Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sungai Tempat Mayat dan Limbah Mengapung Tapi Airnya Dianggap Suci

16 November 2011   12:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:35 4529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sungai Tempat Mayat dan Limbah Mengapung Tapi Airnya Dianggap Suci

[caption id="attachment_143989" align="aligncenter" width="653" caption="Semakin kotor air sungainya semakin suci? (Pic:Ganggarivers.Off.Site)"][/caption]

Salah satu kota yang mungkin paling aneh dan luar biasa di dunia adalah kota suci Benares di bagian Gangga, sebuah sungai suci di India. Di situ terdapat sebuah biara bernama Biara Nepal. Sekitar lima meter di bagian luarnya terdapat sekelompok patung pahatan yang mewakili delapan puluh satu posisi berdosa secara berurutan.

Walaupun semua orang tahu bahwa dosa adalah buruk dan tidak baik, tapi selama berabad-abad manusia dibingungkan oleh pertanyaan apa sebenarnya yang menyebabkan manusia berdosa. Akan tetapi, dari segala doktrin yang pernah dikemukakan manusia dalam upaya mereka untuk memecahkan misteri dari keberadaan dosa tersebut, mungkin tidak ada yang lebih besar pengaruhnya daripada doktrin yang menyatakan bahwa roh adalah selamanya murni dan materi adalah secara hakiki buruk. Roh manusia adalah murni namun dagingnya fasik, dan oleh karena itu pantas disiksa hingga mencapai beberapa tingkatan.

Kedelapan puluh satu posisi berdosa (bukan posisi berdoa yah) di sekeliling Biara Nepal itu diseimbangkan dengan delapan puluh satu posisi hukuman. Berbagai posisi penyesalan dosa dipraktikkan oleh begitu banyak orang yang sementara melakukan penyangkalan diri di seluruh India, khususnya di kota-kota suci Benares, Allahabad, Lahore, Mysore, dan Calcutta. Terkadang mereka disebut Fakir, Sadhu, Yogi, dan lain sebagainya.

[caption id="attachment_143990" align="alignright" width="300" caption="Mandi di kubangan limbah? (Pic:Ganggariver.Off Site)"][/caption] Mereka berupaya meninggalkan dunia dan cara-caranya (yang begitu duniawi), membuang pakaian mereka lalu menutupi tubuh mereka yang telanjang dengan abu yang akhirnya membuat tubuh mereka terlihat putih. Warna putih yang aneh dan unik. Mereka juga tidak menggunting atau menyisir rambut mereka, dan biasanya mereka juga menutupi kepala mereka dengan kotoran sapi (sebagai bukti bahwa di India, sapi itu suci) dan memilih salah satu metode menyiksa diri dengan maksud memastikan diri terus menerus menyadari dosa mereka.

Nah, di sepanjang tepian Sungai Ganggayang berbentuk sabit dengan latar belakang arsitektur kota yang indah, ternyata tempat itu adalah salah satu tempat paling aneh yang mungkin tidak akan pernah Anda jumpai lagi di mana pun. Kenapa aneh? Mari kita coba telusuri lebih lanjut.

Beberapa kilometer pada masing-masing tepinya terdapat anak tangga untuk turun mandi ke dalam sungai yang konon sangat sakral itu. Di atas anak-anak tangga ini terdapat banyak menara dan biara aneh dari ilah-ilah mereka dan beberapa istana serta singgasana raja-raja mereka.

Masing-masing anak tangga dan biaranya berbeda-beda. Setiap anak tangga dan biaranya dibangun dan dipersembahkan bagi ilah yang berbeda, dan tentu saja masing-masing lokasi itu dianggap sangat suci oleh pemeluk agama Hindu. Anak tangga yang satu ke anak tangga yang lain tiap harinya dijejali begitu banyak orang. Mulai dari Anak Tangga Assi melewati beberapa ratus anak tangga, hingga ke anak tangga terakhir, yaitu Anak Tangga Prahlad.

Kesucian Sungai Gangga memang sudah sering diceritakan dan diamini oleh beberapa teman saya asal India, dari berbagai kasta yang berbeda. Sebut saja di antaranya Sandhu, Bhedi, hingga yang terendah Patel. Saya pernah mengatakan kepada seorang mantan teman kerja yang tidak pernah memotong rambutnya sejak 20 tahun lalu. Saya bilang ke dia, “ Di Amerika kan tidak ada sungai suci, jadi bagaimana kamu mau cuci rambutmu yang panjang itu?” Kalau di India katanya ia selalu membasuh rambutnya dari air yang diambil di Sungai Gangga itu.

Lima dari sekian anak tangga di seputaran Sungai Gangga dianggap (yang paling) suci, dan jutaan peziarah harus membenamkan diri pada masing-masing anak tangga ini secara berurutan pada hari yang sama. Kelima anak tangga yang sangat suci itu adalah Assi, Dasashwamedh, Barna-sangam, Panchganga, dan Manikarnika. Sebagian dibangun untuk menghormati kera, yang lainnya dibangun untuk menghormati “Ganesh”, berhala merah dengan tiga mata, topi perak, dan belalai gajah, menunggang seekor tikus. Satu lagi dibangun bagi “Dandas”, pelaku penyangkalan diri yang selalu membawa tongkat panjang dan tidak pernah meletakkannya. Anak Tangga Sitla dibangun untuk menghormati “Bunda Cacar”, dan Anak Tangga Dasashwamedh berarti “anak tangga korban sepuluh kuda.”

Seluruh anak tangga tersebut dipenuhi oleh kumpulan orang banyak yang beramai-ramai turun ke air yang kotor namun diyakini bisa memurnikan jiwa. Aneh tapi nyata. Tampaknya di India semakin kotor sungai itu semakin suci jadinya. Oleh karenanya di tempat itu sepertinya kesucian dan sanitasi adalah dua hal yang tak mungkin bersatu. Sanitasi dan kesucian sukar untuk bersatu. Semakin kotor semakin suci? Luar biasa.

[caption id="attachment_143992" align="alignleft" width="300" caption="Mayat yang membusuk di Sungai Gangga.(Pic:GanggariverSite)"][/caption] Air suci Gangga berlumpur dan menggenang. Sungai itu menjadi tempat pembuangan limbah kota dan pembuangan mayat bagi orang yang tidak mampu untuk membeli kayu untuk membakar mayat keluarga mereka yang meninggal dunia. Mereka yang meninggal karena penyakit yang dianggap menjijikkan seperti cacar dan lepra dianggap tidak layak dikremasi, dan oleh karenanya dibuang ke dalam sungai besar ini.

Menurut kepercayaan mereka, sungai Gangga yang suci ini memurnikan segalanya, secara total dan segera. Tidak ada yang mungkin menajiskannya, walaupun airnya busuk dan bau.

Jadi kalau berkunjung ke sungai ini, jangan heran melihat orang banyak ini mandi dan minum dalam air yang kotor ini, di mana mayat dan limbah terapung. Ketika seseorang meninggal dunia, mayatnya langsung dikeluarkan dari rumah. Kalau yang meninggal seorang wanita, mayatnya dibungkus dengan kain merah, kalau yang meninggal seorang pria, mayatnya dibungkus dengan kain putih. Anak-anak sama sekali tidak dibungkus, dan mereka yang meninggal karena penyakit lepra atau cacar juga tidak dibungkus. Mereka langsung dibuang ke Sungai Gangga.

Budaya yang berbeda dan adat istiadat serta kebiasaan yang begitu berbeda mengajari kita banyak hal. Saya banyak belajar dari berbagai sahabat, kawan, kerabat dari berbagai penjuru dunia. Mulai dari Afrika, India, China, Spanyol, sampai Eropa. Semakin saya tahu banyak dari mereka semakin terkagum-kagum saya dibuatnya.

Michael Sendow.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun