Kemenangan Argentina menghantam Amerika 4-0 di laga semifinal Copa America 2016 ternyata tidak terulang di final. Lionel Messi, pemain berjuluk ‘La Pulga’ atau ‘si Kutu’ itu memang berhasil menorehkan 55 gol sepanjang kariernya bersama timnas Argentina. Rekor sebelumnya dipegang Gabriel Batistuta yang menciptakan 54 gol dalam 78 laga. Namun pada laga final, kesempatan menjebol gawang lawan dari kotak pinalti, tanpa penjagaan pemain belakang lawan pun tak sanggup ia lakukan. Bagaikan panas setahun dihapus hujan sehari, kegemilangan Messi mencetak 55 gol sebelumnya bersama timnas Argentina seakan hilang tak berbekas ditutupi ketidakberhasilannya mencetak gol di dalam kotak pinalti itu.
Nomor punggung Messi adalah 10. Angka milik para jagoan. Kita tentu tak lupa, Neymar (penyerang Brazil) menggunakan no.10. Lalu Wayne Rooney juga menggunakan no. 10. Sederet nama pemain dan penyerang top lainnya juga menggunakan nomor 10. Sebut saja Michael Owen, Kaká, dan Ronaldinho. Jangan lupa, dua legenda tak terlupakan sepanjang sejarah sepak bola yaitu Pele dan Maradona juga menggunakan nomor punggung 10. Dengan segala kelebihannya maka tak salah Messi memakai nomor 10 ini.
Siapa yang tidak kenal Messi. Pemain kelas dunia, yang oleh Pele disetarakan dengan Diego Armando Maradona. Lalu, Maradona sendiri sudah mengatakan bahwa Messi adalah ‘penerus’nya. Ia itu punya talenta memainkan bola bundar tiada taranya saat ini. Terlahir dengan nama lengkap Lionel Andres "Leo" Messi ia ini adalah juga mega bintang di club Barcelona. Bermain sebagai penyerang, ia tercatat sebagai pencetak gol terbanyak Barcelona sepanjang sejarah. Bahkan melampaui jagoan saya asal Brazil, Ronaldo Luis Nazario de Lima yang juga pernah bermain di Barcelona.
Nah, pada usia masih lumayan belia, yaitu 21 tahun, ia telah dinominasikan untuk Ballon d'Or dan sebagai Pemain Terbaik Dunia FIFA. Pada tahun 2009, sejarah mencatat tentang kecermelangannya dan berhasil memenangi Ballon d'Or serta Pemain Terbaik Dunia FIFA. Messi memang luarbiasa. Namun barangkali tidak untuk timnas Argentina, dimana Messi ‘gagal’ 4 kali berturut-turut. Tidak ada gading yang tak retak, mungkin pribahasa itu sangat cocok menggambarkan Messi yang galau karena gagal.
Kini, kegagalan dia merobek jala lawan, sebagai penembak pinalti pertama timnas Argentina di final Copa America 2016 jelas meruntuhkan optimisme tim Argentina saat itu. Bintang Barcelona ini tidak pernah kesampaian menjadi bintang tim nasional rupanya. Untuk kegagalan itulah maka Messi langsung mengatakan mundur dari tim nasional. Dalam sebuah wawancara dengan ESPN, berkatalah Messi,"My thinking right now and thinking about it in the locker room, I'm done playing with the national team,"
Pemain berusia 29 tahun itu lalu kemudian akhirnya juga bilang begini, "I tried my hardest. It's been four finals, and I was not able to win. I tried everything possible. It hurts me more than anyone, but it is evident that this is not for me. I want more than anyone to win a title with the national team, but unfortunately, it did not happen."Katanya sudah empat final ia lalui bersama tim nasional, namun tak satupun gelar yang sanggup ia bawa pulang. Jadi, menurut Messi tim nasional memang bisa jadi tidak untuk dirinya. Dia sudah melakukan yang terbaik yang dia bisa, namun tetap saja gagal. Ini amat sangat menyakitkan bagi Messi. Dialah pemain yang paling sakit hati atas kegagalan ini, maka terasa wajarlah apabila dia lalu kemudian memutuskan untuk mundur.
Disaksikan tak kurang dari 82.000 penonton di Stadion MetLife New Jersey, baik Argentina maupun Chile tak berhasil menghasilkan gol apapun selama 2 x 45 menit ditambah babak perpanjangan waktu. Hasil ini membuat adu pinalti tentu tak terelakkan. Ulangan final Copa America 2015 lalu kembali mulai terngiang-ngiang. Penjaga gawang Argentina, Sergio Romero memang mampu menepis tendangan pertama Chile yang dilakukan oleh Arturo Vidal. Apakah Argentina terpacu? Semangat dan harapan mereka memang terpompa. Namun mereka gagal memanfaatkan peluang untuk mengungguli Chile tatkala Lionel Messi menyepak bola melewati gawang, hingga mendarat ke kursi penonton. Bintang Club Barcelona itu seketika berbalik dengan tatapan lesu, loyo, dan kepala yang tertunduk, tanda rasa kecewa dan sakit hati yang mendalam. Skor masih tetap imbang.
Penembak kedua dan ketiga Chile, Nicolas Castillo dan Charles Aranguiz, mampu menuntaskan tugas dengan sangat baik. Begitu juga dengan dua penendang Argentina, yaitu Javier Mascherano dan Sergio Aguero. Skor masih tetap saja imbang 2-2. Lalu, Jean Beausejour sebagai penendang ke-empat merobek keras gawang Argentina, sementara itu tendangan Lucas Biglia gagal. Chile bersorak kegirangan. Akhirnya, pemain Chile lainnya, Gato Silva turut memastikan Chile tak tertahankan meraih gelar juara Copa America 2016 lewat tendangannya yang mengecoh Romero. Argentina sudah gagal untuk kesekian kalinya. Miris.
Timnas Argentina belum sekalipun memenangkan gelar juara bersama Lionel Messi. Pemain terbaik dunia ini sudah berulang kali diingatkan, dan bahkan dikritisi. Bertabur kemenangan dan menjadi pemain bintang di Barcelona, namun tak sekalipun meraih gelar bersama tim nasionalnya.
Okelah pada pertandingan final melawan Chile ada alasan bahwa ia begitu ketat dijaga para pemain belakang lawan, membuat ruang geraknya tak begitu banyak. Tetapi pada kesempatan sebagai penendang pinalti pertama bagi Argentina, harusnya ia mampu menjadi pemotivasi timnya. Ia harus menjadi penentu Argentina memimpin skor saat itu. Apalagi penendang pertama Chile sudah gagal. Tetapi apa lacur, tendangannya justru masuk ke ‘gawang penonton’. Bola itu terbang jauh ke angkasa raya. Messi gagal. Argentina pun gagal, dan dengan kegagalan ini mereka harus berbesar hati mengubur impian juara itu dalam-dalam, setidaknya sampai pada Copa America berikutnya. ---Michael Sendow---
“Soccer is simple, but it is difficult to play simple” --- Johan Cruyff