Di tengah perkembangan zaman, peran remaja dalam dunia politik semakin menonjol. Meski sering kali dianggap "belum cukup matang," banyak remaja yang telah menunjukkan keberanian dan kreativitas dalam menyuarakan pendapat mereka tentang berbagai isu penting. Namun, bagaimana cara mereka berpartisipasi dalam dunia politik yang sering dianggap rumit?Â
Media sosial telah menjadi alat utama bagi remaja untuk menyuarakan pendapat mereka. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter memungkinkan mereka untuk berbagi informasi, menyebarkan opini, dan menggerakkan aksi sosial dengan mudah.Â
Salah satu contoh adalah penggunaan tagar (#) yang viral di media sosial. Tagar seperti #SaveSTY, #SaveEarth, dan #ReformasiDikorupsi sering kali dipopulerkan oleh remaja untuk menggalang dukungan terhadap isu-isu tertentu. Dengan konten visual yang menarik, mereka mampu menyampaikan pesan yang kuat dan menjangkau audiens yang luas.Â
"Media sosial memberikan kami ruang untuk berbicara tanpa batasan. Kami bisa mengkritik kebijakan, mendukung kampanye, atau bahkan memulai gerakan kami sendiri," ujar Dara, seorang remaja yang aktif mengkampanyekan isu lingkungan.Â
Tidak hanya di dunia maya, remaja juga terlibat langsung dalam aksi-aksi nyata, seperti demonstrasi, kampanye sosial, dan kegiatan advokasi. Misalnya, dalam berbagai aksi demonstrasi terkait isu lingkungan atau hak asasi manusia, terlihat banyak anak muda yang turut bergabung.Â
Di Indonesia, gerakan seperti #ReformasiDikorupsi pada tahun 2019 memperlihatkan bagaimana remaja berani turun ke jalan untuk menyuarakan tuntutan mereka. Dengan spanduk, orasi, dan kreativitas lainnya, mereka menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat sipil. Â Bahkan, sekelompok anak SMK Juga aktif berdemonstrasi menyuarakan aspirasinya Bersama mahasiswa dan pendemo lainya.
Sebagian remaja juga menunjukkan peran aktif dalam mengedukasi teman-temannya tentang isu-isu politik. Melalui diskusi kelompok, webinar, atau bahkan konten edukatif di media sosial, mereka membantu menyebarkan pemahaman yang lebih baik tentang politik dan kebijakan.Â
Misalnya, banyak remaja yang membuat konten video sederhana untuk menjelaskan isu-isu seperti pemilu, hak asasi manusia, atau perubahan iklim. Dengan gaya bahasa yang santai dan mudah dipahami, mereka berhasil menarik perhatian teman sebayanya. Â Â
Meskipun antusias, remaja sering kali menghadapi tantangan dalam menyuarakan pendapat mereka. Salah satu hambatan terbesar adalah stereotip bahwa remaja tidak cukup dewasa untuk memahami politik. Pendapat mereka sering kali diabaikan atau tidak dianggap serius oleh orang dewasa.Â