Mohon tunggu...
Miftahul Fajar Faturrohman
Miftahul Fajar Faturrohman Mohon Tunggu... -

Where did we come from ? Why are we here ? Where do we go when we die? What lies beyond ? And what lay before ? Is anything certain in life?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tanpa Judul

24 September 2014   09:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:44 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kunikmati malam dengan diiringi nada-nada yang merdu. Langit terlihat luas dengan lengkungan indahnya. Bintang-bintang malu tuk menampakkan dirinya. Awan-awan yang berwarna keabu-abuan, dan ada juga yang berwarna agak kemerah-merahan, menghiasi langit pada malam hari ini.

Pepohonan dengan daun-daunnya yang berwarna hijau, tak henti-hentinya memroduksi oksigen, yang setiap hari kita hirup dengan bebas. Sungguh terima kasihku kuucapkan, kepada dedaunan yang hingga saat ini, dengan penuh tanggung jawab masih tetap memberikan kepada kami udara yang segar. Aku tak bisa membayangkan, bagaimana jika andainya dedaunan sudah bosan memroduksi oksigen karena melihat tingkah laku manusia yang semakin hari semakin tidak menghargai alam sekitarnya ?

Aku heran, alam raya dengan penuh tanggung jawab masih tetap menjalankan fungsinya masih-masing, namun mengapakah manusia tidak ? Mengapakah manusia lebih tidak bertanggung jawab dibandingkan dengan makhluk yang hina sekalipun ?

Lihatlah bagaimana tanggung jawab belatung dkk. Menjadi makhluk yang hina bukanlah hambatan bagi mereka untuk tetap menjalankan fungsinya. Dalam rantai makanan peran mereka begitu penting. Mereka tidak pernah bosan untuk menjadi pengurai bangkai-bangkai. Kalau tidak ada mereka, bangkai-bangkai tak bisa terurai. Bayangkan apa yang akan terjadi, jika dimana-mana bangkai-bangkai berserakan tak terurai ?

Belajarlah semangat hidup dari ayam. Dimana para manusia masih terlelap tidur dan terbuai dalam mimpi-indah, kokok-kokok ayam memecah keheningan di tengah kedatangan sang pagi. Semangat ayam yang pertama kali menyambut datangnya pagi hari. Ketika matahari mulai menampakkan dirinya di ufuk timur, ayam pun bergegas berangkat untuk mencari rezeki. Mereka tak pernah lelah mengais-ngais rezeki dimana pun berada. Menjelang sore hari mereka pulang dengan sendirinya ke kandangnya masih; dengan tidak ada rasa penyesalan terhadap yang diperolehnya hari ini, serta tidak ada rasa kekhawatiran terhadap apa yang akan diperolehnya besok.

Aku takjub, burung-burung yang terbang bebas di udara itu lho. Tidak pernah ada pikiran takut, kalau-kalau terjatuh, ataupun ditembak oleh pemburu. Mereka tetap terbang dengan penuh semangat di langit bebas sambil mengamati dimana ada rezeki yang bisa di dapatkan. Hebat ya ? Bagaimana dengan diri kita ?

Nyamuk-nyamuk, walaupun pekerjaan mereka sangat beresiko besar, berupa kematian ketika memperoleh rezeki, mereka tetap menjalankan semua itu. Mereka sadar bahwa pekerjaannya merugikan orang lain, namun itu semua benar-benar tuntutan hidup mereka. Mereka diciptakan untuk mengkonsumsi darah, mereka tidak memesan semua itu. Sedangkan kita, kita bisa memilih dalam hidup ini, bermanfaat atau merugikan. Terserah mau pilih mana, dan tanggung sendiri resikonya masing-masing.

Malam pun semakin larut. Dan waktu telah menunjukkan bergantinya hari. Sebenarnya, mata ini masih belum mengantuk, masih ingin kunikmati keheningan malam ini dengan mengungkapkan semua apa yang kupikirkan. Namun, lebih baiknya kuistirahatkan badan ini sebentar, untuk menyambut esok hari dengan semangat yang fresh...... : D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun