Mohon tunggu...
Miftahul Fikri
Miftahul Fikri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Membaca. Menulis. Memaknai.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Termotivasi Karena Malu

23 Agustus 2013   07:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:56 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini saya jadi agak malas menulis. Maksudnya, mungkin menulis “panjang” kayak di kompasiana ini. Yaa, ikut meramaikan dengan sedikit coretan pun sudah membuat saya cukup senang, terlebih berlama-lama nongkrongin headline atau trending articles yang tulisannya bermutu semua.

Mungkin karena lagi gandrung yang namanya twitter kali ya, jadi saya agak malas menulis “panjang”, karena di twitter sendiri karakternya terbatas sekali, istilahnya lebih ke menyapa daripada mengobrol panjang lebar. Lebar sih lebar, tapi selalu saja ada batas dengan sebuah kata retweet. Kalau kebiasaan nulis kalimat yang pendek, kadang terasa agak sulit jika kembali menelurkan kalimat-kalimat yang panjang, sampai berparagraf banyak. Apakah itu hanya mitos ? Ah, saya pun tidak tahu.

Ngomong-ngomong masalah menulis, kebetulan saya lagi banyak project yang membutuhkan kemampuan menulis. Kemarin teman-teman saya banyak ngajakin ikut lomba karya ilmiah sama debat begitu, syarat utamanya harus membuat esai yang panjang dengan tema tertentu.

Seperti biasa, yang pertama saya buat yaitu tema besar, berlanjut ke rumusan permasalahan dan selanjutnya lalu bla.. bla.. akhirnya, konsep sudah tersusun, kerangka pun telah jadi. Hah, tinggal membangun kalimat-kalimat saja ! Dan saya akui, ini adalah pekerjaan yang paling berat, berat sekali. Akhirnya, saya pun beralih fokus untuk twitteran, malah menyusun kalimat pendek disana, yang ngga ada hubungannya dengan esai yang saya buat.

Lama kelamaan, jiwa saya pun terpanggil untuk menyelesaikan tugas itu. Setelah berguling-guling di kasur untuk mencari inspirasi, ah, beberapa kalimat baru bisa saya tuliskan. Tapi tidak lama kemudian, kalimat itu saya backspace. Aduh, kok jadinya ngga beres, begini ? makin terdesak, akhirnya saya beralih ke cara konvensional yaitu menggunakan kertas kosong dan pulpen, berharap inspirasi bisa datang dengan bernostalgia menulis langsung. Setelah orat-oret sedikit, jadi juga sekian paragraf. Tapi, lama kelamaan memandangi tulisan saya yang kurang bagus itu, saya jadi kehilangan mood. “Ah, saya kehilangan inspirasi nih” itu alasan pertama yang terbersit dalam benak. Saya pun termakan pula dengan anggapan bahwa inspirasi itu datang sendiri, tak bisa dipaksakan. Alhasil, saya menyerah dengan senang, dan mulai kembali beralih ke twitter -_-

Dan.. tiga hari berlalu. Saya masih berkutat dengan twit twit yang melenakan, hampir lupa dengan esai potensial yang masih menunggu untuk dibangun. Tapi karena sudah termakan anggapan bahwa inspirasi harus ditunggu, ah, saya pun menunda-nunda terus... sementara, sepertinya ada yang ngga beres dalam diri ini. Seperti ada yang menagih hutang..

~ ~ ~

Alamak ! sekarang deadline ! waduh, saya udah janji untuk ngumpulin esai ini ke teman pukul 9 pagi. Sementara sekarang sudah pukul 5, dan saya belum mengerjakan apapun !

Kembali merenung sejenak, saya menjadi amat malu pada diri saya. Entah karena pengaruh psikologis atau apa, yang jelas saya ngga mau menghancurkan diri saya dengan memberi alasan bodoh pada teman saya dan terbata-bata meminta maaf karena esainya telat dibikin. No ! saya ngga mau menghancurkan diri saya sendiri.

Segalanya pun menjadi bangkit karena rasa malu. Mulailah saya menari-narikan jari di keyboard. Karena malu pula, saya merasa lebih fokus untuk mengerjakannya. Yang terbayang bayang itu selalu saja kata : deadline .. deadline ! Dan satu jam berselang, tulisan itu pun jadi. Saya terheran-heran sendiri, nah ini buktinya saya bisa !

~ ~ ~

Saya mencoba mentafakkuri ini semua. Oh, ternyata rasa malu yang mempengaruhi saya hingga bisa seperti ini. Entah, seperti ada kekuatan yang mendorong untuk melunasi semuanya. Dan saya pun sadar ternyata motivasi pun bisa datang dari rasa malu. Ya, silakan pikirkan saja sesuatu hal yang tidak bisa kita lakukan maka akan berefek buruk pada psikologis kita, bila timbul rasa malu, maka jadikanlah itu motivasi lebih untuk perjuangan kita, tentunya selain mimpi dan visi yang kita punya.

Dipikir lebih mendalam, saya jadi malu sendiri, apakah ketika saya mengerjakan tanggung jawab harus menunggu sampai deadline tiba ? apakah saya mau gini-gini terus ? saya pun merasa malu. Malu pada orang yang mengerjakan tanggung jawabnya secara terencana dan tepat waktu. Ah, moga kedepannya, saya jadi merasa lebih malu lagi hingga motivasi saya untuk berjuang bisa timbul lebih baik.

Berkaitan dengan masalah malu, alhamdulillah lahirlah tulisan sederhana ini. Biarpun sederhana seperti, semoga saja tidak malu-maluin. Karena saya merasa malu,berlama -lama nongkrongin kompasiana, mengomentari dan memberi rate pada tulisan orang lain, sekaligus mendapatkan manfaat ... tetapi saya sendiri tidak ikut menyumbangkan opini dan pemikiran saya. Malu dong, orang lain nyumbang, masa kita sendiri ngga nyumbang ?

Salam malu,

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun