Mohon tunggu...
Ahmad Miftah Rizqy
Ahmad Miftah Rizqy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 5 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mahasiswa semester 5 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Adaptasi atau Mati? Perjuangan Media Jurnalis di Dunia Digital

16 Desember 2024   17:49 Diperbarui: 16 Desember 2024   17:49 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Era digital telah merevolusi dunia jurnalisme. Teknologi menawarkan peluang yang sangat besar bagi media untuk menjangkau khalayak global dengan cepat. Di sisi lain, tantangannya juga tidak kalah berat. Jurnalis media menghadapi persaingan ketat dari platform teknologi yang menyajikan informasi secara instan dan sering kali tanpa kurasi yang tepat. Dalam lingkungan yang semakin kompetitif ini, media harus beradaptasi atau berisiko kehilangan relevansi.

Salah satu tantangan terbesar adalah penyebaran berita palsu, yang menyebar lebih cepat melalui jejaring sosial. Seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengakses informasi melalui platform digital, semakin sulit bagi mereka untuk membedakan mana berita yang kredibel dan mana yang tidak. Dalam upaya mereka untuk mengejar kecepatan, beberapa organisasi media berkompromi dengan akurasi, yang pada akhirnya merusak kepercayaan publik. Selain itu, kebiasaan konsumsi berita bergeser ke arah format yang pendek dan sensasional, mengalihkan perhatian dari pelaporan mendalam, yang merupakan dasar dari jurnalisme yang berkualitas.

Contoh adaptasi yang berhasil adalah transformasi The Washington Post. Setelah diakuisisi oleh Jeff Bezos, perusahaan ini menggunakan teknologi dan analisis data untuk memahami kebutuhan pembaca dan meningkatkan distribusi berita digital. Perusahaan ini juga mengembangkan alat berbasis AI seperti Heliograf, bot yang dapat secara otomatis menulis pesan singkat, yang pertama kali digunakan untuk meliput Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Hasilnya, The Washington Post telah meningkatkan jumlah pelanggan digital secara signifikan dan tetap relevan di era digital.

Di Indonesia, adaptasi juga terlihat dari langkah yang dilakukan Kompas.com. Media ini berhasil menyusun beberapa strategi untuk mengikuti dinamika era digital. Salah satunya adalah diperkenalkannya fitur-fitur interaktif seperti visualisasi data dan video jurnalistik yang menarik bagi generasi muda. Mereka juga meluncurkan Kompas.id, platform berlangganan yang menawarkan konten premium seperti pemberitaan mendalam, analisis eksklusif, dan berita investigasi. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan sumber pendapatan baru dan lebih stabil di tengah menurunnya pendapatan iklan tradisional.

Selain itu, Kompas.com juga aktif menggunakan media sosial sebagai saluran distribusi utamanya. Dengan memaksimalkan algoritma pada platform seperti Facebook dan Instagram, Kompas.com ini dapat menjangkau khalayak yang lebih luas sekaligus mempertahankan relevansinya di kalangan pembaca muda. Contoh lainnya adalah program podcast yang memperluas cara penyajian berita dan menawarkan variasi konsumsi konten kepada pengguna. Berkat inovasi tersebut, Kompas.com tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh di tengah tantangan digital.

Di sisi lain, kegagalan terlihat di beberapa media cetak lokal yang gagal bertransisi ke platform digital. Banyak di antara mereka yang harus bangkrut karena model bisnisnya tidak beradaptasi dengan perubahan perilaku masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya adaptasi dapat berakibat fatal.

Dalam ekosistem digital, khalayak bukan lagi sekadar konsumen pasif, tetapi telah menjadi kontributor aktif yang memengaruhi arah media jurnalis. Media sosial memungkinkan publik berinteraksi langsung dengan berita melalui komentar, berbagi, dan diskusi publik. Sebuah fenomena baru juga muncul: jurnalisme warga, di mana warga dapat melaporkan peristiwa secara langsung melalui platform seperti Twitter atau Facebook, bahkan seringkali lebih cepat daripada media arus utama.

Namun, bagi jurnalis media sosial, perubahan ini membawa tantangan tersendiri. Di satu sisi, partisipasi aktif masyarakat dapat memperkaya pemberitaan dan memberikan perspektif yang lebih beragam. Di sisi lain, media sosial menghadapi tantangan dalam memverifikasi informasi publik agar tetap dapat dipercaya. Kompas.com, misalnya, menggunakan fitur interaktif untuk mengajak masyarakat berdiskusi mengenai peristiwa terkini, misalnya melalui polling atau forum. Hal ini membantu membangun loyalitas pembaca sekaligus memastikan media tetap relevan dengan kebutuhan dan opini mereka.

Dalam konteks ini, jurnalis media harus menggunakan pelibatan publik sebagai peluang, bukan ancaman. Dengan menciptakan platform dialog yang konstruktif, media dapat menjadikan publik sebagai mitra dalam menjaga kualitas informasi. Hal ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperkuat literasi digital agar publik dapat memahami dan menyebarluaskan informasi yang dapat dipercaya.

Menghadapi situasi ini, adaptasi adalah kunci keberlanjutan bagi jurnalis media. Pertama, media harus berinvestasi dalam teknologi untuk meningkatkan efisiensi tanpa mengorbankan akurasi. Kecerdasan buatan (AI) dapat digunakan untuk pengecekan fakta secara cepat dan pengumpulan data yang lebih canggih. Kedua, media harus fokus pada literasi digital, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya informasi yang akurat dan terpercaya. Program edukasi ini dapat menjadi cara untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap media.

Diversifikasi model bisnis juga merupakan langkah penting. Dengan menurunnya pendapatan dari iklan tradisional, media perlu mencari sumber pendapatan alternatif, seperti langganan digital atau urun dana. Model bisnis yang stabil akan membantu media untuk terus memproduksi konten berkualitas tinggi tanpa tekanan untuk mengikuti tren. Selain itu, berinteraksi dengan audiens melalui platform digital dapat menjadi strategi untuk melibatkan pembaca dengan menyajikan konten yang relevan dan interaktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun