Mohon tunggu...
Zulhamidi
Zulhamidi Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan; Analis; Kerja di bilangan jalan thamrin, senang traveling, adventur, membaca dan menulis

Senang menulis, karena menulis hakikatnya adalah menghimpun yang terserak dan mengabadikan maknanya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Dari Silent Reader Menjadi Speak Up Your Voice

4 Februari 2016   22:39 Diperbarui: 4 Februari 2016   23:09 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tadi sore saya melewati sebuah papan reklame yang cukup besar di bundaran dekat perbatasan Jakarta Bekasi. Tulisan di dalam reklame itu bertuliskan kurang lebih, "Sebentar lagi ada yang lantang suaranya." Khas dari iklan itu memang membuat jargon jargon yang membuat orang merenung dan memprovokasi ke arah sang pembuat iklannya. 

Namun, saya akan membahas lebih jauh dari segi era generasi z sekarang ini, era gadget. Sekarang, kita sangat kebanjiran informasi. Dalam satu detik, belasan bahkan puluhan notice masuk ke dalam smartphone kita. Mulai dari pesan pribadi, pesan di grup, pemberitahuan di media sosial bahkan sampai pesan masuk di email. 

Saya sendiri bila misal dijadikan contoh, terlibat secara aktif maupun pasif di minimal 6 jenis grup whatsapp, mulai dari (1) grup alumni sekolah, (2) alumni kampus (3) grup kantor (4) grup satu bidang (5) grup hobi (6) grup masyarakat. Bila grup itu dekat dan hangat, maka satu jam saja kita tinggalkan, maka akan banyak sekali pesan yang masuk dan bahkan tidak sempat kita membacanya. 

Terlalu banyak informasi terkadang menjadikan kita pusing sendiri. Karena kita tidak terbiasa untuk menindaklanjuti informasi yang kita dapatkan sejauh apa yang kita bisa. Belum lama ini misalnya, ada teman saya, adek kelas, yang mengirimkan email ke milis angkatan alumni SMA kami yang memang sudah lama tidak aktif, karena penghuninya lebih memilih media seperti whatsapp ketimbang email di milis. Teman saya tersebut ternyata sedang mengambil program penyebaran guru ke pelosok papua. Beliau meminta bantuan alumni untuk kegiatan bedah bukunya.

Email itu dikirim lumayan sudah lama, di pertengahan desember, namun saya baru membacanya di akhir januari. Dan email tersebut belum ada yang respon. Akhirnya, email itu saya teruskan ke grup whatsapp alumni dan langsung mendapatkan respon dari teman-teman alumni. Dan pada akhirnya, terkumpul banyak donasi dan buku-buku serta perlengkapan sekolah untuk menunjang kegiatan bakti sosial di pelosok papua tersebut. 

Poin yang ingin saya tekankan adalah begitu banyak informasi yang kita dapatkan namun sering kali kita abaikan karena ketidak pekaan kita yang jenuh. Padahal bila informasi yang kita dapatkan itu kita teruskan kepada mereka yang lebih tepat, maka informasi itu akan berubah menjadi tindakan yang konkrit dan merubah masalah menjadi berkah. 

Yuk kita berubah dari Problem speaker menjadi problem solver. 

Salam Hangat dari mahasiswa abadi universitas kehidupan.

Bekasi, 4 Februari 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun