Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kali ini saya akan membahas tentang bagaimana budaya penyambutan bulan Suci Ramadhan di daerah Aceh Selatan.
Bulan Suci Ramadhan adalah bulan yang sangat Dinanti nanti oleh seluruh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Aceh. Seluruh umat muslim di Aceh pun senantiasa menyambut kedatangan bulan Suci Ramadhan. Daerah Aceh terkenal dengan daerah Serambi Mekah yang agamanya sangat kuat ter khusus adat istiadat nya sangat kental. Jika kalian berkunjung ke Aceh, ada tradisi khusus daerah setempat yang tidak kalian temui di wilayah yang lain.
Dalam menyambut hadirnya bulan Ramadhan masyarakat Aceh memiliki caranya tersendiri yang unik dan sarat akan makna yang disebut meugang. Meugang merupakan tradisi di mana masyarakat di Aceh akan ramai ramai membeli daging sapi, lalu memasak nya, kemudian menyantapnya Bersama sama dengan keluarga. Tak jarang perayaan ini turut mengundang para tetangga, anak Yatim, farkir miskin untuk Bersama sama  menikmati hidangan. Sehingga menjadikan meugang sebagai tradisi masyarakat Aceh yang sarat akan makna kebersamaan dan tali Persaudaraan. Seperti yang sudah kita ketahui, tradisi Meugang di Aceh identic dengan makan daging Bersama yang terjadi tiga kali dalam setahun, yaitu Ketika menyambut bulan Ramadhan, Ketika menyambut hari raya Idul Fitri, dan Ketika menyambut hari raya Idul Adha. Sesungguhnya tradisi memegang untuk daerah istimewa Aceh ini telah dimulai sejak zaman purbakala, itu sejak zaman Iskandar Muda mereka telah mengawali peristiwa peristiwa meugang ini dalam setiap saat. Maka pelaksanaannya dari masa sultan Iskandar Muda dan beberapa orang tokoh zaman dahulu sampai dengan menjelang masa kerajaan Belanda, masa Jepang, sampai hari ini meugang ini sungguh sangat dibudayakan didalam bumi aceh ini. Di seluruh Aceh yaitu 23 kabupaten  dari Aceh Selatan, simeulu, Sabang, Banda Aceh, singkil, meulaboh hingga sampai Aceh Utara mereka berlomba-lomba untuk melaksanakan meugang dengan potong sapi. Potong sapi  ini ada dua versi, adalah yang mereka beli di pasar , Dan ada juga yang budayanya di desa desa yang masyarakatnya sepakat mengumpulkan dana kemudian mereka beli seekor Lembu atau seekor kerbau dan kemudian mereka memotongnya dan membagi kepada seluruh masyarakat di desa setempat. Tapia da juga yang dibagikan kepada fakir miskin dari desa ke desa yang lainnya. Intinya semiskin-miskinnya masyarakat Aceh, tetapi tetap bisa merasakan sekurang-kurangnya makan daging enak tiga kali dalam setahun.
Kali ini saya mewancarai  Narasumber yang merupakan seorang Imam di kampung tempatku tinggal. Beliau bernama pak Efrizal. Beliau mengatakan "mengenai tradisi meugang di Aceh itu merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Aceh. Dan mengenai Santunan untuk fakir dan miskin sering kita lakukan Bersama di dalam menyambut Idul Adha. Dan biasanya masyarakat Aceh Ketika hendak meugang mau tidak mau harus membeli daging. Dari jauh jauh hari sudah disiapkan untuk menyambut bulan Suci Ramadhan, karena adat istiadat tersebut telah tercipta sejak tahun 1945 sampai sekarang" ujarnya.
Biasanya harga daging Ketika menyambut bulan Suci Ramadhan mencapai Rp.200.000 per kilogram. Mahalnya harga daging tersebut dikarenakan mahalnya harga sapi dan kerbau yang dibeli warga dari pernak.
Pak Arif yang merupakan salah seorang  pedagang di pasar kota Fajar mengatakan "harga daging pada meugang tahun ini sama seperti harga daging pada meugang tahun lalu yaitu Rp.200.000 per kilo gram" selain daging, harga ayam potong juga mengalami kenaikan yakni sekitar Rp.60.000 -Rp.65.000 per ekor. Di mana sebelumnya harga ayam berkisar Rp.40.000 -- Rp.50.000 per ekor. Tak hanya itu, bumbu dapur juga mengalami kenaikan, seperti cabai merah Medan berkisar Rp.40.000 per kilo gram, cabai local berkisar Rp.45.000 per kilo gram. Tomat Rp.10.000 per kilo gram, cabai rawit medan Rp.30.000 per kilo gram, cabai rawit kampung Rp.35.000 per kilo gram.
Di Aceh Ketika telah datang bulan puasa seluruh warung seperti penjual penjual makanan pada siang hari hingga menjelang berbuka puasa, mereka tidak membuka took. Jadi, jika Anda berkunjung ke Aceh jangan sekalikali berharap ada toko makanan yang buka pada siang hari. Meskipun di Aceh terkenal dengan kopinya yang nikmat , Dan pastinya juga banyak terdapat warung kopi yang tersedia di setiap sudut, kamu tidak akan menemui kedai kopi yang buka pada siang hari. Warung atau toko buka pada 04.00 sore atau menjelang buka puasa. Warung akan tutup Kembali di saat sholat tarawih akan dimulai. Mereka akan membukanya Kembali setelah sholat tarawih selesai.
Di Aceh Ketika bulan Ramadhan sangat banyak makanan yang tidak kamu temui di hari hari biasanya. Jika kalian sering menjumpai kuliner mie Aceh dan ayam tangkap itu merupakan hal yang biasa, menariknya kamu akan menemui makanan yang tidak biasa yang kamu jumpai selain bulan Ramadhan. Seperti ikan jerumbi, lemang, mie caluk, mentumun sirup cap patung, dan masih banyak lainnya lagi.
Di Aceh Ketika menyambut bulan Ramadhan juga terdapat tradisi melemang. Budaya melemang adalah tradisi yang masih tetap dipertahankan dan rutin diadakan setiap megang untuk menyambut bulan Suci Ramadhan, untuk menyambut hari raya Idul Fitri, dan untuk menyambut hari raya Idul Adha. Tetapi ada juga Sebagian orang yang melakukannya Ketika memperingati tahun baru Islam yang diadakan pada malam 10 Muharram. Melemang adalah adat istiadat yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita terdahulu. Konon pada zaman dahulu melemang ini dilakukan untuk mensyukuri rahmat Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H