Mohon tunggu...
Miftahul Fikri
Miftahul Fikri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Membaca. Menulis. Memaknai.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bagi Saya, Merdeka Itu... 3M

18 Agustus 2013   16:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:09 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata merdeka, mempunyai banyak arti di benak masing-masing orang. Tentu berbeda sesuai dengan kapasitas dan intelektualitas yang dimiliki. Tapi, itu bukanlah suatu masalah, mengingat pemaknaan kata merdeka itu bukanlah harus dibandingkan dengan padanan kata yang apik saja, melainkan harus dipahami secara betul dan meresap ke dalam jiwa meski itu simple sekali.

Bila membahas merdeka, selalu ada kata kunci yang mengikutinya : bebas. Tidak keliru, bukan ?  Tak usah rumit-rumit memaknai merdeka. Contoh saja, pada pemberitaan lalu, ada seorang satpam yang menemukan uang 100 juta rupiah di tempat sampah. lalu, diambilkah olehnya ? Tidak. ternyata dengan sadar hati, ia mengembalikan uang itu kepada yang berhak. Nah, orang ini adalah contoh orang merdeka, bebas dari segala belenggu setan yang akan melucuti akhlaknya.. dengan mengikuti kata hati, jelaslah ia akan mengembalikannya kepada yang berhak. dari sana, pasti ia akan mendapatkan reward dari perbuatannya, entah itu berupa materi atau pujian orang. Tapi, itu tidaklah seberapa dibandingkan dengan reward dari Tuhan ! Nalar kita pun kadang sulit untuk menjelaskannya. kadang hanya hati yang mampu menyimpulkan, entah itu dari ketenangan hati, merasa bahagia, merasa lebih percaya diri, dan sebagainya.

Bertolak dari sana, berarti ada dua kemerdekaan yang didapatkan orang yang berbuat baik. pertama, penghargaan terhadap diri sendiri karena perjuangan melintasi berbagai cobaan yang kadang mampu menggelincirkan diri sewaktu-waktu. kedua, penghargaan dari Tuhan, yang mahaluas diberikannya pada hamba-Nya yang berbuat baik, apapun bentuknya. Tentu saja, masih banyak lagi makna kemerdekaan yang dapat kita telisik dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, kembali kepada perenungan arti merdeka, bagi saya pribadi, ini ada hubungannya dengan passion yang saya miliki. lebih luasnya, yang kita miliki. Ya, saya yakin mayoritas Kompasianer pasti passionnya menulis, bukan ? Atuh, minimalnya pasti -menulis- komentar di tulisan kompasianer lain, hehehe...
Dan kemerdekaan dalam masalah passion, saya pahami dalam bentuk 3M.

Pertama, membaca. Nah, menurut saya, ini adalah kebebasan paling enak, karena pertanggungjawabannya hanya pada diri sendiri. Tergantung, dari apa yang mau kita baca. wajib disyukuri juga karena sekarang masalah pembredelan tulisan tidak semena-mena masa lalu. Bukankah kebebasan pers adalah hasil dari perjuangan pahlawan kita juga ?  Alhasil, tinggal bagaimana cara kita memfilter bacaan yang masuk. Begitupun dengan kemerdekaan berpendapat dan mengolah opini yang berkaitan dengan isi bacaan, sudah tidak melulu harus selalu "lurus dengan pemerintah" seperti jaman dulu. Ah, sudahlah, jaman sekarang ini urusan membaca telah dimerdekakan. Tinggal bagaimana kita bisa mengontrolnya saja, bukan ?

Kedua, menulis. Ya, ini adalah salah satu kemerdekaan yang menurut saya yang agak sulit didapatkan, eh, lebih tepatnya harus (selalu) diperjuangkan. bagaimana tidak, bukan mudah untuk mengalirkan isi hati dan nalar ke ujung jari, lalu menari-narikannya diatas keyboard, membangun paragraf demi paragraf, yang bermaksud hendak menyampaikan sesuatu kepada pembaca. Tidak mudah, apalagi sampai menyelusupkan makna penting dalam tulisan itu.

Namun, apapun itu, namanya juga mau merdeka, kan ? jadi harus diperjuangkan. Bila kita mengaku suka menulis, bila tidak menulis dalam suatu waktu saja, pasti rasanya ada yang kurang. istilahnya, "panggilan moral" mengetuk-ngetuk hati, "Hei... sudah berbuat apa kau hari ini ? jangan makan terus, tapi ngga mau kerja..."

Maksudnya ? ya, jangan malah membaca terus, tapi ngga mau nulis. Mbok ya, istilahnya kalau sudah dapat inspirasi dari orang lain lewat membaca, ya kita juga harus membalasnya dengan memberikan isi pikiran kita juga, balas budi lewat tulisan. masalah "inspiratif" atau tidaknya, ya nanti dulu lah, yang penting kita sudah berusaha memerdekakan diri dengan ikut berkarya dan memberi pada orang lain lewat tulisan kita.

Ketiga, memaknai. kalau masalah ini, sudah masuk urusan hati, lho. karena bagaimanapun, sesuatu yang kita baca atau yang kita tulis haruslah memberi efek positif, minimal untuk diri sendiri. Dengan kegiatan membaca dan menulis, semestinya kita merasakan pikiran semakin terbuka, mudah untuk berbagi, menghargai perbedaan namun tetap kritis, dan sebagainya.

Memaknai pun tak mesti lewat bacaan atau tulisan serius, sebab lewat humor yang sentilan-sentilun hingga humor saru pun dapat diambil maknanya, selagi kita mampu dan mau. Setelahnya, tugas kita masing-masing untuk mengambil ruh positif dari tulisan yang kita baca atau yang kita tulis itu ke dalam kehidupan kita sehari-hari. kadangkala memang, seuntai paragraf bermakna bisa menjadi menjadi begitu berarti bagi kehidupan seseorang.

Karena lewat tulisan yang kita buat, boleh jadi ada orang yang kita merdekakan, dari pikirannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun