[caption id="attachment_98069" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Pertama, belum lama ini saya merasa tergelitik dan bertanya-tanya, apakah pembawa berita News-TV bisa lalai atau mengabaikan penggunaan vocabulary ketatabahasan yang baik dan benar ?
Perempuan cantik itupun membuka pengantar berita pagi itu dengan kalimat “ Anggota dewan dari komisi X menginisiasi pertemuan …dst.
Saya bingung mencoba mengartikan apa itu menginisiasi yang berarti diambil dari kata dasar inisiasi ? Kata itu bukan sekedar salah ucap, sebab ia mengucapkannya lebih dari 2 kali. Apakah memang dimungkinkan dunia pertelevisian atau dunia pers dapat dengan seenak hati mengganti kosa-kata yang sudah ada ?
Kalau saya tidak keliru kata itu seharusnya menginisiatifi, dari kata dasar inisiatif.
Kalau memang itu disengajai, berarti artinya kata tersebut sudah tidak relevan lagi dengan maksud yang hendak disampaikan.
Metro TV
Kedua, Metro TV mengadakan pembicaraan per telepon dengan Jusuf Kalla terkait bocoran dari Wikileaks. Pembawa beritanya seorang wanita cantik lain. Dalam percakapan telepon tersebut Jusuf Kalla memberikan perkiraan jumlah dana yang dikeluarkan setelah dia menang dalam kampanye sebesar tidak lebih dari 6 Milyar Rupiah. Metro TV kemudian melaporkannya sebagai “Jusuf Kalla mengakui telah mengeluarkan dana sebesar 600 Milyar”, di caption pada screen televisi yang saya lagi pelototin. Padahal saya belum budek, dan sampai 3 kali pembawa acara itu bertanya dan 3 kali pula Jusuf Kalla menjawabnya dengan 6 Milyar Rupiah.
Saya tidak bermaksud membela, mendukung, membenarkan tidakan apapun yang di lakukan Kalla pada waktu itu. Yang ingin saya koreksi dan tegasi dalam hal ini adalah pemberitaan yang kompeten, akurat dan tidak memiliki tendensi sepihak apapun. Bukankan media yang ditonton begitu banyak orang dapat dengan sengaja ataupun tidak sengaja membentuk opini publik yang salah terhadap sesorang, dengan penyampaian yang keliru atau sengaja dikelirukan seperti itu. Ini kelihatan sepele tapi bisa berdampak besar terus dilakukan.
Trans7
Tadi malam dalam sebuah acara andalan Trans7, Bukan Empat Mata, diantara para bintang tamu yang hadir adalah Opi Kumis dan Omas. Pasangan yang sudah malang melintang diseputaran Film Komedi Indonesia.
Setelah berbincang-bincang ngalor ngidul bersama bintang tamu yang lain, dan tentu saja dengan si pembawa acara kocaknya, Mas Tukul Arwana, akhirnya tiba pada sessi video, dimana ditampilkanlah film-film yang katanya pernah diperani Opi Kumis dan Omas. Di layar yang sangat gede itu!
Yang ditampilkan adalah beberapa film barat yang pemeran wanita dan prianya, wajah mereka diganti dengan wajah Opi Kumis dan Omas. Diantaranya film Mr. and Mrs. Smith, kemudia Romeo and Juliet, ada juga film Titanic, wajah Leonardo DiCaprio yang ganteng itu tiba-tiba jadi berkumis culun dan si Kate Winlset…? Pembaca bisa terka sendiri telah berubah jadi seperti apa.
Tehnik ini sering dengan memakai photo trick, photoshop atau juga dengan body switcher. Seperti pada gambar ini.Bisa tubuh yang diganti, bisa juga wajah yang diganti
[caption id="attachment_96603" align="aligncenter" width="300" caption="www.fototrix.com"]
Ini mungkin kreatifitas acara Bukan Empat Mata. Pertanyaannya apakah memang diperbolehkan untuk menggonta-ganti wajah seseorang, apalagi orang-orang terkenal, aktor dan aktris, tanpa persetujuan yang bersangkutan ? Dan dijadikan tayangan publik untuk disaksikan banyak orang ?
Saya hanya berpikir dan berguyon bahwa ini sebagai pelecehan akan hak kegantengan dan kecantikan seseorang. Walaupun ganteng dan cantik itu relative. Tapi rasa-rasanya, tidak mungkin si Leonardo atau si Kate mau begitu saja wajah mereka diganti-ganti dengan wajah orang lain untuk konsumsi publik banyak orang. Kalau memang tidak ada hukum yang mengaturnya, Trans TV lah yang harus lebih peka.
Wah, News Metro TV dan Bukan Empat Mata-nya Trans7 memang adalah dua diantara beberapa acara yang sangat saya gemari. Meskipun saya kritisi bukan berarti harus berhenti menontonnya bukan.
Permisi, mau kembali kedepan layar dulu nih…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H