Mohon tunggu...
Miftachudin Arjuna
Miftachudin Arjuna Mohon Tunggu... Dosen - Educational Technology and TESOL

Sehari-hari mengajar di IAIN Salatiga bidang teknologi pendidikan dan Bahasa Inggris. Selebihnya belajar mengembangkan diri lewat bisnis dan kerja sosial untuk masyarakat. Moto: Give more, receive most insyaallah

Selanjutnya

Tutup

Money

Si Albi Versi Anak Kost

25 Oktober 2011   10:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:31 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kurang lebih satu tahun saya menggunakan jasa Alfamart sewaktu kost di Jakarta, tepatnya di daerah Salemba Tengah depan kampus UI. Selama itu pula saya mengalami senyuman dan kernyitan dahi karena merasakan kelebihan dan kekurangan si Albi (Alfamart Bee), versi saya, versi anak kost yang memiliki segala keterbatasan terutama dari sisi keuangan. Diantara kelebihannya adalah konsep "one stop shopping consumer goods", 24x7, nilai tambah dan hospitality++. Sedangkan kekurangannya adalah kartu AKU.

Waktu itu saya kursus bahasa Inggris dengan target hasil belajar yang tinggi dan manajemen waktu yang ketat jadi saya membutuhkan segalanya serba cepat dan gampang di akses. Beruntung Alfamart ada di jalan menuju tempat kost saya, jadi bisa membeli segala sesuatu dari makanan sampai perkakas mandi di satu tempat. Konsep "one stop shopping consumer goods" yang menghemat waktu dan tenaga. Cuco bo! kata orang Jakarta.

Kemudian jam buka toko 24x7 juga sangat membantu saya saat melewati malam. Puitis sekali :). Saya mengatakan seperti itu karena pernah sekali waktu belanja di tempat lain dan saya harus memohon dengan kata please berkali-kali karena sudah jam 10, jam tutup toko, karyawanannya sudah mulai kusut, wajah mulai ditekuk, tensi emosi sudah tinggi dan di saat yang sama saya kelaparan. Dilematis, tidak ada pilihan selain memohon. Mana warteg sudah tutup. "Hik...bisa nggak tidur nih kalau nekat tidak makan" dalam hati saya. Naasnya pada saat bayar, ternyata saya tidak bawa uang pas, karyawannya harus bongkar uang untuk kembalian. Waduh berabe nih, tensinya sudah mulai mencapai 100 derajat. Kabur sesegera mungkin, itu yang saya lakukan setelah selesai transaksi. Bersyukur saya tidak mengalami hal serupa di Alfamart karena buka 24 jam sehari  7 hari seminggu.

Saya perhatikan ada beberapa nilai tambah yang membuat saya jadi simpatik kepada Alfamart. Suatu nilai yang memberi banyak alasan supaya orang mau datang dan berbelanja. Dari sudut pandang saya sebagai anak kost adalah jelas bahwa saya datang ke Alfamart karena ingin membeli kebutuhan sehari-hari akan tetapi ada hal-hal lain yaitu:

  • Pertama karena saya mau beli sup buah, jus mangga, beli tahu goreng, singkong keju yang dijual oleh mas-mas kaki lima di areal parkiran Alfamart. Hmm..cukup peduli, memberi ruang ke pedagang kelas teri. Setelah menikmati segarnya sup buah jadi ingat kalau beras sudah menipis, sabun cuci piring tinggal setetes, sikat gigi sudah saatnya diganti, obat cacing perlu dikonsumsi ya.. akhirnya belanja juga.
  • Alasan kedua adalah sebagai tempat berteduh karena kebetulan musim hujan waktu itu sudah mulai. Tentunya tidak berteduh dalam Alfamart akan tetapi di tenda depan Alfamart yang berisi bangku-bangku untuk nongkrong yang dilengkapi TV dan Wifi. Baru kali ini saya melihat konsep yang seperti itu walaupun saya tahu tenda tersebut bukan milik Alfamart karena jelas-jelas ada logo iklan rokok di situ. Kolaborasi yang menarik. Duduk manis melihat hujan turun sambil ngemil snack dan nonton TV, sayangnya cuma satu yaitu tidak punya laptop. Oh Wifi... suatu saat aku kan kembali.
  • Mencari bonus lewat "window shopping" juga merupakan salah satu  motivasi untuk datang. Hidup jauh dari keluarga, terpaksa jadi bapak rumah tangga, bagai angka satu, masak sendiri, ngitung sendiri kata Caca Handika. Jadi sebelum membeli biasanya saya melihat-lihat dulu sampai puas dan memilih barang-barang dengan sistem paket, beli satu bonus satu semisal beli pasta gigi ukuran besar dapat bonus sikat gigi. Lumayan...kayak ibu-ibu beneran ih. Sering juga berharap dapat bonus mie instant jika sang kasir lupa menanyakan kepemilikan kartu Alfa. Sial... gagal total.

Hospitality atau keramahan merupakan kesan yang selalu saya ingat tentang Alfamart. Saya sangat terkesan dengan standar keramahan di bank dan ternyata saya temukan juga di tempat lain yaitu Alfamart. Ucapan "Selamat datang di Alfamart"-"Terimakasih" merupakan hal sederhana yang memberikan citra baik. Walaupun kadang saya tidak menjawab karena sedang feeling blue, tidak menoleh sedikitpun akan tetapi saya yakin siapapun tidak menolak jika diperlakukan dengan penuh hormat. Selain hospitality saya juga menambahkan ++ (plus plus) yaitu nilai dedikasi karyawan. Ceritanya pernah sekali pramuniaga sedang sakit tenggorokan dan dia harus berjuang matian-matian untuk ngomong melayani saya. Saya cuman tanya "ga pa pa mbak?" hanya bahasa tangan yang saya terima, ngakak dalam hati sekaligus kasihan. Kenapa tidak istirahat minta libur sih!. Betul-betul karyawan yang penuh dedikasi.

Selain kelebihan diatas, ternyata menurut versi anak kost-saya maksudnya- si Albi memiliki kekurangan yaitu sistem akumulasi kartu AKU. Dalam benak saya sewaktu menjadi member dan membayar Rp 25.000,- saya akan mendapatkan hadiah tertentu dengan menukar nilai akumulasi belanja. Jadi setiap kali ditanya "Bapak ada kartu Alfa" saya dengan sigap dan semangat 45 mengeluarkannya dari dompet. Sreeet... suara kartu digesek dan menyimpan data pembelian saya. Karena penasaran, suatu saat  saya tanya berapa jumlah point saya, ternyata zero alias nol jendol hik!. Saya pun minta penjelasan kenapa bisa begitu. Ternyata untuk menukarkan point dengan hadiah, kita harus mencapai jumlah point tertentu dan satu point sama dengan nilai belanja langsung minimal Rp 50rb, bukan akumulasi Rp 50rb kemudian mendapat point. Patah hatiku mendengarnya, sia-sia perjuanganku selama setahun ini.

Beginilah cerita anak kost, cari yang mudah, murah dan berkualitas plus diskon, maunya!. Kelebihan si Albi harus dipertahankan sedangkan kekurangannya perlu dievaluasi. Contoh evaluasinya adalah setiap akumulasi Rp 50rb mendapatkan satu point jadi setiap kelas masyarakat mendapatkan nilai tambah yang lebih saat berbelanja dan mendapatkan kesempatan yang sama dengan kelas masyarakat yang lain. Lha terus bagaimana dengan hadiah...gunakan saja sistem siapa cepat dia dapat, artinya jumlah hadiahnya terbatas, siapapun yang telah mencapai point yang disyaratkan bisa menukarkan dengan hadiah selama persediaan masih ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun