Tahun 2011 merupakan perkenalan pertamaku dengan K-Pop. Sebagai siswi SMP, tekanan akademik dan ketegangan masalah keluarga selalu menjadi momok menakutkan yang tak berkesudahan. Hingga suatu hari, temanku memperlihatkan sebuah MV (Music Video) grup yang disebut sebagai boyband "Super Junior". Untuk pertama kalinya aku begitu terkesan dengan paras setiap anggotanya, namun yang membuat aku penasaran adalah bagaimana belasan anggota boyband itu bisa bernyanyi bersama dengan harmoni yang indah disertai gerakan dance yang memukau! "Bwara Mr. Simple simple geudaneun geudaneun geudaearo meotjyeo! " Salah satu lirik lagu dari boyband yang membawa gelombang hallyu (Korea Selatan) di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, K-Pop menjadi pelipur lara yang ampuh untuk melupakan sejenak berbagai permasalahanku saat itu. Getaran semangat dalam musiknya menebar kebahagiaan bak menemukan sumber mata air di tengah gurun kering. Mulai dari sana semakin banyak boyband dan girlband yang lahir dan dikenal seperti BTS, Blackpink, Seventeen, yang juga melahirkan fanbase besar di Indonesia.
Belajar Lewat Lirik dan Lagu
Paras yang rupawan, lagu yang membuat candu, dan gerakan dance yang begitu kompak seperti paket lengkap yang tak bisa ditolak. Dari menyanyikan beberapa lagu K-Pop, aku juga mulai penasaran dengan lirik dan artinya. Apalagi jika mendengar cuitan para haters K-Pop yang mengelukan nyanyianku dalam bahasa yang tidak dikenal, meningkatlah motivasiku untuk menganalisis lirik lagu K-Pop yang kusenandungkan agar bisa membantah pendapat mereka. Ketika masih di bangku sekolah, aku bahkan menulis kembali lirik lagu K-Pop dari internet ke buku tulis agar dapat dengan mudah membacanya ulang. Mengingat pada masa itu, jaringan HP (handphone) masih belum lancar dan warnet (warung internet) merupakan tempat yang paling ramai diisi oleh para remaja jadi butuh effort yang lebih besar untuk mencari informasi dan menonton K-Pop lewat dunia maya. Melalui kebiasaan tersebut, mulailah aku mengingat bahasa Korea dasar seperti "saranghaeyo", "annyeonghaseyo", "mianhae", dll. Tidak jarang kami (Fans K-Pop) juga mengobrol dengan mencampur adukkan antara bahasa Jawa, Indonesia, dan Korea di sekolah. Banyak lagu K-Pop yang juga memiliki makna mendalam dan selaras dengan kehidupan kita sehingga dapat menjadi kawan yang mendewasakan masa muda. Ketika aku dihadapkan pada perasaan rendah diri di masa quarter life crisis, tekanan sosial cenderung menjadi cambuk yang membebani diri tapi berkat lirik lagu dari Stray Kids "My Pace" aku merasa seperti mendapatkan nasehat dari teman yang memotivasi diri untuk tetap bangkit. "My Pace" mengajarkan kita untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain dan tetap fokus pada jalan kita masing-masing karena setiap orang memiliki waktunya. "Jogeubhal piryo eopseo" (Tidak perlu terburu-buru) dan kalimat "cheoncheonhi dallyeodo gwaenchana" (Tidak apa-apa kalau melakukannya perlahan) menenangkan diri yang kalut akan gemerlap duniawi. Melalui pengalaman tersebutlah lirik dan lagu K-Pop mampu menarik hatiku dan membuatku mampu mengidentifikasi beberapa kata dan kalimat berbahasa Korea.
Menangkap Bahasa Lewat Dialog
Gelombang K-Pop di Indonesia juga merambat bersama K-Dramanya. Berbagai K-Drama melegenda pernah mengisi jam tayang stasiun-stasiun TV seperti Boys Over Flower, Dream Hight dan Princess Hours. Berdasakan survei Jakpat pada tahun 2022 disebutkan bahwa sebanyak 72% masyarakat Indonesia memilih film dan serial asal Korea Selatan pada layanan digital streaming. Sehingga bukan hal yang aneh jika banyak masyarakat Indonesia yang mampu mengenal bahasa Korea meski tidak pernah mempelajarinya di sekolah ataupun melalui buku.
Jalan cerita yang menarik, tidak bertele-tele, serta aktor dan aktris yang menawan meningkatkan eksistensi bahasa dan budaya Korea. Seiring banyaknya jumlah tontonan K-drama maka meningkat pula kosakata kita dalam bahasa Korea. Dialog antar tokoh yang tertangkap oleh telinga dan terekam secara berulang-ulang oleh otak kita menjadi alternatif lain belajar bahasa Korea dengan cara yang menyenangkan. Bahkan, bukan hanya kata dasar lagi, tapi kalimat rayuan seperti "ramyeon meokgo gallae?" (Maukah makan mi ramyun bersamaku?) yang sering melintas di K-Drama sudah berada diluar kepalaku meski belum pernah berinteraksi atau datang langsung ke Korea. Terkadang, aku juga bisa memahami beberapa kalimat yang disampaikan dalam bahasa Korea meski tanpa membaca terjemahannya.
Mengintegrasikan K-Pop dan K-Drama dalam Pembelajaran Bahasa Korea
K-Pop dan K-Drama merupakan "guru rahasia" yang bisa digunakan dalam pembelajaran bahasa Korea dengan cara yang efektif dan menyenangkan. Untuk mengintegrasikan K-Pop dan K-Drama sebagai sarana dalam belajar bahasa Korea, melakukan identifikasi, dan analisis dalam lirik lagu K-Pop serta dialog K-Drama secara konsisten dapat membantu meningkatkan kosakata bahasa Korea. Tidak jarang, aku juga menyanyikan lagu K-Pop serta mempraktekkan dialog dalam K-Drama di dunia nyata untuk melatih pengucapan. Bergabung dengan komunitas K-Pop dan K-Drama juga membantu melatih keterampilan berbahasa Korea dan meningkatkan kepercayaan diri. Seperti pengalamanku ketika bergabung dengan komunitas dance yang mayoritas anggotanya K-Lovers (pecinta Korea) dimana kami akan dengan antusias berbagi cerita terbaru terkait lagu K-Pop dan K-Drama.
K-Pop dan K-Drama juga membawaku mengenal beberapa dialek dalam bahasa Korea seperti dialek Jeju dan Gyeongsang. Aku tidak pernah mempelajari hal-hal tersebut di sekolah, tidak pula melalui buku, tapi keindahan K-Pop dan K-Drama yang menjadi “guru rahasia” belajar bahasa Korea dengan cara yang membahagiakan bagiku. Bagi kalian yang belum menyukai buku sebagai bahan pembelajaran, cobalah media lain untuk belajar bahasa Korea seperti K-Pop dan K-Drama, karena gaya belajar yang dimiliki setiap orang tentunya berbeda-beda. Tenang, zaman sekarang, belajar gak harus melulu lewat buku! Jendela dunia gak cuma satu!