Sebagai Pusat Pelatihan dan Pengembangan Jurnalistik Profesional, Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) menggelar Webinar bertema Media dan Disabilitas pada Jumat (23/07/21) dalam rangka memperingati hari lahirnya.
Dengan misi pendidikan yang berkelanjutan, LPDS menginspirasi dan mendidik masyarakat, khususnya lembaga Pers Indonesia, untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Tema Webinar ini adalah "Media dan Disabilitas," dan bertepatan dengan produk liputan terbaru Dewan Pers yang mana membahas tentang ramah disabilitas.
Diharapkan acara Webinar yang digelar dengan menghadirkan Mensos Tri Rismaharini sebagai keynote speaker dan Dirjen Rehabilitasi Nasional Harry Hikmat menjadi salah satu implementasi untuk menghilangkan stigma negatif, dan diskriminasi bagi penyandang disabilitas, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang disabilitas seorang penyandang disabilitas.
Penyandang disabilitas, menurut Risma, memiliki beberapa hak yang harus dihormati, termasuk hak media atas informasi dan komunikasi.
Risma melanjutkan, penggambaran penyandang disabilitas di media seringkali menimbulkan berbagai konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti stereotip dan representasi negatif, yang dapat berujung pada stigma dan diskriminasi.
Prof. Dr. Ir. H Mohammad NUH, D.E.A Â juga berbicara tentang "Tanggung Jawab Pers dalam Pelaporan Disabilitas" dan bagaimana media dapat membantu mendidik masyarakat tentang risiko disabilitas.
Untuk membangkitkan empati publik dan pabrik-pabrik korosif, pers harus memanfaatkan kelebihan dan kekuatannya, khususnya di bidang pendidikan.
Ia percaya bahwa ini adalah momen penting bagi semua pemangku kepentingan, khususnya media, untuk menyebarkan dan meningkatkan kesadaran akan kesetaraan hak penyandang disabilitas, khususnya di tempat kerja.
Kemudian Cheta Nilawaty menghadirkan "Perspektif Media vs. Perspektif Disabilitas", yang menurut saya patut ditonjolkan karena sangat menarik.
Menurutnya, media membuat kesalahan besar dalam pemberitaan disabilitas: Porno inspiration, atau fetish-isasi penyandang disabilitas yang dianggap inferior.