[caption id="attachment_173846" align="alignnone" width="300" caption="Ratu dan Syahla"][/caption] Saya sudah tak sabar untuk segera sampai ke lapangan basket. Namun ada sedikit rasa ragu untuk melangkah pagi itu. Sesampainya di lapangan, saya tak melihat kumpulan anak basket dimana biasanya sudah disiplin berbaris di lapangan tentu suara pantulan dan lemparan bola basket. Hanya seorang yang asyik tengah bermain dan bercanda menatap layar telepon genggamnya. Segera anak yang berwajah anak korea itu mendekat dan menyalami saya. Kemudian kami pun mendekat ke arah lapangan dan duduk berdua, menanyakan kawan-kawannya yang tak kunjung datang. Matahari saat itu belum memperlihatkan kehebatannya dengan sinar kuning yang menyala-nyala menyemburkan energi hangat ke bumi. Saya ucapkan terima kasih kepada Farrah, karena dialah yang mengetahui hampir semua kawan-kawannya yang katanya, mereka tak datang ke lapangan. Setelah semuanya saya yakini dan benar-benar jelas kabar tentang kawan-kawannya itu, saya segera menghubungi pelatih utama kalau hari pagi ini, Sabtu 21 April 2012 tak ada ekskul basket. Dan ia pun menerima informasi dan mengucapkan terima kasih atas kabar yang di terimanya. Setelah beberapa hari  akhirnya saya bertemu dengan salah satu anak bernama Syahla, begitu sapanya. Siswa basket ini rela meninggalkan kegiatan rutinnya di Sabtu pagi, demi konser yang berlangsung pada 20 April 2012 lalu di JITEK Jakarta. Saat saya berpapasan dengannya saya mencoba menanyakan harga tiket dan betapa terkejutnya saya saat ia memberitahu harga tiket. "Syahla, berapa harga tiketnya?" tanya saya. "1 juta, mister" jawabnya. Saya mengulangi pertanyaan yang sama dan tak percaya kalau ia rela membeli tiket untuk konsernya malam itu. Pertanyaan lain datang dari saya seperti dengan siapa ia ke sana. Tanpa ragu, ia menjawab semuanya. Aku pergi ke konser bertiga bareng papa dan kakakku, Ratu. Sedangkan Mama gak bisa karena menjaga adik kecil. Suaranya dengan malu-malu karena merasa bersalah tak hadir pada ekskul saat itu. Saya sempat buka-buka internet dan berdasarkan kabar yang saya dapat, tiket yang saya baca persis sama dengan sejumlah yang anak tadi sebutkan, kelas pink. Ini artinya kelas yang termahal untuk konser greyson malam itu. Sungguh sedih saya dibuatnya tapi saya juga tak bisa melarang toh ia ke sana atas keinginannya dan sepertinya sudah direncanakan sebelumnya. Wajar saja saya tak melihatnya dibawah ring dengan bola basket yang bundar. Ia kelelahan karena semalam telah menonton konser yang megah. Di tulis 26 April 2012 pukul 5.59 pagi) (Fahmi Awaludin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H