Mohon tunggu...
Micky Rori
Micky Rori Mohon Tunggu... Wiraswasta - Vox Populi Vox Dei

Dalam Demokrasi, setiap suara berharga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rusia Dipaksa Konsensus Sosial Ukraina

9 Maret 2022   11:23 Diperbarui: 9 Maret 2022   11:25 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Keinginan Beraliansi ke NATO dan Uni Eropa, yang menyebabkan serangan Rusia, adalah Gerakan sosial di Ukraina.

Vox Populi Vox Dei

Serangan militer Rusia kepada Ukraina hari ini sudah memasuki hari ke 12 dan belum terlihat adanya tanda-tanda tercapainya resolusi damai dari konflik tersebut. Berbagai pihak menawarkan pendapat dan pandangan tentang fenomena militer ini, tapi sedikit yang menawarkan cerita tentang keinginan sebenarnya dari masyarakat Ukraina yang menjadi penyebab serangan Rusia. Keputusan Ukraina untuk cenderung merapat ke Uni Eropa, NATO dan Amerika Serikat yang akhirnya mendesak Vladimir Putin untuk memutuskan menyerang Ukraina adalah konsensus nasional Ukraina.
Memang masalah antara Rusia dan Ukraina tidak mungkin dijelaskan secara sederhana, terutama secara singkat, karena masalah ini memang kompleks dan penjelasannya mesti juga kompleks. Sedikit banyak, penyebab Rusia menyerang Ukraina yang saat ini ramai dibahas adalah ekspansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke arah timur yang saat ini sudah hampir tiba di halaman depan Rusia, dalam hal ini Ukraina.
Putin menyatakan berkali-kali kepada media massa di Eropa bahwa Ukraina adalah garis merah atau garis terakhir bagi Rusia untuk bertindak secara agresif demi mempertahankan kepentingan Rusia. Sebagai salah satu negara yang secara tradisional tidak sepaham secara pertahanan dengan negara-negara barat, memang Rusia akan sangat dirugikan secara strategis apabila Ukraina bergabung dengan NATO. Secara geografis, apabila Ukraina yang sudah tergabung dengan NATO menyediakan wilayahnya untuk menjadi pangkalan rudal ataupun militer bagi NATO dan Amerika Serikat, yang merupakan kontributor terbesar NATO, maka Rusia akan berada dalam kondisi terancam setiap saat. Dengan jarak kurang lebih 490-500 Kilometer dari perbatasan Rusia, rudal taktis hipersonik hanya akan membutuhkan waktu 7 sampai 10 menit untuk tiba di Moskow dari wilayah perbatasan Ukraina.
Belum lagi apabila sistim Aegis Ashore yang dapat mendeteksi rudal dan mengarahkan roket penghancur rudal serta sistim rudal yang dapat mengakomodir sedikitnya rudal kelas Tomahawk dapat dibangun di wilayah perbatasan Ukraina dengan Rusia. Pembangunan fasilitas ini akan berakibat setidaknya 2 hal. Yang pertama, efektifitas rudal-rudal Rusia sebagai efek detterent bagi negara-negara Eropa akan sangat jauh berkurang. Kedua, Rusia menjadi sangat lemah secara geografis karena dapat dicapai oleh rudal-rudal milik Amerika Serikat dalam waktu yang sangat singkat.
Bayangkan krisis militer Kuba tahun 1962, betapa marahnya Amerika Serikat saat Uni Soviet berupaya mendirikan pangkalan Rudal di Kuba yang jaraknya 164 km dari garis pantai terdekat Florida dan kurang lebih 1900an km ke Washington DC. Atau apa yang akan diperbuat Amerika Serikat apabila Rusia berusaha menempatkan rudal-rudalnya di Kanada atau Mexico, tentunya tatanan pertahanan di benua Amerika akan berubah secara signifikan dan besar kemungkinan Amerika Serikat akan bertindak seperti Rusia saat ini.
Tapi, dari seluruh pertimbangan militer strategis dan taktis tersebut diatas, saya ingin mengingatkan kita semua bahwa Ukraina adalah negara berdaulat yang demokratis. Keinginan rakyatnya wajib didengar oleh pemimpin negaranya. Secara rasional, Ukraina yang berada dalam posisi geografis yang terjepit antara NATO dan Rusia serta lebih dekat ke Rusia secara etnik dan bahasa mungkin harusnya memilih mendekat ke Rusia ataupun netral dalam menyikapi dinamika politik antara Rusia dan dunia barat. Akan tetapi, Presiden Ukraina yang populis, Volodymyr Zelensky yang mulai menjabat pada Mei 2019 secara agresif dan terang-terangan berupaya keras untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa karena mempedomani konstitusi Ukraina.
Pilihan tidak rasional yang mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan lingkungan strategis di Eropa Timur adalah keinginan masyarakat Ukraina dan bahkan tercantum dalam dasar negara Ukraina. Dua revolusi panjang yang terjadi di Ukraina di abad ke 21 adalah bukti tekad masyarakat Ukraina menolak kedekatan negara mereka dengan Rusia. Revolusi Oranye yang berlangsung dari akhir tahun 2004 hingga akhir tahun 2005 dan konflik Maidan atau Revolution of Dignity pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 di Kiev yang cukup berdarah, menolak pengaruh Rusia di Ukraina. Pada Februari 2019, rakyat Ukraina melalui dewan perwakilan rakyatnya menyetujui amandemen konstitusi yang ditandatangani oleh presiden saat itu, Petro Poroshenko dan menjadikan bergabungnya Ukraina ke NATO dan Uni Eropa sebagai tujuan nasional negara Ukraina.
Masyarakat Ukraina tidak menyukai sistim pemerintahan Rusia yang dikenal oleh rakyat Ukraina sebagai otoriter, korup dan dikuasai oligarki. Mereka lebih memilih untuk condong kepada gaya pemerintahan Demokrasi barat yang terkesan bebas, terbuka dan transparan. Dalam dokumenter tentang Revolution of Dignity, para pemrotes yang kebanyakan terdiri dari anak muda yang berpikiran progresif lantang menyuarakan keinginan mereka untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa untuk keterbukaan, kebebasan dan kesempatan ekonomi yang luas serta bertanggung jawab. Mereka sangat khawatir dengan pengaruh Rusia yang akan membawa pemerintah negara mereka untuk menjadi korup, otoriter, dan dikuasai oligarki yang dekat dengan pemerintah.
Upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa adalah sebuah Gerakan sosial masyarakat yang khawatir akan masa depan negaranya. Mereka tidak ingin negaranya menjadi otoriter, korup dan dikuasai oligarki. Rusia tidak peduli dengan kecemasan sosial mayoritas masyarakat Ukraina. Bagi Putin, kekhawatiran strategis pertahanan dan keamanan serta kepentingan negara Rusia adalah yang utama, sehingga keputusan untuk menyerang
Ukraina menjadi tidak terelakan. Sebagai manusia beradab tentunya kita berharap pihak-pihak yang bertikai akan cepat menemukan resolusi damai dalam kekacauan yang sudah terlanjur terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun