Mohon tunggu...
Muhammad Miftah Jauhar
Muhammad Miftah Jauhar Mohon Tunggu... Guru - Sciences and Islam

Specialization in molecular biology

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aku Tidak Ingin Memiliki Anak

23 Agustus 2022   12:00 Diperbarui: 23 Agustus 2022   12:01 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya meyakini bahwa dengan beragamnya manusia-manusia di bumi ini, pasti pemikirannya pun sangat beragam. Banyak hal-hal yang tidak pernah kita renungkan sebelumnya, namun ternyata direnungkan oleh orang lain. Bahkan sekedar hal sederhana, "Kok aku bernapas ya" pun dapat menjadi bahan pikiran.

Kali ini persoalan memiliki anak. Jujur saya sendiri tidak pernah terpikirkan hal semacam ini. Memilih opsi untuk tidak punya anak, baik tidak dengan menikah, atau pun dengan menikah. Setelah mendengar penjelasan dari teman2 saya yg mempersoalkan ini, saya tertarik untuk mencoba melihat lebih jauh.

Dari sebagian besar yang saya ketahui dari orang2 yg mempersoalkan hal ini, terdapat 2 ketakutan umum dari memiliki anak, yakni takut tidak bisa memberi rezeki, dan takut dosa yg dia lakukan selama ini dilakukan oleh anaknya esok. Kalo ada orang yg ga punya alasan utk melakukan ini, saya sarankan utk mengunci dirinya dalam kamar bertahun2 utk merenungi betapa tidak jelasnya anda. Mungkin ada alasan2 lainnya seperti mengganggu pekerjaan, dll.

Pertama, mari kita lihat anjuran dalam Islam. Ternyata dalam Islam pun kita diperintahkan untuk memiliki anak. Misal dalam surat Al-Baqarah ayat 187 yang mana potongan artinya, "dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu". Dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan yang ditetapkan oleh Allah adalah anak. Selain itu, Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam dalam hadits shahih riwayat Abu Dawud memerintahkan menikahi perempuan yang dapat mempunyai banyak anak. Dari 2 sumber di atas, jelas bahwa dalam Islam memerintahkan untuk memiliki anak, bukan sebaliknya.

Jika kita renungi lebih lanjut, dalam surat Al-Hijr ayat 85, dijelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu denga adanya haq, tidak ada yg diciptakan dengan sia-sia. Maka, Allah menciptakan laki-laki perempuan, menciptakan organ reproduksi, menciptakan adanya rahim, adanya proses ovulasi, adanya ASI, dan seabrek apapun itu dalam tubuh manusia, itu bukan tidak ada fungsinya. Bahkan karena ini, buku materi biologi bisa bertambah berpuluh2 lembar. Mungkin bisa ditabok ke orang yg menolak "make" apa yg sudah seharusnya dipake. Ohya, Allah menciptakan sesuatu itu berfungsi dengan baik jika digunakan secara benar, nah utk kasus ini, manusia sudah diciptakan memiliki aksesoris utk memiliki anak dengan lengkap, eh malah ga dipake buat memiliki anak, justru bisa menimbulkan hal2 yg tidak baik. So, Memiliki anak menjadi sunnatullah dalam kehidupan manusia.

Selanjutnya, berbicara soal sunatullah, semua yang kita definisikan sebagai makhluk hidup, pasti memiliki kemampuan dan keinginan untuk memperbanyak keturunan. Bahkan level virus sekali pun yang keadannya ada diantara kehidupan dan kematian pun hanya eksis untuk memperbanyak diri. Memang secara biologis, makhluk hidup ada untuk mempertahankan spesiesnya. Jadi salah satu sindiran jahat nya untuk yg tidak mau memiliki anak, ya anda melenceng dari fitrah makhluk hidup (inget ya, ini hanya sindiran aja kok).

Lalu, bagaimana soal rezeki? Tidak perlu khawatir, Allah sudah menjelaskan soal ini dalam surat Al-An'aam ayat 151 bahwa Allah telah menjamin rezeki dari setiap anak yang kita miliki. Namun ingat, kita perlu berusaha dalam meraih rezeki ini, bukan hanya duduk pasrah menunggu hujan nasi bungkus dari langit. Nah sekarang bagaimana dengan dosa yang kita lakukan, dilakukan pula oleh anak kita kelak? Hal ini bisa terjadi, walaupun ingat ini bukanlah karma. Allah telah menjelaskan bahwa setiap dosa yang kita perbuat, pasti dibalas oleh Allah. Nah salah satu jalur balasannya bisa saja lewat anak2 kita. Kalau begitu, mulai dari sekarang kita seharusnya berkomitmen untuk menjadi orang baik, dan sering beristighfar. Terutama berperilaku baik terhadap orang tua kita. Di sisi lain, perlu saya katakan juga tidak semua orang baik anaknya auto baik. Lihat Nabi Nuh AS, anaknya tidak menerima dakwah orang tuanya. Berarti hal ini adalah cobaan, namun hal ini justru sangat kuat hikmahnya bagi orang muslim. Cobaan di dunia jika kita menjalaninya dengan sabar dan tawakal kepada Allah, maka di akhirat nanti, bisa saja dosa kita telah diampuni oleh Allah, karena cobaan dengan perantara anak2 kita. Nah ini salah satu keuntungan punya anak.

Memiliki anak memang banyak manfaatnya, baik secara duniawi maupun untuk akhirat kelak. Memiliki anak bisa menjadi hiburan psikologis orang tua nya. Memiliki anak berarti pula aset yang sangat besar bagi kehidupan akhirat orang tua. 3 amalan yang tidak akan terputus dari setiap manusia adalah doa dari anak yang shalih. Dalam hadits jg dijelaskan 3 anak yg wafat sebelum baligh, maka orang tua nya akan dimasukkan ke surga. Jika kita merenungi lebih jauh, siapa sih yang paling sering kita doakan? Bisa orang tua, bisa pasangan, dan bisa anak. Lazimnya, orang tua akan meninggal duluan dibanding anaknya, maka doa orang tua terhenti. Pasangan? Jika kita meninggal, mungkin saja pasangan kita masih mendoakan, namun jika dia menikah lagi, siapa tahu kan? Maka anak adalah aset terakhir yang akan selalu mendoakan kita sebagai orang tua. Karena orang tua tidak akan tergantikan oleh siapa pun. Walaupun perlu saya jelaskan pula bahwa anak jg bisa membawa malapetaka terhadap orang tua nya, selama jika orang tua nya atuh terhadap anaknya. Namun jika sudah dibina dengan baik, namun tetap lain hasilnya, maka ini seperti kasus Nabi Nuh AS, dan orang tua nya terlepas dari dosa sang anak.

Terakhir, disini hanyalah membahas soal memiliki anak atau tidak. Sama sekali tidak menyinggung soal penundaan anak atau pun pembatasan jumlah anak. Disini saya juga murni membahas dari sisi syariat dan dari sisi keilmuan dengan logika, tidak ada sama sekali tendensi dari pribadi. Segala yang telah kita miliki saat ini pasti sudah dijelaskan dalam syariat bagaimana tuntunannya dengan buku pedoman "How to Life" atau yang kita kenal sebagai Al-Quran dan hadits. Maka, sebagai makhluk ciptaan yang baik, seharusnya mengikuti buku pedoman tersebut, bukannya sebaliknya. Semangat untuk memperbaiki diri sendiri untuk masa depan yang lebih baik :). 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun