Mohon tunggu...
Miftahul khoir
Miftahul khoir Mohon Tunggu... Atlet - miftahul khoir

lahir di jember

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Realisme dalam Dunia Pendidikan

9 April 2020   18:56 Diperbarui: 9 April 2020   18:57 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realisme merupakan aliran filsafat yang bertolak belakang dengan idealisme, Idealisme merupakan filsafat yang mengedepankan ide untuk mencari kebenaranyang masih bersifat abstrak. Sedangkan Realisme mengedepankan alat indera manusia yang menjadi faktor utama dalam mencari sebuah kebenaran, dengan menggunakan sebuah observasi untuk mencari fakta-fakta  tertentu yang menekankan pada kebenaran.

Dalam implementasinya didunia pendidikan, Realisme mempunyai konsep sebagai berikut:

  • Metafisika-Realisme: kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan fisik, materi dan nonmateri dan kenyataan yang terbentuk dari beberapa kenyataan
  • Humanologi-Realisme: hakikat dari manusia itu adalah dapat berfikir, karena jiwa merupakan organisme kompleks yang dapat berfifikr
  • Epistimologi-Realisme: kenyataan yang hadir dengan sendirinya tidak harus dengan gagasan manusia, kenyataan dapat diketahui oleh pikiran manusia, kebenaran dapat diperoleh dari fakta dan kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaian dengan faktanya
  • Aksiologi-Realisme: tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam yang diperoleh oleh ilmu atau tingkah laku manusia diatur oleh kebiasaan adat istiadat yang telah teruji oleh kehidupan

Realisme menganggab bahwa pemikiran manusia itu awalnya kosong seperti lembaran kertas putih dan akan terisi oleh pengalaman-pengalaman yang pernah terlintas dalam penglihatannya. 

Jadi kemampuan berfikir manusia itu hakikat awalnya itu sama, oleh karena itu metode isi dan proses dalam dunia pendidikan harus diseragamkan. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, oelh karena itu pada tingkatan pendidikan tertinggi atau jenjang perkuliahan tidak satu jenis pendidikan saja, melainkan berbagai jenis pendidikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun