Rani berjalan di teras sekolah saat jam istirahat. Ia melihat sahabatnya, Arum sedang berdiri di ujung kelas menghadap papan pengumuman. Rani pun menghampiri Arum. "Rum, sedang apa kamu di sini?" tanya Rani. "Eh, kamu Ran. Ini aku sedang membaca pengumuman yang baru saja ditempel bu Yanti." Sahut Arum. "Festival Kalimalang? Acara apa itu Rum?" tanya Rani semakin penasaran. "Aku juga tidak tahu Ran." timpal Arum. "Kala begitu, kita tanyakan saja pada bu Yanti." sahut Rani. "Ayo ayo!" balas Rani penuh semangat. Kemudian kedua anak tersebut berjalan menuju ruang kantor guru untuk menemui bu Yanti.
Rani dan Arum bersahabat sejak kecil. Di mana ada Arum, di situ pasti ada Rani. Arum memiliki hobi yang lain dari teman -- teman seusianya yaitu menari tarian tradisional. Teman -- teman sekelasnya tidak ada yang mau berteman dengan Arum, terutama Dias. Ia menganggap Arum itu kuno dan tidak gaul hanya gara -- gara memiliki hobi menari. Arum tidak merasa sedih, karena masih punya sahabat yaitu Rani yang mau mengerti tentang hobinya itu. Orang tua Arum adalah seniman kondang di kotanya. Ayahnya seorang dalang, sedangkan ibunya adalah pesinden. Kemampuan menari yang dimiliki Arum diwariskan dari sang nenek, yang dulunya merupakan seorang penari terkenal. Sang nenek juga memiliki sebuah sanggar tari di rumahnya. Meskipun sudah berusia lanjut, namun  nenek Arum masih tampak terlihat segar dan lincah, itu semua diperoleh dari kebiasaannya menari.
Arum mengetuk pintu ruang kantor guru. Setelah dipersilakan masuk, Arum berjalan dengan diikuti Rani di belakangnya. Mereka kemudian duduk di depan meja bu Yanti. Rani memberanikan diri memulai bertanya pada bu Yanti. "Emm, maaf bu, tadi kami membaca pengumuman yang ditempel ibu tentang festival Kalimalang. Kalau boleh tahu, acara apakah itu bu?". Bu Yanti menjawab sambil tersenyum, "Oh, festival Kalimalang. Itu adalah acara yang diadakan pemerintah kota untuk meresmikan taman Kalimalang yang berada di seberang komplek kantor Walikota. Dengan diisi berbagai macam perlombaan, salah satunya lomba menari tarian tradisional." Arum tampak antusias mendengar penjelasan bu Yanti, sembari bertanya. "Apakah kami boleh ikut bu?". "Oh, sangat boleh Arum, dan kamu wajib ikut." sahut bu Yanti. Arum dan Rani tampak kegirangan mendengar jawaban bu Yanti. Lalu mereka berpamitan dan keluar meninggalkan ruangan kantor guru. Dias yang dari tadi mengamati, mengetahui rencana Arum dan Rani untuk mengikuti acara festival Kalimalang. "Halah, ikut lomba menari saja bangga, paling juga kalah" ejek Dias. Arum dan Rani tidak menghiraukan Dias, dan berlalu masuk ke kelas.
Bel panjang berbunyi, tanda berakhirnya pelajaran hari ini. Setelah berdoa dan mengucap salam, semua anak berhamburan keluar kelas. "Kita hanya punya waktu tiga minggu untuk latihan Rum." kata Rani saat mereka berjalan pulang. "Benar Ran, bagaimana kalau kita minta nenekku untuk mengajari dan melatih tari." sahut Arum."Aku setuju Rum, kita buktikan ke teman -- teman, kalau kita tidak kampungan." ujar Rani. "Oke, kita mulai latihan besok sore di rumah nenekku, aku tunggu ya?" sambung Arum. Mereka kemudian berpisah di persimpangan jalan. Arum berjalan sendirian menuju rumahnya yang berada di ujung jalan.
Rabu sore, Rani sudah tiba di rumah nenek Arum seperti yang sudah menjadi perjanjian sebelumnya. Dengan membawa sampur di tangan, Rani mengetuk pintu. "Asssalmualaikum nenek, ini Rani." kata Rani. Dari dalam rumah, nenek menjawab, "Waalaikumsalam, mari masuk Rani, Arum sudah menunggu di teras belakang". Rani masuk dan berjalan ke teras belakang. Di sana tampak Arum sudah mengenakan sampur sambil menyalakan tape untuk mengiringi latihan menari. Musik dari tape dibunyikan, tampak gerakan nenek Arum lemah gemulai seiring alunan musik gamelan dari tape. Arum dan Rani mengikuti gerakan nenek. Tidak sulit bagi mereka untuk mengikuti, karena sudah terbiasa menari. Dalam waktu kurang dari tiga minggu, Arum dan Rani sudah lincah menari. Nenek bangga pada mereka, dan yakin akan memberikan hasil yang terbaik.
Dua hari sebelum pelaksanaan Festival Kalimalang, semua anak SD Sukadamai dikumpulkan di aula sekolah. Bapak kepala sekolah memberikan sambutan dan pesan kepada anak -- anak yang ditunjuk untuk mengikuti berbagai perlombaan dalam Festival Kalimalang. Tak terkecuali pada Arum dan Rani. Kepala sekolah berpesan, jaga nama baik sekolah dan berikan penampilan yang maksimal. Setelah kepala sekolah selesai memberikan sambutan, giliran bu Yanti memberikan pengarahan pada anak -- anak. Bu Yanti meminta pada semua anak, agar Sabtu lusa semua anak datang ke taman Kalimalang untuk menyaksikan dan memberikan dukungan pada teman -- teman yang mewakili SD Sukadamai dalam festival  Kalimalang. Semua anak mengangguk tanda menyanggupi permintaan bu Yanti, tapi tidak bagi Dias. Ia tampak sinis melihat Arum dan Rani.
Hari yang ditunggu telah tiba, jalan di depan komplek kantor walikota sangat ramai. Sebuah panggung berdiri megah tepat di depan gapura komplek perkantoran. Tampak anak -- anak peserta lomba duduk berjajar di kursi depan panggung dengan beraneka pakaian tari. Tampak juga pengunjung yang ramai memadati taman Kalimalang. Ya, taman Kalimalang akan segera diresmikan. Taman yang kini cantik dengan beraneka tanaman bunga dan jembatan apung di atas sungai. Taman ini sengaja dipercantik dan disulap oleh seluruh organisasi perangkat daerah dan swasta yang mendapat perintah langsung dari walikota dalam rangka menyambut ulang tahun kota ke 517 tahun. Sungai yang dulunya kumuh, kini tampak bersih. Kotaku kini mulai berbenah.
Suara alunan gamelan mengiringi para peserta tari menunjukkan kebolehannya di atas panggung. Satu persatu peserta tampil dengan gerakan lemah gemulai. Suara tepuk tangan penonton yang riuh semakin menambah ke pede an para peserta. Â Tepat pukul sebelas siang, pembawa acara memanggil nomor undian 15. Arum dan Rani bersiap di belakang panggung sambil membenarkan tatanan rambut dan sampur mereka. Ketika musik dinyalakan, tepuk tangan penonton semakin terdengar meriah. Mereka berdua naik ke atas panggung berlenggak lenggok sambil mengibaskan sampur seirama dengan alunan musik. Gerakan mereka tampak lincah dan kompak. Tak tampak gerakan yang salah ataupun mendahului satu sama lain. Ketika musik berhenti, mereka turun panggung dengan diiringi tepuk tangan dari teman -- teman, namun Dias masih saja menampakkan wajah yang kurang senang pada Arum dan Rani. Bu Yanti terharu sekaligus bangga melihat penampilan mereka. Bu Yanti memeluk erat tubuh Arum dan Rani.
Semua peserta sudah menampilkan kebolehannya dalam menari. Sembari menunggu pengumuman pemenang, Arum, Rani dan teman -- temannya berjalan menyusuri taman di sepanjang Kalimalang. Mereka juga berfoto bersama di tempat yang sudah disediakan. Tepat pukul 2 siang, dewan juri naik ke atas panggung untuk membacakan pengumuman pemenang festival Kalimalang. "Juara satu lomba menari festival Kalimalang diraih oleh, SD Sukadamai." suara juri jelas terdengar. Arum dan Rani berpelukan, diikuti bu Yanti dan teman -- temannya. Arum dan Rani naik ke atas panggung untuk menerima trophy dan hadiah. Teman -- teman memberikan tepuk tangan tanda ikut bersuka cita, Dias pun terpaksa ikut memberikan tepuk tangan. Ternyata Dias salah, menari tari tradisional itu tidak kuno, menari tari tradisional itu keren. Ia pun segera menyalami Arum dan Rani, sambil meminta maaf atas sikapnya selama ini. Semua larut dalam kegembiraan dan kemenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H