"Padahal namamu itu unik loh, menurutku. Jarang-jarang ada yang punya nama seperti itu. Seharusnya kamu bersyukur diberi nama yang tidak pasaran seperti kebanyakan orang. Yang penting punya nama saja tanpa tahu apa arti dari nama yang diberikan. Kamu pasti sering menemukan beberapa orang yang jangankan nama panggilannya, nama lengkapnya pun sama. Saking pasarannya. Terus untuk membedakan orang satu dengan yang lain, kita harus buat inisialnya atau menyebutkan identitasnya. Bahkan, ada juga yang sampai membuat panggilan khusus agar mereka mudah dikenali dan tidak tertukar. Susah sih. Tapi kamu malah sebaliknya. Bayangkan saja, nama Putri yang seangkatan sama kita ada tiga orang. Belum kamu lagi jadi empat. Belum lagi kakak-kakak kelas kita pasti ada yang namanya Putri. Aku pikir setiap kelahiran dalam satu tahun, pasti ada yang namanya Putri". Ucap Ayana, sahabat baruku di masa putih biru pada suatu hari saat kami tengah menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan. ya, ia berbicara seperti itu setelah mendengar perihal namaku  yang sebenarnya.
   Tak kusangka ucapan Ayana sukses membuatku tertohok. Bagaimana mungkin aku mengabaikan hal itu. Hari itu Ayana telah memutar pola pikir keliruku selama ini. Seiring kesadaran itu timbul, entah mengapa aku merasa ada hasrat yang bergejolak dalam diriku untuk mewujudkan arti dari namaku yang sesungguhnya. Ya, menjadi seseorang yang membawa kesejukan, kenyamanan, kebahagiaan bagi perindunya. Seperti yang selalu ibu ucapkan kepadaku tatkala hujan turun.
   Kini bertahun-tahun telah berlalu. Aku sudah tak malu lagi dipanggil Hujan. Terkadang ada yang masih setia dengan memanggilku Putri, ada juga beberapa yang memanggilku Hujan, malah ada lagi yang memanggilku Hijau. Namun aku tetap menyahut. Karena aku tahu itu namaku. Bersama rinai hujan yang menyertaiku saat ini, aku ingin mengungkapkan pada kalian bahwa aku amat berterima kasih atas sebuah nama penuh makna yang disematkan padaku. Hujan Hijau adalah simbol kehidupan. Dengan itu aku selalu bersemangat dalam menjalani hidup untuk memberi kemakmuran bagi penduduk bumi. Ibu, terima kasih atas nama terindah yang pernah ada. Aku bangga bisa memiliki nama seindah dan secantik ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H