Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Satu Tulisan, Satu Momen Terbaik

24 Oktober 2016   12:54 Diperbarui: 24 Oktober 2016   13:21 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat dimintai pendapat pada acara peluncuran buku 'Ahok Untuk Indonesia' yang digagas Kompasiana

Setiap insan tentu menghendaki adanya kebebasan. Ya, kebebasan dalam arti luas dan mendalam. Kebebasan yang meniadakan melepaskan kita dari ‘kerangkeng’ keterkukungan dan keterbelengguan diri. Kebebasan itu niscaya perlu tempat ‘pelampiasan’ alias wadah pengekspresian.

Delapan tahun yang lalu wadah itu secara resmi lahir. Ia adalah sarana setiap insan penulis untuk menuangkan secara bebas apapun yang ada dalam benak dia, dalam sanubari dia, dan dalam alam pikiran dia. Hal mana, amat sulit terjadi di era tatkala perang media masih ‘dikuasai’ sepenuhnya oleh media-media mainstream. Ini jelas tak mudah ditembus oleh kalangan bukan wartawan atau penulis pro.

Kebebasan menulis dan berekspresi itupun lahir. Inilah pintu gerbang maha dahsyat siapapun lalu kemudian bisa dan boleh menulis apapun. Dengan gaya dan cara bertutur apapun. Bebas. Bahkan dengan bahasa paling unik sekalipun bisa Anda tuangkan tanpa malu dan khawatir tulisannya masuk tong sampah di samping meja redaksi.

Wadah ini lalu kemudian kita kenal dengan nama Kompasiana. Entahlah kenapa ia diberi nama seperti itu. Tapi satu hal yang pasti, Kompasiana dapat dibilang adalah merupakan ‘ucu’ kandungnya Kompas. Ya, kalau Kompas.com adalah ‘anak’ kandung Kompas, maka seperti yang sudah pernah saya tulis beberapa tahun yang lalu, Kompasiana adalah cucu kesayangannya sang kakek. Kenapa Kompasiana menjadi begitu disayangi dan di sisi lain cukup disegani? Oleh karena kelakuan, kebaharuan, dan keberadaan Kompasiana memang amat sangat layak dan pantas diperhitungkan.

Menurut nona Alexa, sebagai tukang ukur pemeringkatan paling bergengsi, maka jelas sekali terlihat kenapa Kompasiana menjadi seperti apa adanya ia saat ini. Peringkatnya bahkan melebihi senior-senior media sejenis lainnya. Untuk usia yang terbilang masih begitu muda, tentu Kompasiana pantas berbangga diri lah. Thanks toKang Pepih yang sudah membidani lahirnya media ini, walaupun saya amat yakin tentu saja Kang Pepih bukanlah seorang bidan dan atau pernah sekolah kebidanan. Sama sekali tidak.

Kompasiana terus bertumbuh dan membesar, penulisnya terus bertambah, pembacanya terus membengkak, anggotanya terus menaik. Ini di satu sisi adalah prestasi. Sebuah pencapaian yang tak boleh dipandang sebelah mata (apalagi bila mata kita masih utuh dua-duanya). Namun tentu, di sisi lain, ini adalah tantangan.

Ya, tantangan bagaimana Kompasiana terus mengembangkan kreatifitasnya agar supaya nantinya tidak jalan di tempat, tidak begitu-begitu saja dan gampang ditinggal pergi usernya karena membosankan. Tantangan lain juga adalah bagaimana Kompasiana benar-benar menerapkan rule of the game  supaya usernya menjadi taat namun tetap nyaman. Menjadi wahana yang elegan namun egaliter. Sarana yang terus-terusan punya sentuhan kebaharuan namun tetap memelihara tradisionalitas. Menjadi bergengsi namun bukan karena sensasi melainkan karena esensi. Itu.

Bukan untuk terus memuji, tetapi memang kenyataannya Kompasiana sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam diri dan darah saya. Ibarat makanan yang tak enak tanpa garam. Begitulah juga dunia kepenulisan banyak orang, termasuk saya, hidup kepenulisan akan menjadi hambar bila belum menuangkan ide atau mengekspresikan karya di rumah sehat ini.

Momen Paling Indah?

Ah, bicara momen paling indah itu sebetulnya ada banyak. Kebersamaan dan keindahan dalam pergaulan di rumah sehat ini tentu amat banyak dan tidak sekedar ketika kita ngumpul-ngumpul bareng.  Bicara momen berarti kita bicara peristiwa dan kesempatan. Bagi saya, ada begitu banyak peristiwa dan kesempatan indah dan terbaik yang sudah dijalani dengan luar biasa baik serta penuh arti sebagai seorang kompasianer.

Jujur dari lubuk hati saya yang paling dalam, mestilah ungkapan syukur dan ucapan terimakasih ini terangkat bagi siapa saja yang sudah berpartisipasi untuk setiap momen terindah yang pernah saya alami di Kompasiana ini. Termasuk untuk istri saya yang juga adalah kompasianer…suuiiit suuiiit…… (pernah kontra pendapat saat piala dunia, saat pilpres, dan dalam beberapa hal, itulah indahnya sebuah perbedaan bukan?)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun