Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lonte Berdasi

9 September 2015   16:00 Diperbarui: 9 September 2015   16:03 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada seorang pemuda yang hampir mati dihajar warga sekampung. Pemuda kurus kerempeng itu bak lagi dihukum rajam secara sepihak oleh karena kedapatan memberi tumpangan kepada seorang wanita pelacur. Wanita itu rupa-rupanya dibiarkan tinggal di rumahnya, di desa kecil nun jauh di sana.

Sehabis dihajar, pemuda itu disuruh pulang dan harus segera mengusir wanita itu pergi jauh. Sembari menarik-narik kakinya yang berjalan agak pincang, pemuda ini berjalan pulang. Ia pun akhirnya sampai di depan rumahnya. Sebelum melangkah masuk, ia bertemu dengan karibnya yang juga adalah tetangga sebelah rumah.

“Aku mau dibunuh sama warga seisi kampung bang ", demikian dia berbisi ke telinga karibnya itu. Ia berbisik dengan nada lelah, getir, dan putus asa.

"Apa salahmu?" Tanya karibnya itu.

"Aku membawa seorang perempuan yang pernah menjadi pelacur ke kampung ini".

Dan asal tahu saja, perempuan yang memiliki profesi ganda sebagai single mother dan pelacur itu adalah teman lama pemuda kurus kerempeng itu, bahkan semasa mereka masih SMP. Perempuan itulah yang banyak menolongnya kala itu.

"Lha, kenapa berani-beraninya kau bawah perempuan itu?"

"Kawan, tak taukah kamu, bahwa sesungguhnya perempuan yang mereka sebut lonte itu juga manusia?"

“Ia temanku, dan profesinya itu dilakoninya bukan karena keinginan hatinya semata, tetapi ada desakan kebutuhan untuk bertahan hidup. Saya tahu dirinya sejak lama"

“...... Kalau saja keparat-keparat koruptor dan penguasa negeri ini lebih mau mengerti, mungkin ia tidak akan seperti itu! Dia melakukan semuanya demi tiga orang anaknya, bukan untuk apapun yang lain”.

Pemuda kurus itu terus berceloteh panjang lebar. " Aku sedih, teman lamaku yang kalian panggil dan sebut-sebut sebagai lonte itu, ternyata dia itu harus membiayai tiga anak yang masih kecil lantaran suaminya diperlakukan tidak adil, sementara itu dia sendiri tidak punya pekerjaan apapun".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun