Mahasiswa membuat sebuah tulisan reflektif dalam bentuk artikel atau jurnal untuk menguatkan pemahaman tentang identitas manusia Indonesia dengan mengacu pada panduan berikut:
- Mahasiswa mengobservasi secara kritis tanda dan simbol yang ada di ekosistem sekolah dan proses pembelajaran tentang penghargaan dan penghayatan terhadap kebhinekatunggalikaan;
- Mahasiswa menuliskan secara kritis bagaimana penghayatan nilai-nilai Pancasila yang ada di sekolah menguatkan identitas manusia Indonesia.
Berikut adalah hasil dari tulisan reflektif/ jurnal yang saya lakukan:
1. Melakukan observasi yang kritis terhadap tanda dan simbol yang ada di lingkungan sekolah serta dalam proses pembelajaran dapat membantu memperkuat penghargaan dan pemahaman terhadap keberagaman (kebhinekaan). Dengan memperhatikan secara seksama tanda-tanda visual, lambang, dan aktivitas yang terjadi di sekitar sekolah, serta bagaimana konsep keberagaman dipromosikan dalam proses belajar-mengajar, kita dapat lebih memahami bagaimana sekolah mengintegrasikan nilai-nilai kebhinekaan ke dalam budaya dan pendidikan mereka. Dengan memperhatikan hal ini secara kritis, kita dapat mengevaluasi sejauh mana sekolah telah berhasil memfasilitasi penghayatan dan penghargaan terhadap keberagaman di antara siswa dan anggota komunitas sekolah, diantaranya:
a. Penggunaan Bahasa dan Simbol Multikultural: Observasi terhadap tanda-tanda di sekolah seperti poster, papan pengumuman, atau buletin yang menggunakan bahasa atau simbol multikultural dapat menjadi indikasi tentang bagaimana sekolah mempromosikan keberagaman. Misalnya, penggunaan bahasa daerah, simbol kebudayaan yang beragam, atau gambar yang menggambarkan keragaman etnis, agama, dan budaya dalam materi pembelajaran atau dekorasi kelas.
b. Kegiatan dan Perayaan Budaya: Observasi terhadap kegiatan ekstrakurikuler atau acara perayaan di sekolah dapat memberikan gambaran tentang bagaimana keberagaman dipromosikan dan dihargai. Contohnya, apakah sekolah mengadakan perayaan Hari Kebudayaan atau Hari Toleransi Antar Umat Beragama, atau apakah ada kegiatan belajar tentang tradisi dan budaya dari berbagai etnis atau agama yang ada di Indonesia.
c. Isi Kurikulum dan Pembelajaran: Melihat bagaimana topik-topik tentang keberagaman disertakan dalam kurikulum sekolah dan bagaimana mereka diajarkan dalam kelas. Ini bisa termasuk pembelajaran tentang sejarah, nilai-nilai budaya, atau cerita-cerita tradisional dari berbagai kelompok etnis atau agama di Indonesia.
d. Kebijakan Sekolah yang Inklusif: Melihat apakah sekolah memiliki kebijakan atau program yang mendukung inklusi dan menghormati keberagaman, seperti program beasiswa untuk siswa dari latar belakang ekonomi yang berbeda atau fasilitas untuk siswa dengan kebutuhan khusus.
e. Partisipasi dan Interaksi Siswa: Melihat bagaimana siswa berinteraksi satu sama lain di sekolah, apakah ada kesempatan untuk berkolaborasi antar etnis, agama, atau latar belakang budaya yang berbeda, dan apakah ada penghargaan terhadap perbedaan dan kerja sama antar kelompok.
Dengan melakukan observasi terhadap aspek-aspek ini, kami dapat mengidentifikasi praktik-praktik konkret di sekolah yang memperkuat penghargaan dan pemahaman terhadap keberagaman, serta memastikan bahwa nilai-nilai kebhinekaan dihayati secara nyata dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah.
2. Penghayatan nilai-nilai Pancasila di sekolah memiliki dampak kritis dalam memperkuat identitas manusia Indonesia. Pertama, nilai-nilai Pancasila seperti persatuan, gotong royong, dan keadilan sosial diajarkan melalui berbagai kegiatan dan pembelajaran di sekolah. Hal ini membantu siswa memahami dan menginternalisasi prinsip-prinsip dasar yang membentuk karakter bangsa Indonesia. Kedua, pengajaran Pancasila juga mengajarkan penghargaan terhadap keberagaman budaya, agama, dan suku bangsa, yang merupakan bagian integral dari identitas Indonesia. Dengan memahami dan menghargai keberagaman ini, siswa menjadi lebih merasa terhubung dengan identitas nasional mereka. Selain itu, pembelajaran nilai-nilai Pancasila juga mendorong siswa untuk mengembangkan sikap patriotisme dan tanggung jawab terhadap negara. Dengan demikian, penghayatan nilai-nilai Pancasila di sekolah tidak hanya memperkuat identitas manusia Indonesia, tetapi juga membentuk generasi yang peduli dan bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H