Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada Rasa Perang?

27 Oktober 2016   15:01 Diperbarui: 27 Oktober 2016   23:38 1756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic Source: Kompas.com

What the heck is going on with this  Pilkada DKI Jakarta? Ada yang bilang pilgub DKI rasa pilpres. Tidak berlebihan memang, tetapi semakin ke sini semakin terasa pilgub ini justru bernuansa perang. Saya prihatin sungguh-sungguh dengan keadaan ini.

Aroma dan suasa pilgub DKI Jakarta ini benar-benar tercium lain daripada yang lain. Aromanya santer peperangan. Saling serang, saling hujat, dan saling ancam pun bermunculan. Intensitas dan keriuhan pilgub ini memang melebihi yang biasa-biasa saja.

Ini bisa jadi akan menjelma menjadi pilgub paling fenomenal dalam sejarah republik ini berdiri. Di lain provinsi, pilgub hanya ibarat nonton konser musik klasik. Tetabuhan alat musik pukulnya sedikit, iramanya sepoi-sepoi bikin nyaman untuk tidur.

Nah, pilgub DKI ini ibarat lagi nonton konser musik rock. Irama dan alunan musiknya begitu menggetarkan, menghentak sampai kedalaman ruang batin. Bahkan yang nonton pun ikut teriak-teriak, lompat-lompat dan sradak sruduk sendiri. Semuanya terbangun. Yang udah tua dan rambut putih pun ikut nimbrung. Yang nggak punya KTP Jakarta bahkan terus pasang aksi. Heboh tingkat dewa.

Jujur saja, dalam pilgub kali ini saya melihat sudah mulai banyak manusia-manusia yang pekerjaannya sebagai politisi dan kegiatan utamanya banyak bacot alias yang ‘hanya’ tahu ngebacot melulu tiap hari. Nggak jelas banget! Serius. Mereka menjadi kompor. Menjadi gas. Dan, menjadi pemicu. Membaca banyak statement-statement yang jauh dari menyejukkan. Ini benar-benar memuakkan. Bikin rasa muntah.

Saking hebatnya mereka ngebacot, maka unsur agama pun tak jarang dibawa-bawa, iman pun turut dibawa-bawa juga. Apakah mereka sungguh-sungguh, atau iman dan keagamaan hanya dipakai sebagai alat saja. Digunakan sebagai sarana ‘pemuas dahaga’ dan demi kepentingan kelompok atau partai? Apa urusannya pilkada DKI ini dengan keimanan sodara? Santai saja kali. Emangnya dengan ‘kebenaran’ pilkada ini maka sodara-sodara ketika habis mencoblos maka bakalan masuk sorga? Ngaca dulu lah kita rame-rame!

Keimanan dan keagamaan sodara dalam pilkada ini sama sekali tidak akan menjamin sodara masuk sorga, percaya deh. Ya, kalu perbuatan sodara tidak menunjukkan bahwa sodara itu adalah orang beriman mana bisa masuk sorga, kan begitu. Secara lebih liberal lagi, bagi saya pribadi Agama juga tidak menjamin siapapun bisa masuk sorga, saya yakin 1 juta persen itu. Sebab hanya iman sodara yang dapat membawa sodara ke sorga, bukan karena agama. Orang ber-Tuhan dan orang ber-agama itu bedah jauh loh, jangan salah. Banyak orang ber-agama yang perbuatan dan tingkah lakunya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia itu ber-Tuhan.  

Ada ujar-ujar yang berkata begini, “Tidak semua yang berteriak Tuhan…..Tuhan…..akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan mereka yang melakukan kehendak Tuhan…” Silakan mengatakan saya liberal, tetapi sungguh, dari dalam lubuk hati saya yang paling dalam saya kasihan dan miris dengan keadaan di negeri ini.

Ada begitu banyak orang yang terlalu berkutat pada sensasi sehingga lupa esensi. Mereka ‘adu jotos’ pada tataran kulit luar, terpesona pada bungkus namun melupakan isi. Memanfaatkan ‘Kebenaran Ilahi’ untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Kepentingan mengenyangkan perut sendiri, menebalkan isi dompet sendiri. Mereka lupa, Tuhan di atas sana tidak buta.

Banyak orang berteriak lantang dalam nama TUHAN. Kedengarannya manis seakan-akan membela nama Tuhan. Memperdengarkan bahwa Tuhan itu Maha Besar dan Maha Agung, tetapi apa lalu kemudian tindakan dan sepak terjang orang-orang yang teriak-teriak ini benar-benar mencerminkan kebesaran dan keagungan Tuhan? Belum tentu.

Sodara, Tuhan itu tidak perlu dibela. Dia sudah Maha Agung dan Maha Besar dari sononya. Bukankah juga dia yang empunya dunia dan segala isinya? Jadi nyantai aja kali, Tuhan gak usah seakan-akan dan seolah-olah mau dibela-bela. Dia lebih dari sekedar sanggup untuk membela diriNya jikalau memang ada yang menistakan dirinya sedemikian rupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun