Jika anda mencari seorang anak SD bertubuh besar dan benci nasi itulah Echa. Saya tak bisa membayangkan jika ia lapar dan harus menahannya hanya karena kawan-kawannya makan nasi disaat istirahat tiba, sedang ia terdiam seorang sendiri. Ya begitulah kira-kira anak yang satu ini. Teringat kembali pada ajaran baru tahun lalu saat kakinya menginjakkan ke sekolah tempat dimana kami mendidik anak-anak yang luar biasa dengan segala ragam karakter yang unik, aneh dan lainnya yang selalu ditemukan setiap tahunnya. Saat memperkenalkan dirinya didepan kawan-kawannya di kelas, ia tersipu malu. Maklum hampir semua merasakan hal yang sama, belum saling mengenal satu dengan lainnya, dunia baru yang serba baru termasuk pakaiannya yang serba baru pula. Ada hal yang menjadi catatan bagi saya kali pertama mengenal dan menulis nama sejumlah siswa diatas kertas yang akan ditempel diatas kepalanya, tiba-tiba ia protes karena hal yang menurut saya aneh juga bingung. Saat saya menulis namanya Echa, ia pun protes kalau nama yang saya tulis itu salah. Teman saya sempat bertanya, mister (panggilan anak-anak di kelas) kog anak ini selalu mengatakan salah dan salah. Padahal tulisan yang ada di kertas kita sama dengan nama panggilannya dengan data yang kita dapatkan dari staf administrasi. Saya hanya tersenyum dan terus berusaha tanpa mengenal kata menyerah hanya karena masalah kecil, pikir saya dalam hati. Kemudian namanya pun dibuat berbeda oleh saya, ECHA. Betapa senangnya dia ketika apa yang ada dalam pikirannya itu bisa dimengerti oleh saya. Spontan teman saya tertawa terbahah-bahak dan tak habis pikir, kog bisa ya anak sekecil itu tak mau menerima kertas yang akan ditempel di kepalanya hanya karena tulisannya harus kapital semua. Hahahaha... Oh Echa eh ECHA.... Belum cukup sampai situ di hari pertama dan diwaktu yang bersamaan masalah demi masalah terus menghigapinya. Ketika hendak memasangkan kertas bertuliskan nama masing-masing, tiba-tiba kertasnya rusak. Kepalanya yang besar menjadi kendala. Alhasil saya pun mencari cadangan karena kertas yang baru saja saya kenakan ke kepalanya tak muat dan pastinya rusak. Sempat saya dibuat tak percaya terhadap diri sendiri ketika diberi kepercayaan untuk mengasuh kelas bersama teman saya ini. Dan catatan yang paling banyak yakni Echa. Bagaimana tidak hampir setiap kejadian saya perhatikan, ia punya kebiasaan yang tak standar alias gak biasa. Dibawah ini catatan yang bisa saya rekam selama dua semester ini.
- Echa benci nasi. Berani nahan lapar hanya karena melihat nasi didepan matanya.
- Echa meminum susu cair kelas tinggi artinya sangat banyak. Setiap hari tas nya dijejali dengan berbagai jenis minuman baik kaleng atau kertas.
- Echa suka ngemil alias makan makanan ringan. Di tas nya selalu tersedia.
- Echa takut ke kamar mandi sendirian padahal tempatnya bersih dan selalu dibersihkan. Alasannya takut cacing. Karenanya ia akan ke kamar mandi jika ditemani temannya di kelas atau si bibi yang selalu setia membantu kami di sekolah.
- Echa mudah meledek temannya dan tak menerima jika temannya melakukan hal yang sama. menangis adalah senjatanya.
- Echa adalah siswa terberat di kelas satu di kelas kami.
- Echa sangat pemalu dan ketika hendak di foto pun sering mengumpat dan berbagai cara dilakukannya demi wajahnya yang imut itu agar tak tertangkap kamera.
- Echa suka bekerja keras dan tak mudah putus asa hanya karena belum lancar membaca atau mengikuti pelajaran.
- Echa anak yang mandiri. Terbukti jarangnya bertemu dengan ke dua orang tuanya yang super sibuk tetap bersemangat dengan datang pagi ke kelas. Dan kakek nenek lah yang menjadi teman curhatnya.
- Echa selalu memakai celananya dengan rapi dan cepat pula terlepas. Sepertinya harus punya celana yang lebih besar ukuran dewasa (hahahaha).
- Echa bisa menilai lawan jenisnya, mana yang cantik atau tidak. (Ada ada aja nih anak)
- Echa selalu perhatian pada kami, dua orang guru yang mengasuhnya. Terbukti ketika berada di luar kota saat mengisi liburan bersama ke dua orang tuanya, menanyakan kabar kami. (yang ini terharu sekali)
- Echa pernah tidak masuk dan bukan karena sakit alasannya tapi karena takut sama kakak kelasnya di kelas empat. Saat kami telusuri ternyata kakak kelasnya kecil secara tubuh tapi baginya wajahnya menakutkan. (kisah ini sempat heboh teman-teman kelasnya dan sudah diselesaikan baik-baik)
- Echa dengan bawelnya selalu menanyakan kapan kami ke rumahnya.
- Dan masih banyak lagi catatan pribadinya yang kami rekam.
Mudah-mudahan kisah yang saya bagi ini bermanfaat bagi semua pembaca. (Fahmi Awaludin, Senin 23 April 2012 pukul 8.54 malam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H