Mohon tunggu...
Miftahul Huda
Miftahul Huda Mohon Tunggu... Mahasiswa

saya merupakan mahasiswa baru di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Apron Timbal hingga Dosimeter: Implementasi Proteksi Radiasi dalam Prosedur Khusu Pemeriksaan Kedokteran Nuklir pada Pasien Anak-Anak (Pediatri)

24 Juni 2025   12:31 Diperbarui: 24 Juni 2025   12:31 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www-radiologyinfo-org.translate. 

Oleh : Miftahul Huda

Dosen Pengampu : Amillia Kartikasari, S.Tr.Kes., M.T

D4 Teknologi Radiologi Pencitraan -- Fakultas Vokasi UNAIR

Teknologi kedokteran terus mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satu inovasi yang memberikan harapan besar bagi penyembuhan dan terapi adalah kedokteran nuklir. Kedokteran nuklir merupakan salah satu modalitas yang menggunakan zat radioaktif untuk diagnosis penyakit seperti kanker. Saat ini kedokteran nuklir tengah berkembang pesat di berbagai rumah sakit dan lembaga medis di Indonesia.

Namun, dibalik manfaat besar tersebut terdapat resiko tak terlihat yang menjadi fokus serius, khususnya saat dilakukan prosedur pemeriksaan pada kelompok pasien anak-anak. Menurut peraturan BAPETEN Nomor 4 Tahun 2020 pasien anak-anak merupakan salah satu kelompok dengan radiosensitivitas tinggi. Organ anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan memiliki metabolisme yang cepat dan sel yang membelah dengan lebih aktif sehingga akan lebih sensitif terhadap efek biologi radiasi. Pemeriksaan pada anak memerlukan penanganan khusus karena adanya berbagai tantangan, seperti keterbatasan kerja sama dari pasien anak, pergerakan tubuh yang tidak terkendali, hambatan komunikasi, serta sensitivitas organ pencernaan terhadap media kontras yang digunakan (Hartati et al., 2021).

Pemeriksaan kedokteran nuklir pada anak-anak menurut Soeriadi & Utomo Tahun 2021, terdapat lima pilar penting yang diterapkan dalam pemeriksaan kedokteran nuklir pediatrik yang antaranya sebagai berikut.

  • Suasana ruangan yang ramah bagi anak
    Suasana yang ramah akan memberikan rasa tenang dan nyaman bagi anak, sehingga anak-anak tidak merasakan takut saat dilakukan pemeriksaan.
    https://res.cloudinary.com/baptisthealth 
    https://res.cloudinary.com/baptisthealth 
  • Persiapan dan Komunikasi Sebelum Pencitraan
    Usahakan orang tua hadir dalam sesi pemeriksaan dan melakukan komunikasi yang efektif kepada anak dan orang tua dalam pengambilan Keputusan, sehingga anak dapat merasa memiliki kebebasan dalam memilih.
  • Distraksi atau pengalihan perhatian
    Terdapat beberapa macam pengalih perhatian yang digunakan kepada pasien anak-anak, seperti mainan kecil, video yang diputar selama pemeriksaan, dan penggunaan teknologi virtual reality dalam pemutaran video.
  • Tindakan Sedasi dan Anastesi
    Tindakan ini merupakan tindakan yang sebisa mungkin dihindari dalam cara menenangkan pasien anak-anak jika penggunaan cara diatas masih belum dapat dilakukan secara maksimal. Sedasi adalah tindakan pemberian obat yang bertujuan untuk menenangkan pasien tanpa menghilangakan sepenuhnya kesadarannya seperti penggunaan obat peroral. Sedangkan anastesi merupakan tindakan yang digunakan untuk menghilangkan sensasi rasa sakit secara penuh.
  • Pemberian Radiofarmaka
    Tindakan ini dapat dilakukan dengan memasukkan obat melalui oral maupun intravena bergantung pada kebutuhan prosedur yang akan dilakukan. Oral digunakan ketika prosedur pengosongan lambung. Sedangkan intravena digunakan dengan mempertimbangkan penggunaan ukuran jarum yang tepat, sehingga dapat mengurangi resiko pecahnya pembuluh darah pada saat akses bolus dan air saline disuntikkan.

Menurut peraturan BAPETEN Nomor 4 Tahun 2020 terdapat tiga prinsip umum yang digunakan pada pemeriksaan kedokteran nuklir yaitu justifikasi, optimasi dan limitasi. Prinsip justifikasi mengharuskan manfaat harus lebih besar daripada resiko. Prinsip Optimasi memastikan bahwa penyesuaian dosis yang diberikan dengan berat badan dan usia anak untuk dapat meminimalisir paparan radiasi tanpa mengurangi kualitas hasil citra yang sesuai dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonbly Achievable). Prinsip limitasi memastikan penggunaan batas dosis sesuai dengan peraturan yang berlaku pada pasien dan pekerja radiasi sehingga dapat mencegah efek biologis yang merugikan

Lalu bagaimana peran proteksi radiasi dalam pemeriksaan kedokteran nuklir pada anak? Penerapan proteksi radiasi dalam pemeriksaan nuklir pediatrik difokuskan pada penggunaan alat pelindung diri yang menggunakan bahan timbal sesuai dengan aturan BAPETEN No. 4 Tahun 2020 secara menyeluruh baik dari pasien dan pekerja radiasi. Penggunaan APD antara lain:

  • Apron Timbal digunakan untuk melindungi paparan radiasi pada bagian tubuh depan atau belakang terutama pada organ vital. Apron timbal memiliki standart ketebalan dari 0,25mm hingga 0,50mm.
  • Gonad digunakan untuk melindungi organ reproduksi dengan ketebalan timbal 0,2 mm
  • Tiroid digunakan untuk melindungi area leher khususnya pada kelenjar tiroid. Ketebalan timbal yang digunakan pada Tiroid adalah 1mm
  • Sarung Tangan Timbal digunakan pada saat menangani paparan radiasi langsung, radiofarmaka atau peralatan yang terkontaminasi radiasi. Ketebalan timbal yang digunakan adalah 0,25mm
  • Kaca Mata Timbal digunakan untuk melindungi mata dengan menggunakan timbal yang memiliki ketebalan yang umum digunakan adalah 0,5mm

Penggunaan dosimeter pasif dan aktif, seperti Thermoluminescent Dosimeter (TLD) dan pendose, wajib dipasang pada tenaga medis untuk memantau paparan radiasi. TLD berfungsi mengevaluasi akumulasi dosis radiasi dalam jangka waktu tertentu berdasarkan prinsip termoluminesensi, sedangkan pendose, sebagai dosimeter aktif, memungkinkan pemantauan dosis secara langsung (real-time). Selain itu, surveymeter digunakan untuk memantau tingkat paparan radiasi di lingkungan kerja. Dengan penerapan proteksi radiasi melalui apron timbal, dosimeter, dan surveymeter, pemeriksaan kedokteran nuklir pada anak dapat dilakukan secara aman, terkendali, dan tetap nyaman bagi pasien serta tenaga medis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun