Mohon tunggu...
Ahmad Miftah Rizqy
Ahmad Miftah Rizqy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 5 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mahasiswa semester 5 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhammad Ainun Nadjib (Cak Nun), Berdakwah dengan Etika Komunikasi Publik yang Menyentuh

9 Mei 2024   12:10 Diperbarui: 9 Mei 2024   12:17 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Muhammad Ainun Nadjib, yang akrab disapa Cak Nun, telah lama dikenal sebagai salah satu pemuka dakwah yang memiliki pengaruh besar di Indonesia. Beliau tidak hanya dikenal karena keilmuannya yang mendalam dalam bidang agama, tetapi juga karena cara berdakwahnya yang mengedepankan etika berkomunikasi publik yang menyentuh hati banyak orang.

Cak Nun mengambil pendekatan yang unik dalam berdakwah. Salah satu ciri khasnya adalah kemampuannya menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan bahasa yang sederhana namun dalam, sehingga mudah dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat. Beliau menggunakan analogi, cerita, dan bahasa yang mengena untuk menggambarkan nilai-nilai keagamaan, sehingga pesan yang disampaikan tidak hanya diterima secara pemikiran logis saja, tetapi juga secara emosional.

Tidak hanya itu, Cak Nun juga dikenal karena pendekatan dakwahnya yang melibatkan semua kalangan. Beliau tidak memandang perbedaan suku, budaya, atau latar belakang dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan. Hal ini membuat dakwahnya dapat diterima oleh masyarakat dari berbagai kalangan, tanpa terkekang oleh batasan-batasan kultural atau sosial.

Salah satu program dakwahnya yang sangat menarik adalah Kenduri Cinta. Program ini tidak hanya menyoroti tema cinta dalam hubungan antara manusia, tetapi juga cinta kepada Allah dan ajaran-Nya. Kenduri Cinta sering kali diadakan dalam bentuk pertemuan dakwah yang bersifat santai dan penuh keakraban, di mana Cak Nun menyampaikan pesan-pesan tentang pentingnya mencintai Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan alam semesta.

"Dalam Kenduri Cinta, saya merasakan perasaan yang sangat amat damai. Karena ketika menyimak Cak Nun berbicara disitu ada ketenangan dalam menjalani kehidupan. Melalui kata-kata beliau yang menggunakan nada rendah kadang juga nada tinggi, itu jadi memainkan logika berfikir kita." Kata guru Bahasa Indonesia MA Al-Falah, Haiza Hazrina, Rabu (8/5/24).

Selain itu, etika berkomunikasi publik yang dipegang teguh oleh Cak Nun turut menjadi daya tarik dalam dakwahnya. Beliau selalu mengedepankan kesantunan, penghargaan terhadap pendengar, dan kejelasan dalam menyampaikan pesan. Hal ini tercermin dalam gaya penyampaian beliau yang penuh dengan kebijaksanaan dan ketulusan.

"Cara berkomunikasi Cak Nun dengan jamaahnya terasa begitu dekat dan merangkul. Kalau beliau udah ngomel dan keras kata-katanya ketika menyampaikan dakwahnya, saya merasakan seperti kasih sayang dari orang tua ke anaknya. Lalu beliau juga menggunakan konsep panggung yang tidak tinggi saat berdakwah, tujuannya agar jamaahnya merasa begitu dekat dengan beliau walaupun sebenernya tidak ada kontak fisik." Ucap Haiza Hazrina.

Dalam era digital seperti sekarang, Cak Nun juga tidak ketinggalan untuk memanfaatkan teknologi sebagai sarana dakwah. Beliau aktif di media sosial dan platform online lainnya, menggunakan berbagai konten seperti tulisan, video, dan podcast untuk menyebarkan pesan-pesan keagamaan secara luas dan efektif.

Melalui cara berdakwahnya yang unik, tidak membeda-bedakan kalangan, dan mengedepankan etika komunikasi publik yang baik, Muhammad Ainun Nadjib atau Cak Nun terus memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya peningkatan pemahaman dan keimanan masyarakat Indonesia.

Cak Nun juga mendapatkan berbagai penghargaan dan pengakuan sebagai bentuk apresiasi terhadap karya dan dedikasinya. Penghargaan tersebut mencakup penghargaan kebudayaan dari pemerintah Indonesia, pengakuan internasional atas kontribusinya dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi antaragama, serta penghargaan akademis dari lembaga-lembaga keagamaan dan universitas. Selain itu, Cak Nun juga mendapat apresiasi dari berbagai komunitas dan masyarakat atas peran serta dan dedikasinya dalam memajukan pemikiran keagamaan yang inklusif dan pemahaman sosial yang harmonis. Semua penghargaan dan pengakuan ini mencerminkan penghargaan yang luas dari berbagai sektor dan lapisan masyarakat terhadap karya dan kontribusi yang telah beliau berikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun