Mohon tunggu...
Money

Rupiah Melemah, Bayar Utang Semakin Susah!

17 September 2015   18:23 Diperbarui: 17 September 2015   18:28 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Rupiah nampaknya belum mampu bertahan menghadapi dollar AS. Rupiah terus melemah, bahkan kemarin 16 September 2015 mencapai level Rp14.475/USD. Ini kan tentunya akan semakin menyulitkan kondisi perekonomian rakyat. Terang saja, akibat yang ditimbulkan begitu terasa oleh kalangan menegah kebawah layaknya kita ini.

Mau beli apa-apa jadi mikir dulu, semua serba naik harganya. Bagi kita rupiah semakin naik maka semakin sulit sambung hidup. Beda dengan pemimpin rakyat yang dilipih oleh rakyat. Rupiah melemah, tinggal minta naikkan tunjangan.

Mirisnya ya jurang perbedaan yang diciptakan pemimpin dengan rakyat begitu lebar. Rakyat makin miskin, pemerintahnya kok tenang-tenang saja.

Kalau rupiah makin lemah, bisa-bisa utang negara itu makin besar lho. Ya iyalah, kan bayar utang pakai USD, itu baru bayar utang pokoknya, belum termasuk bunga yang harus dibayarkan.

Menurut media online ekbis.sindonews.com utang luar negeri Indonesia pada kuartal II 2015 sih terlihat melambat pertumbuhannya dibandingkan dengan kuartal I 2015. Pada kuartal II 2015 utang Indonesia tumbuh sebesar 6,3% (yoy), sedangkan pada kuartal I 2015 7,9% (yoy).

Hingga akhir kuartal II/2015 utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar USD 304,3 miliar. Jumlah ini meningkat, dimana pada Desember 2014 jumlah utang luar negeri Indonesia sebesar USD 292,6 miliar.

Nah meskipun pertumbuhannya di kuartal II 2015 melemah, kenyataannya biaya pengembalian utang ketika jatuh tempo akan semakin mahal. Kalau Indonesia gagal bayar utang jatuh temponya, maka Indonesia bisa menaglami nasib yang sama seperti Yunani. Seram Bukan ??

Utang banyak kalau di gerakkan ke sektor produktif itu masih baik. Tapi kalau sudah di gerakkan untuk sektor komsumtif itu sudah tidak baik. Kalau utang di gerakkan pada sektor komsumtif seperti subsisi BBM, Jaminan Kesehatan dan sebagainya, maka akan merugikan.

Nah akan lebih baik jika kredit perbankan itu digerakkan pada sektor produktif, seperti industri-industri potensial di Indonesia agar dapat membuka lapangan pekerjaan, sehingga manfaatnya bisa banyak dirasakan. Dan keuntungannya bisa untuk bayar utang. Masak negara gali lobang, tutup lobang, utang lagi untuk bayar hutang sebelumnya. Ini buruk namanya.

Jadi pemerintah harus mampu dong mejaga stabilitas Rupiah terhadap USD. Kalau perlemahan terus terjadi terhadap rupiah, akan semakin besar juga beban negara. Akan semakin sulit juga biaya hidup rakyat. Rakyat itu biayai hidup sendiri loh. Beda sama pejabat-pejabat negara yang biaya hidupnya dibiayai negara.

Coba rasakan beban rakyat supaya bisa merakan betapa susahnya....!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun