Sumbersuko, 27 Desember 2024 -- Dalam rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Sharul Maulana atau akrab dipanggil Mas Maul salah satu peserta, mendapatkan amanah untuk menjadi khatib pada salat Jumat pada 27 Desember 2024 di Masjid Nurul Huda Desa Sumbersuko. Pada kesempatan ini ia menyampaikan khutbah bertema "Moderasi Beragama," topik yang relevan dengan keberagaman masyarakat Indonesia yang bermacam bangsa dan agamanya.
Mas Maul didampingi oleh Mas Aziz yang bertugas sebagai bilal. Khutbah yang disampaikan Mas Maul berlangsung dengan penuh keyakinan dan tegas dalam penyampaiannya. Dalam khutbahnya ia menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai fondasi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Khutbah dimulai dengan pengingat nilai-nilai universal Islam yang mengedepankan kasih sayang, toleransi dan kedamaian. Mas Maul mengutip Surat Al-Qashash ayat 77 :
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia; dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu; dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."
Ia menjelaskan bahwa ayat tersebut mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat serta pentingnya menjaga keharmonisan sosial. Moderasi beragama menurut Materi yang disampaikan berarti menjauhi dua kutub ekstrem: fanatisme berlebihan dan sikap abai terhadap nilai-nilai agama.
Sebagai contoh, ia mengingatkan jamaah tentang konflik Poso pada tahun 2000 dan konflik Aceh pada 2015. Konflik-konflik tersebut pada materi ini menunjukkan bagaimana ekstremisme dapat merusak persatuan bangsa. "Islam mengajarkan kita untuk berada di jalan tengah. Menjadi moderat bukan berarti kehilangan prinsip, melainkan memahami bagaimana agama kita dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam," disampaikan pada Khutbahnya.
Mas Maul juga menekankan pentingnya menerapkan moderasi dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengajak jamaah untuk :
- Menghormati Perbedaan -- Baik perbedaan keyakinan, suku maupun budaya. Sikap saling menghargai merupakan langkah awal menciptakan masyarakat yang damai.
- Menjauhi Hoaks dan Ujaran Kebencian -- Dalam era digital arus informasi yang tidak terfilter menjadi tantangan besar. Ia mengingatkan pentingnya tabayyun atau memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya.
- Meningkatkan Dialog Antarumat Beragama -- Ia mengajak masyarakat berdialog lebih sering dengan kelompok lain guna mengurangi prasangka negatif dan memperkuat persaudaraan.
Mas Maul juga menggarisbawahi pentingnya menanamkan nilai-nilai toleransi kepada anak-anak sejak dini baik di lingkungan keluarga maupun pendidikan formal.