Hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018 tidak bisa sepenuhnya dijadikan sebagai barometer kesuksesan atau kegagalan tokoh partai politik di Pilpres tahun depan.
Kemenangan dan kekalahan partai politik pengusung calon kepala daerah dan wakil kepala daerah bukan satu-satu acuan, karena tidak banyak kader inti partai yang bertarung di Pilkada.
Partai dalam pilkada hanya sebatas perahu yang disewa oleh kandidat-kandidat yang mayoritas bukan kader Partai. Â
Merujuk pada hasil perolehan suara sementara versi hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei, beberapa partai besar kalah dalam pertarungan Pilkada tahun ini. PDI-P misalnya, hanya menang di enam provinsi dari 17 pemilihan gubernur dan wakil gubernur. Demikian halnya Gerindra, hanya menguasai tiga provinsi.
Nasib Jokowi
Kekalahan PDI-P di Pilkada 2018, tidak bisa disimpulkan menjadi penghambat kemenangan Jokowi di 2019. Alasannya, kandidat-kandidat yang mengalahkan jagoan-jagoan PDI-P di pilkada juga banyak yang bukan kader partai non-pemerintah.
Beberapa di antaranya bahkan punya kedekatan personal dengan Jokowi. Contohnya Pilkada Jawa Timur dan Jawa Barat. Hasil hitung cepat, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak memenangkan Pilkada Jatim dan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum di Jawa Barat.
Khofifah bisa jadi kabar baik bagi Jokowi, karena Khofifah kan bukan kader partai. Ridwan Kamil juga begitu, walaupun diusung Nasdem, tapi Ridwan Kamil juga bukan kader Nasdem.
Selain itu, secara personal Khofifah dan Ridwan Kamil memiliki kedekatan dengan Jokowi. "Jadi Jokowi Aman".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H