Lama tidak online dan menulis di Rumah Sehat ini karena faktor kelelahan fisik, ditambah betapa repotnya memosting tulisan di Kompasiana ini. Ribet. Mudah mudahan tim IT bisa segera menemukan format dan formula yang tepat demi kenyamanan dan kemudahan Kompasianer.Â
Baru menulis lagi kok sudah seperti ini tulisannya. Begini. Ternyata selama beberapa bulan absen, bahasan tentang Ahok selalu saja menjadi pusat perhatian, dan pertentangan. Terus terang, tadinya saya adalah salah satu mahluk yang sangat setuju, bahkan bisa jadi termasuk yang paling militan di lingkungan saya untuk mendukung Ahok. Tetapi setelah beberapa lama mengamati banyak fakta, saya terpaksa harus memoratorium beberapa pendapat saya tentang Ahok. Dia tidak seperti yang saya kira. Sama sekali tidak. Dia itu tambah berat untuk didukung. Susah.
Mari kita teguk sedikit saja fakta fakta berikut ini. Saya kurang begitu setuju dengan dukungan masif yang mengalir ke Ahok. Dia itu manusia biasa, jangan Anda mengultuskan dia. Begitu juga, jangan pilih Ahok hanya karena ras atau agama yang sama. Ahok juga pernah bilang di sebuah Gereja, jangan pilih saya karena saya Kristen. Dia meminta supaya pilih dia karena kinerjanya. Betul sekali itu.
Pertanyaannya apakah kinerja Ahok memang bagus dan baik? Belum tentu.Â
Saya setuju, betapa bodohnya saya bilamana saya ikut menyetujui penggusuran yang dilakukan Ahok. Menurut Yusril, Ratna, dan masih banyak lainnya bahwa penggusuran yang dilakukan Ahok amat sangat tidak manusiawi. Mereka semua benar. Siapa yang menafikan kebenaran peryataan mereka itu berarti tidak pro rakyat kecil. Tapi kan ada rusunawa yang sudah disiapkan? Memang ada, tapi rasa rasanya itu saja belum cukup.
Pada saatnya nanti, saya yakin sekali orang orang pintar kayak Yusril, Ratna, Lulung, dan masih banyak yang lain akan menunjukkan kebenaran yang sebenar-benarnya pada Ahok, tentang bagaimana menggusur yang lebih manusiawi dan baik. Siapa tau mereka punya ide yang lebih cemerlang dari Ahok, kan begitu.
Kasus Sumber Waras telah dipakai Ahok sebagai sarana menaikkan tingkat elektabilitas dan kepopulerannya. Ini salah besar. Benar atau tidaknya Ahok dalam kasus ini bukan lagi sesuatu yang urgent. Lihat saja, anak anak kecilpun kepengen foto selfie dan teriak teriak "hidup Ahok... Hidup Ahok". Bahkan ada santri yang lebih tahu Ahok daripada nama Menteri kabinet kerja Jokowi. Ini keterlaluan. Sebegitu populer dan terkenalnya Ahok? Ini sebuah kekeliruan menurut saya.Â
Bagi masyarakat kita, siapa yang paling banyak muncul di TV, maka dialah yang akan terkenal. Kasus SW dan reklamasi yang tiada ujungnya ini telah turut mendorong hal itu terus terjadi. Ahok mestinya sembunyi saja dari media, jangan terlaluuu jor joran. Tolong kasih kesempatan orang lain untuk turut populer dan ikutan terkenal juga.Â
Ahok juga mestinya tau diri sedikit. Ada begitu banyak tokoh politik dan PNS yang tidak suka, bahkan cenderung membencinya. Terlalu naif kalau kita menutup sebelah mata melihat fenomena ini. Itu tandanya apa? Berarti banyak yang tidak suka Ahok. Mungkin ada yang bertanya, tetapi kok banyak survei menempatkan Ahok diposisi teratas? Ah, itu kan hanya survei semata. Terkadang kita temui hasil survei bayaran. Tentu belum lekang dalam ingatan kita hasil survei penghitungan suara pilpres yang berbeda satu sama lain tempo hari bukan?
Fakta di lapangan memang menunjukkan bahwa kemanapun Ahok pergi, maka akan dikerumuni dan dikerubuti orang kayak semut ngerubuti gula. Baru baru ini Haji Lulung mengunjungi salah satu RT/RW saja hanya didatangi segelintir orang, bahkan menurut berita yang saya baca, sang MC sampe harus manggil manggil warga supaya mau datang mendekat. Ini kan menyedihkan. Bagi saya, sekarang Ahok nggak banget deh, meminjam istilah ABG. Ia terlalu populer dan egaliter.Â
Meskipun beberapa artis top menyatakan mendukung, bahkan ada yang sampai foto foto selfie segala, bikin saya cemburu berat, tetap saja saya tidak akan mendukung Ahok. Ini sudah menjadi prinsip saya yang kokoh dan teguh, sekokoh batu karang. Bahkan saya akan semakin banyak menulis lagi setelah ini. Menulis tentang kesewenangan, serta kesemena-menaan Ahok! Keterlaluan!