Mohon tunggu...
Miftahul Khair
Miftahul Khair Mohon Tunggu... -

menjdi mahasiswa di universitas mataram angkatan 2012

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Jantan ala Pulau Cabe “Tradisi Presean Lombok”

30 Maret 2015   14:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:47 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TRADISI JANTAN ALA PULAU CABE

TRADISI PRESEAN LOMBOK

Kalau di luar negeri ada gladiator italy, di Indonesia ada namannya Presean yang sampai sekarang tradisi itu masih dilakukan oleh pemuda Lombok atau suku Sasak sebagai persembahan untuk menyambut tamu dan jadi bagian dalam aneka festival dan acara.

Awal tradisi Presean ini dahulu saat Lombok masih berbentuk kerajaan, Presean jadi cara untuk memilih prajurit di sana. Sebelum diterima menjadi prajurit, mereka akan adu ketangkasan terlebih dahulu atau upacara adat dari luapan emosi para prajurit kerajaan sehabis mengalahkan lawan di medan perang.

Pepadu Presean LombokPertunjukan seni ini sangat unik walaupun penuh dengan unsur kekerasan. Disini petarung dinamakan pepadu yang sebelumnya tidak disiapkan, pepadu dipilih oleh  Pakembar yang  juga sebagai wasit dalam pertarungan presean ini. Pepadu dipilih dari penonton, penonton berhak untuk menolak bila dipilih oleh pakembar, apabila pepadu bersedia maka mereka akan mengenakan kain tradisional, dengan udeng dan bertelanjang dada. Menggunakan pecutan atau rotan dan perisai sebagai pelindung yang terbuat dari kulit kerbau tebal yang biasa disebut Ende, para Pepadu ini akan adu kekuatan dan ketangkasan di tengah lingkaran manusia. Pertarungan ini dipimpin oleh 2 pakembar Yakni Pakembar Sedi yaitu wasit yang berada di pinggir lapangan dan Pakembar Tengaq, yaitu wasit yang berada di tengah lapangan. Pertarungan dilakukan dalam beberapa ronde, dengan peraturan-peraturan yang diberikan oleh Pakembar. Pemenang dalam Presean ini ditentukan dengan 2 cara, yaitu ketika salah satu dari anggota badan pepadu berdarah, maka pertarungan dianggap selesei dan pepadu yang tidak mengeluarkan darah dianggap sebagai pemenang. Dan yang kedua apabila pepadu bisa sama-sama bertahan dalam beberapa ronde, pemenangnya akan ditentukan berdasarkan nilai tertinggi selama pertarungan dilaksanakan oleh Pakembar Sedi.

Arena Pepadu Presean LombokTradisi Presean juga diiringi musik yang disebut gendang presean. Alat-alat musiknya terdiri dari dua buah gendang, satu buah petuk, satu set rencek, satu buah gong dan satu buah suling. Jenis-jenis gending Presean dibagi menjadi 3 macam, yakni gending rangsang yaitu gending yang dimainkan pada saat Pakembar dengan dibantu pengadol mencari petarung dan lawan tandingnya. Kedua, gending mayuang, yaitu gending yang bertujuan untuk memberi tanda bahwa telah ada dua pepadu yang siap dan sama-sama berani melakukan Presean. Yang ketiga adalah gending beradu yaitu gending yang bertujuan untuk membangkitkan semangat petarung maupun penonton dan dimainkan selama berlangsungnya pertarungan.

Cara permainan --Peserta Peresean tidak dipersiapkan sebelumnya, tetapi peserta diambil dari para penonton. Artinya penonton saling menantang dan salah satu penonton akan kalah kalau kepala/anggotan badan sudah berdarah. Penonton dapat mengajukan diri sebagai peserta Peresean, dan juga peserta dapat dipilih olehwasitdiantara para penonton.Setelah peserta sudah pas, pertarungan dimulai.Wasit pinggir (pekembar sedi) mencari pasangan pepadu dari para penonton, sedangkan wasit tengah (pekembar teqaq) yang akan memimpin pertandingan.Aturan Peresean adalah para pepadu tidak boleh memukul anggota badan bagian bawah (kaki/paha), tetapi para pepadu diperbolehkan memukul anggotabadanbagian atas (kepala,pundak, danpunggung).Dalam pertunjukan Peresean, ada musik pengiring untuk menyemangati para pepadu sekaligus sebagai pengiring kedua pepadu menari.Alatmusikyang digunakan sebagai pengiring adalahgong, sepasangkendang,rincikatausimbal,sulingdankanjar.Pepadu memegang tongkat rotan ditangankanan danperisaidi tangan kiri.Kedua pepadu harus saling serang untuk mendapat nilai tinggi dari parajuri.Pepadu akan mendapatkannilaitertinggi jika bisa memukulkepalalawan.Pemenang dalam Peresean ditentukan dari nilai yang diperoleh dalam 5 ronde atau salah satu pepadu sudah mengibarkanbendera putihkarena berdarah.]Pepadu yang berdarah akan diobatitimmedia denganobatsejenis minyak.Minyak tersebut jika dioleskan tidak menimbulkan rasa perih.Setelah bertarung, para pepadu bersalaman dan berpelukan, tandanya tidak ada rasa dendam antara kedua pepadu.

Walaupun penuh dengan unsur kekerasan, Presean masih tetap dilestarikan karena dibalik itu ada tujuan untuk silaturahmi, persahabatan dan sportifitas. Para pepadu tidak menaruh dendam diluar pertarungan karena filosofi dari tradisi ini yaitu bukan mencari lawan melainkan mencari teman atau saudara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun