Mohon tunggu...
Husen Mabrur
Husen Mabrur Mohon Tunggu... Guru - Suka membaca

Suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Music

"Ayah", Lagu Ebiet G Ade yang Bikin Nangis

3 Mei 2020   19:32 Diperbarui: 5 Mei 2020   20:19 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Terkadang tidak bisa dipungkiri mendengarkan lagu sangat bisa membuat perasaan terbawa menjadi haru penuh dengan kenangan kenangan yang usang terkuak kembali jelas dalam ingatan dan tiba tiba membuat hati tersentuh dan meneteskan air mata secara tidak di sengaja itulah yang menjadikan lagu sangat legendaris banget maka tidak heran banyak musisi luar dan dalam negeri yang tampilanya juga sangat nyentrik dan bisa membuat lagu dengan sangat mengena.

Untuk yang belum punya bisa deh langsung Download Lagu ebit baik yang mp4 dan mp3 dan dengarkan banyak lagi lagu yang keren keren.

Ada beberapa lagu yang dari sisi pribadi saya sendiri yang bisa membuat air mata terjatuh ketika mendengarkanya. Beberapa lagu ini mungkin juga sudah tidak asing dengan telinga sahabat kompasiana.

Yang pertama adalah saya terkadang merasa haru ketika harus mendengarkan lagunya EBIT yang berjudul AYAH. yap, lagu ini memiliki kekuatan yang sangat magis banget dimana jelas sekali mungkin bagi kita yang memiliki orang tua dan masih kerasa dalam ingatan dia bekerja sampai lusuh, kemudian sampai tubuhnya sudah tidak tegap lagi.

Ketiak hening sepi ku rindu. Merindukan wajah lelah dan lesu mencari nafkah bagi anak anaknya, tidak peduli bagaimana trik mentari menyengat, tidak peduli hujan badai tetap bekerja hanya untuk memberikan makan anak dan istri di rumah. Banyak sekali memang genre lagu ebit kamu bisa pilih mau dengarkan yang mana, kalau yang size kecil bisa deh Download Mp3 nya saja.

Terkadang nafas tersengal, kringat bercucuran terkadang kutemukan dalam kerja kadang tidak terlihat. Namun kebanyakan tidak terlihat karena ketika keringat dan nafas lelah keluar ak sedang sekolah, sedang jajan, mengahbiskan hasil kerjanya kupulan sekolah hanya bisa bermain, membersihkan rumahpun tak sempat, terkadang  juga tak elak ak mengabaikan perintahnya hanya sekedar shalat 5 waktu. 

Berapa tahun, ya puluhan tahun semua itu berlalu sampai tulang pipi kriput dan tubuh membungkuk. Sesekali ia memberikan nasihat akan hitam dan putih sebuah kehidupan namun ak kadang sibuk dengan gadget yang ia belikan dengan cara bahkan kredit dan berhutang. Begitlah kiranya kebanyakan daku menjadi anak yang tidak tau terimakasih.

Se iring waktu berjalan, semuanya sudah berubah kini mulai ku sadari bagaimana perjuangan ayah setelah ak menjadi ayah persis dengan dirinya. Ku dengarkan lantunan EBIT ku menangis dalam ruang sepi, kemudian tersenyum kembali karena ya inilah hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun