Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ternyata, Herman Hasyim, Om Jay dan Kimi Raikko Pernah Melakukan Copy Paste!

18 Mei 2011   13:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:30 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

…..Siapa Studentnya? Tentu Saja Kita Semua. Kompasianer! Plagiarism is the act of stating or implying that another person's work is your own. Plagiarism can range from submitting a paper you didn't write to omitting key citations. Any action in which you misleadingly claim an idea as your own when it is not could constitute plagiarism.” Lengkapnya bisa dilihat disini Copy Paste. Jadi, plagiasi adalah tindakan atau mencatat dari catutan kepemilikan orang lain atau mengimplementasikan hasil usaha atau hasil kerja atau hasil tulisan atau hasil karya orang lain sebagai hasil usaha kita atau milik kita sendiri. Bahasa gampangnya, mengakui apa yang bukan milik kita sebagai milik kita. Tentu Kompasianer penasaran, mana sih tulisan Herman Hasyim, Om Jay dan Kimi Raikko yang kedapatan merupakan bentuk plagiasi? Sabar. Akan saya tunjukkan nanti, betapa ke tiga orang “terkenal” di Kompasiana itu telah melakukan tindakan yang menurut sebagian orang adalah tidak terpuji. Apalagi, Herman Hasyim (HH) sangat terkenal sebagai salah satu diantara mereka yang paling anti tindakan copy paste bahkan sudah banyak yang dikritisinya sampai “setengah mampus”. Lalu Om Jay, siapa yang tidak kenal “Om Jay”? Penulis paling produktif, tulisannya yang diposting di Kompasiana sudah lebih dari 1000 artikel. Kimi Raikko? Salah satu dari beberapa yang tulisannya kerap menjadi Head Line (HL) dengan artikel-artikel di seputaran gadget, tekno dan Media. Ia juga sangat keras dengan yang namanya copy paste. Tapi supaya lebih bagus pemahaman kita, mari kita buka-buka wawasan dulu mengenai plagiasi lebih khusus masalah copy paste tulisan tersebut. Kenapa sih hewan langka bernama “anti plagiarism” semakin hangat, terus dibicarakan dan seakan-akan menjadi amat langka, atau mungkin near to extinction---mendekati kepunahan. Ketika berbicara atau mendiskusikan mengenai plagiasi, kebanyakan orang langsung berpikir atau berimajinasi tentang seseorang yang lagi membawa tulisan yang dicopynya dari sebuah Web Site, atau dari tulisan temannya atau sumber-sumber lainnya lalu mengatakan sebagai miliknya. Sudah jelas bahwa itu adalah tindakan plagiasi oleh karena:

  1. Orang yang meng-copy itu tidak melakukan penelitian atau menulisnya sendiri. Dengan lebih gampang, bahwa hasil itu tidak orisinal.
  2. Pekerjaan/penulisan tersebut diciptakan/dihasilkan oleh orang lain atau penulis lain, lalu dijadikan sebagai ciptaan/tulisan kita dan dengan seenak-enaknya dan segampang-gampangnya membubuhkan nama kita di situ.

Dosen saya pernah mengatakan bahwa ketika kita hendak membuat suatu skripsi, paper pun disertasi lalu kita mengambil suatu “citation khusus” dimana perlu untuk mecantumkan siapa penulisnya atau sumber mana asalnya, tapi kemudian kita tidak memuatnya maka menurutnya itu juga adalah tindakan plagiasi. Tapi di Kompasiana ini yang disesalkan dan disayangkan adalah apa yang disebut copy paste utuh (naked plagiarism). Atau juga setengahnya di copy paste lalu dipermak-permak dikit tapi tidak mencantumkan sumber aslinya.Kalau copy paste telanjang bulat itu memang luar biasa nistanya. Maka sebisa-bisanya untuk dihindari. Contoh lain, Anda diberi tugas untuk menjelaskan/menulis tentang bagaimana para pembicara yang bisa dua bahasa belajar untuk membuat mereka dapat berbicara fasih bahasa selain bahasa ibu. Lalu kemudian Anda mendapat penjelasan yang bagus di salah satu site, katakanlah dari the Linguistic Society of America's Bilingualism FAQ Web Page. Maka mulailah Anda mengcopy tulisan tersebut ke dalam tugas yang harus Anda selesaikan. Bahwa itu adalah penelitian atau tulisan Anda tanpa penjelasan lebih lanjut dari mana asalnya, maka dapat dikatakan itu adalah tindakan plagiasi. Ada juga yang mengambil kutipan dari sumber-sumber berbeda secara utuh, lalu memasukkannya sebagai pendukung tulisan Anda, tapi lalu Anda tidak mencantumkan sumber penulis aslinya. Itu juga adalah plagiasi. Misalnya Anda menyisipi artikel Anda dengan kutipan ini: Bertolak belakang dengan apa yang mungkin banyak orang pikirkan, tapi kenyataannya, adalah sangat mudah bagi anak kecil untuk belajar bahasa asing lebih dari satu. Dalam pikiran anak ada "wired" untuk menyerap bahasa secara otomatis. Dari usia 1-5 tahun, anak-anak dapat menyerap semua kemungkinan bahasa yang didengarnya (dari bahasa Inggris, China sampai bahasa Hawai). Bagi mereka menyerap multiple language tidak menjadi masalah. Dari usia 5-10 tahun, anak-anak tetap masih dengan mudahnya menyerap sejumlah bahasa yang ia dengar. Tapi seiring dengan penuaan, maka kebanyakan orang mengalami penurunan dalam hal kemampuannya menyerap dan mempelajari bahasa asing. (Yang saya cetak tebal itu adalah kutipannya) Nah, tulisan di atas tidak dapat dibenarkan kenapa? Karena saya tidak mencantumkan tanda kutip dan siapa penulisnya. Ingat, bahwa kita sementara menyisipi kutipan dari tulisan milik orang lain. Maka harusnya demikian: Bertolak belakang dengan apa yang mungkin banyak orang pikirkan, tapi kenyataannya, adalah sangat mudah bagi anak kecil untuk belajar bahasa asing lebih dari satu. “ Dalam pikiran anak ada "wired" untuk menyerap bahasa secara otomatis. Dari usia 1-5 tahun, anak-anak dapat menyerap semua kemungkinan bahasa yang didengarnya (dari bahasa Inggris, China sampai bahasa Hawai). Bagi mereka menyerap multiple language tidak menjadi masalah. Dari usia 5-10 tahun, anak-anak tetap masih dengan mudahnya menyerap sejumlah bahasa yang ia dengar. Tapi seiring dengan penuaan, maka kebanyakan orang mengalami penurunan dalam hal kemampuannya menyerap dan mempelajari bahasa asing.” — Pyatt, 2000 Lebih jelasnya, silahkan bongkar-bongkar dan belajar di sini: http://www.tlt.psu.edu/plagiarism/tutorial/cutpaste Iya…..iya, tapi mana tulisan tiga orang yang kau sebutkan itu?! Oke..oke..oke, sekarang saya akan berikan LINK TULISAN mereka. Silahkan And baca tulisan Herman Hasyim yang ini: Bahkan Seorang Dokter Minta Maaf di Kompasiana (Sorry, maksudnya di Kompas) Di situ ia (HH) menulis dengan apiknya bagaimana seorang dokter akhirnya harus meminta maaf melalui Kompas.(Selengkapnya silahkan terbang ke lapak yang bersangkutan.) Dan bacalah tulisan “Om Jay” ini: Menulis Beda Bagaimana Caranya Nah, beliau menulis tentang bagaimana menjadi penulis yang berbeda, tapi juga yang berani. Ini adalah salah satu kalimat yang saya kutip. “Penulis sejati adalah penulis yang berani beda. Menulis beda jelas harus berani malu. Berani dikritik dan mungkin kurang lazim dari orang kebanyakan. Tapi cuek aja. Dengan berbeda itu, kamu akan lebih cepat dikenal.”---Om Jay, dari lapaknya. Sekarang lihatlah tulisan Kimi Raikko yang baru saja menjadi HL ini: Facebbok Dislike Button Scam Baru Facebook (Maaf, maksudnya Facebook) Coba sekarang mari kita jadi dektektif amatiran dulu untul melacak tulisannya. Dalam tulisannya Kimi mengingatkan pembaca untuk tetap waspada dan berhati-hatilah! Perlu juga diketahui bahwa “pada dasarnya profil  di Facebook sangat terbuka bagi pengguna Facebook lainnya karena hampir tidak ada halangan untuk melihat profil seseorang di Facebook.”---Kimi R. Note: Kalau tulisan Bung HH dan Om Jay tidak bisa dibuka, maka pembaca harus bersusah-susah dikit untuk mencarinya di lapak mereka berdua. Lha, terus mana yang disebut copy paste dari tiga orang itu? Dengar saya baik-baik….iya mereka memang telah melakukan tindakan copy paste yaitu mereka mencopynya dari isi pikiran, isi hati, isi pengetahuan mereka lalu dengan lapang dada mereka memastekan tulisan itu ke dalam artikel yang tersebut di atas. Hanya saja mereka tidak melakukan copy dengan menggunakan “CNTRL C”. Tapi lebih kepada akal pikir dan kebolehan masing-masing. Buat ke tiga teman saya, jangan marah namanya saya sebut-sebut, kalian kan tiga orang top yang banyak fansnya he..he..he. Jadi pasti banyak yang “tergila-gila” ingin tahu sebab musababnya “idola” mereka kok bisa-bisanya melakukan tindakan copy paste. Tapi kawan-kawan Kompasianer jangan marah-marah dulu ya, dan jangan merasa terkecoh walaupun “ternyata” copy paste tiga kompasianer itu bukan plagiasi seperti yang kita kutuk-kutuki selama ini. Karena dengan begitu kan Anda juga akhirnya jadi membaca banyak tulisan serta masukan. Baca juga: Tulisan Tentang Plagiarisasi Selanjutnya

ooOOoo

@Tulisan ini Protected by Kompasiana Terms & Condition, so do not copy@

Cheers… Michael Sendow.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun