalu menyimpulkan dengan pemikiran dari masing-masing peserta didik. 

Disinilah letak otonomi yang guru berikan kepada setiap peserta didik. Disaat pembelajaran daring berlangsung, guru bisa memantau perkembangan belajar yang sedang terjadi. Guru juga bisa memberi clue dan memberi pertanyaan elaborasi. Kemudian, pendidik bisa memberikan link sumber belajar relevan yang sesuai dengan kebutuhan individu ataupun kelompok belajar. 

Selain itu agar memaksimalkan hak otonomi siswa, siswa diperkenankan untuk menyajikan hasil dengan cara masing-masing, seperti membuat slide presentasi, mindmap, rekaman suara, gambar, dan lain-lain. Hal ini, selain mengembangkan teori yang berkaitan dengan mata pelajaran/mata kuliah peserta didik akan mengalami kemajuan dibidang digital literasi. Langkah akhir dari merdeka belajar di era pandemi secara daring dapat diulas kembali agar lebih memastikan kemampuan siswa. 

Contohnya dengan meminta menjelaskan kembali, meminta teman sebayanya memberi komentas, memberikan konfirmasi, memberikan apresiasi,  membagikan hasil belajarnya di media social masing-masing, dan orang tua atau kerabat juga berperan dalam pembelajaran daring ini dengan memberikan komentar dengan cara apresiasi hasil belajarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun