Mohon tunggu...
miftahudin
miftahudin Mohon Tunggu... Buruh - Nelayan

Penyuka sastra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masa Kini Kapitalisme Telah Menang, Pancasila Terancam.

30 Desember 2024   19:12 Diperbarui: 30 Desember 2024   19:12 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa kini, kapitalisme telah menang. Pancasila terancam.

Hal itu dapat terjadi di karenakan pancasila mentolerir keberadaan kapitalisme. Meskipun sebenarnya pancasila tidak secara eksplisit menentang kapitalisme.  Pancasila menekankan persatuan dan kerakyatan, dan kapitalisme sendiri bisa dianggap sebagai sistem ekonomi yang  berjalan di bawah prinsip-prinsip tersebut.

Atau Mungkin lebih tepat jika dikatakan bahwa Pancasila memberi ruang untuk berbagai sistem ekonomi, tetapi tetap menekankan pentingnya keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
 
Pada saat ini ilmu pengetahuan telah berkembang sangat pesat. Perkembangan Ilmu pengetahuan telah menghasilkan mesin mesin canggih, mesin mesin yang canggih tersebut kemudian di miliki atau dikuasai oleh pemilik modal untuk menciptakan produk-produk. Produk-produk kemudian di jual kembali untuk memperoleh keuntungan. Tak ayal jika Akumulasi keuntungan pun bertumpuk tumpuk, lalu tumpukan modal di gunakan untuk mengembangkan bisnis bisnis baru. 

Modal pun bisa juga di pakai sebagai alat untuk memasuki dunia politik. Pada akhirnya modal kemudian turut campur dalam mempengaruhi pembuatan undang undang. Seperti itulah alur penjelasan mudah mengenai kapitalisme telah menang. pancasila terancam. 

Sekali lagi ini tentang  pengaruh  modal  dalam  dunia  politik.   Ketika  modal  bercampur  dengan  politik,  apakah  keputusan  yang  diambil  benar-benar  berpihak  pada  rakyat?  Apakah  keputusan  tersebut  mencerminkan  nilai-nilai  Pancasila? Bagaimana  kita  bisa  menjaga  agar  kapitalisme  tidak  mengurangi  nilai-nilai  Pancasila?  Apakah  ada  model  ekonomi  lain  yang  lebih  sesuai  dengan  Pancasila?
 Itu adalah  pertanyaan-pertanyaan  lanjutan yang  perlu  kita  renungkan  bersama.

Ini isu yang sangat menarik dan kompleks. Perkembangan teknologi dan kapitalisme telah mengubah lanskap ekonomi dan politik secara signifikan. Perkembangan teknologi dan ekonomi saat ini menciptakan dinamika yang baru, dan kita perlu mencermati bagaimana hal ini berdampak pada nilai-nilai Pancasila

Anggap saja pemaparan di bawah ini  sebagai gambaran bagaimana kekuatan modal bisa mempengaruhi politik dan hukum, yang bisa berujung pada dominasi sistem ekonomi tertentu. Kita perlu mengawalinya dengan bertanya, apakah Pancasila memang memberi ruang bagi dominasi seperti itu?

Bayangkan, seperti sebuah pohon yang menjulang tinggi, kapitalisme  mencari ruang untuk tumbuh dan berkembang.  Ia mencari tanah yang subur, dan dalam hal ini,  sistem politik yang  memberi ruang untuk  kebebasan ekonomi.  Pancasila, dengan  semangatnya yang  menekankan persatuan dan kerakyatan,  bisa  dipandang sebagai  "tanah subur"  bagi kapitalisme. 

Atau mungkin juga Pancasila seperti sebuah taman yang luas. Di taman itu, berbagai macam bunga bisa tumbuh, termasuk bunga kapitalisme. Tapi, taman itu juga memiliki pagar yang kuat untuk menjaga agar bunga-bunga itu tidak tumbuh liar dan merugikan bunga-bunga lainnya.

Pagar itu adalah nilai-nilai Pancasila: keadilan sosial, gotong royong, dan kesejahteraan rakyat. pertanyaan yang juga penting adalah,  apakah  kapitalisme  menghormati  nilai-nilai  Pancasila?  Apakah  kebebasan  ekonomi  yang  diberikan  Pancasila  berujung pada  kesenjangan  yang  semakin  lebar?dan apakah pagar ini masih cukup kuat untuk menahan arus kapitalisme yang semakin deras? Apakah kita perlu memperkuat pagar ini agar nilai-nilai Pancasila tetap terjaga?

Mungkin kita bisa mulai dengan memahami lebih dalam bagaimana sistem ekonomi dan politik saling berinteraksi, dan bagaimana kita bisa menggunakan kekuatan Pancasila untuk menciptakan keseimbangan dan keadilan.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun