Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jodoh Online? Pengakuan: Saya Akhirnya Selingkuh Dengan Kompasianer Wanita.

15 September 2011   18:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:56 1805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jodoh Online? Pengakuan: Saya Akhirnya Selingkuh Dengan Kompasianer Wanita.

Rupa-rupanya tema Jodoh Online lagi semarak di Kompasiana akhir-akhir ini. Saya membaca, menyimak, menelisik dan akhirnya memutuskan untuk menuliskan pengakuan jujur saya di sini. Bahwa apapun yang kita simpan rapat-rapat pastilah akan terciumbaunya. Dan bahwa saya tidak mau malu kalau nanti tercium sebelum saya mengakuinya. Oleh karenanya, saya berkesimpulan tak mengapalah saya “buka kartu” di artikel ini.

By the way, ada pepatah tua yang mengatakan tak kenal maka tak sayang, ada juga pepatah lain yang mengatakan mencintai tak harus memiliki. Masih ada petuah orang tua-tua lainnya yang masih saya ingat: Cinta butuh pengorbanan, tapi janganlah menjadi korban karena cinta. Ada begitu bayak pepatah tentang cinta. Tapi melalui tulisan ini saya berusaha untuk tidak menjadi buta karena cinta, dan berusaha pula untuk tidak mencintai dengan membabi-buta. Cintailah seseorang pada porsi yang tepat. Pada kondisi dan tataran yang pas. Dan pada situasi yang cocok serta fleksibel.

Setelah lama bergelut di dunia tulis menulis dan pernah menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Equilibrium, maka menulis bukan sesuatu yang baru bagi saya. Jadi menulis itu makanan sehari-hari. Tidak gampang-gampang amat, tapi juga tidak susah-susah banget. Yang merepotkan adalah ketika saya harus menulis surat cinta. Heeemmmm bagaikan disiram air dingin minus 3 di bawah nol. Gemetar dan merinding tubuh ini. Semua persendian seperti mau rontok tak karu-karuan. Tapi apa boleh buat, buat apa boleh, saya beranikan diri menulis “surat cinta” sekaligus pengakuan ini.

Bagi mereka yang “terpaksa” berselingkuh dengan saya, janganlah kalian simpan pengakuan ini rapat-rapat dalam hati kalian, buanglah itu, lepaskan itu di luar sana sekiranya kalian tak menghendakinya. Sebab, saya berselingkuh juga karena terpaksa. Dipaksa oleh rasa pebasaran dan kekaguman saya pada kalian. Jadi saya lalu memutuskan untuk mencoba apakah berselingkuh di dunia online itu enak atau tidak? Lebih tepat berselingkuh dalam dunia kolaborasi tulis-menulis. Berselingkuh di Kompasiana!

Nomor urut selingkuhan di bawah ini tidak bermaksud bahwa yang satu lebih “enak” dari yang lain, pun bukan karena yang satu lebih feminin dari yang lain. Sama sekali tidak. Ini hanya soal keterbatasan ruang gerak saya dalam menulis. Maklum, menghadapi beberapa selingkuhan sekaligus sungguh merepotkan saya. Benar-benar bikin keropos tulang. Jadi saya mulai dari yang pertama bersinggungan.

Karena Kompasiana inilah saya akhirnya berhubungan dengan ‘selingkuhan’ pertama saya. Jasmine Qa (sekarang tinggal Jasmine). Wanita yang belum pernah saya lihat wajahnya satu kalipun ini menulis perjumpaan mayanya dengan “saya” dalam kisahnya di sini Great Mike. Lalu berlanjut dengan Meet Mike. Ia mengajarkan saya banyak hal dalam banyak bentuk. Akhirnya dengan perasaan yang tak terucap lahirlah produkMPK. Kolaborasi cinta dua tulisan. Me, Andrea dan My Feeling. Lalu kisah menggugah, yang sempat membuat saya hampir meneteskan air mata di Erwin & Erwina. Kemampuannya menulis fiksi membuat saya terpesona dan terpelosok. Ya, saya terpelosok lebih dalam di setiap tulisannya, menguyah, memamah, melahap dengan rakusnya setiap tulisan fiksinya. Luarbiasa. Menggemaskan. Menghanyutkan.

Mungkin karena keserakahanlah, lagi-lagi saya menapaki tangga selingkuhan tanpa malu-malu. Saya coba selingkuhan berikutnya. “……Naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali….” demikian penggalan sebuah syair lagu. Tapi kali ini bukan mendaki ke puncak gunung, cinta kami menapaki tangga ke langit bersama mimpi ‘anak angkat’ kami bernama Ruminah. Adalah Hesti Edityo, seorang guru Fisika yang mengajari saya banyak hal dalam banyak bentuk. Bukan secara kebetulan pula kami memiliki hobby yang sama yaitu penyuka dunia astronomy. Mengamati bintang-bintang di langit. Kolaborasi kami menghasilkan buah cinta bernama Ruminah, lahir dan terbaca di sini: Ruminah I dan Ruminah II lalu Ruminah Menggapai Mimpi Setinggi Langit. Bahkan ada karya yang semakin memesona saya: 2012 Kiamat?Kalender Maya I dan 2012 Kiamat?Kalender Maya II. Atau tentang Kutub Yang Berpindah?

Dasar badan saya sudah semakin loyo, usia semakin uzur dan stamina makin menurun….rasa-rasanya tak kuat meladeni selingkuhan saya yang lain. Perempuan enerjik ini sangat feminin. Tapi jangan salah, di balik kefiminisannya ia menyimpan berjuta jurus siluman maut, yang mampu mengoyak hati laki-laki normal. Bahkan sampai menusuk sanubari yang paling dalam, menggoncang keras ruang-ruang di hati mereka yang masih waras. Dan saya masih termasuk waras. Ma Sang Ji, begitulah ia berkenan disapa. Ia mengajar saya banyak hal dalam banyak bentuk. Bahkan menyarankan untuk menerbitkan buku tentang Otak Amerika & Hati Indonesia. Undangan resminya ada di sini. Memang menurut breaking news teranyar, selingkuhan saya ini sudah menyatakan bunuh diri. Tapi saya menyambut “arwah kepenulisannya” dengan tangan terbuka dan mata terbuka, tentu saja diiringi hati yang terangkat. Siluman satu ini memiliki hati yang mengandung banyak unsur feminitas. Intuisinya sangat peka, entahkah karena dia perempuan atau karena dia siluman, atau dua-duanya!

Tapi ada juga selingkuhan yang belum benar-benar menjadi selingkuhan saya. Ia belum saya lamar, tapi keburu dilamar laki-laki parlente lain. Kalau saya kalah cepat, saya maklumi saja. Bahwasanya saya sangat tidak sepadan dan kalah sangat jauh dibanding selingkuhannya yang lain. Siapa itu? Jangan penasaran! Saya kasih tahu nama lawan saya itu: Valentino Rossi, pembalab nomor wahid yang keseringan duduk di atas Ducati. Walaupun ia sudah sering jatuh bangun di aspal jalan, toh tidak pernah membuat sirna cinta Mbak Yayat. Nah, Yayat inilah yang sudah kembali membuka memori saya bertahun-tahun yang lalu ketika saya masih suka “pamer” Harley Davidson di Amrik. Tapi kenangan yang paling tak terlupakan sehubungan dengan balapan, adalah ketika sepeda butut saya nabrak pohon mangga tetangga puluhan tahun yang silam. Balap pertama saya berakhir fatal. Dan umur saya waktu itu baru 11 tahun. Masih di Sekolah Dasar. Karena rasa terharu saya, maka pernah saya sumbangkan satu artikel untuknya, ada di sini: I Yayat U Santi.

Sesungguhnya masih ada dua lagi yang sudah menjadi begitu dekat dengan saya. Maksudnya saya sudah sangat ingin menyelingkuhi mereka. Tapi sampai saat ini baru sebatas memberi komentar cinta. Saya enggan dan agak was-was bila ada pikiran ingin menyelingkuhi mereka atau berkolaborasi. Kenapa? Karena perasaan yang menyelimuti raga ini tak kuasa saya hindari. Perasaan bahwa mereka itu berada jauh di atas saya dalam hal kebijaksanaan. Wisdom menulis yang mereka miliki sungguh mumpuni. Paling-paling lamaran saya hanya akan bertepuk sebelah tangan. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan kegatelan, begitulah kira-kira pribahasanya. Jadi, ditolak sebelum melamar. Hahaha….tapi bukankah cinta tak selamanya harus memiliki? Apapun itu they are truly special person for me in Kompasiana. Indeed!

Eh, tapi siapa mereka berdua? Oh ya, hampir lupa. Saya harus menyebut dengan segala hormat: Mbak Della Anna dan Mbak Aridha Prasetya. Kami sering berbalas pantun dalam berbagai kesempatan berkomentar. Kesalutan dan kebanggaan saya atas keduanya adalah karena pemikiran-pemikiran dan daya ulas mereka yang luar biasa. Having someone like them in Kompasiana is like having a wish come true. No doubt about it!

Akhirnya, terlepas darikepayahan dan kelemahan diri saya meladeni semua selingkuhan saya. Ingin sekali saya mengucapkan berjuta rasa terima kasih sudah mau meladeni saya dalam berbagai kesempatan (bukan dalam kesempitan) dan di sela-sela kesibukan masing-masing.Lalu setelah itu? Ya saya harus kembali pulang ke pangkuan my real fiancéetentunya. Saya harus kembali ke Heidy AdeleydaS. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun jarak yang memisahkan kita. Dan lagi, saya selalu bilang ke dia: I wouldn’t trade the days I’ve spent with you for anything!

Note: Tulisan ini adalah salah satu wujud ungkapan terima kasih saya kepada mereka-mereka yang sudah mau berbagi tulisan melalui kolaborasi dan yang boleh melakukan “inspirational chatting” sehingga boleh memuaskan dahaga saya (kita) dalam menulis. Keep looking forward and be the best! Selamat menulis.

(“Dengan pedang engkau bisa membunuh beberapa orang. Dengan senjata engkau dapat membunuh puluhan orang, tapi dengan tulisan engkau bisa mengguncang dunia, menciptakan peperangan dan membunuh jutaan orang. Sebaliknya, dengan tulisan juga engkau dapat membangkitan dunia, menumbuhkan cinta dan menorehkan sejarah baru”----Michael Sendow.)

Ditulis dengan penuh cinta.

Dari atas sebuah puncak gunung (bukan dalam rangka cicin api yah, tapi cincin cinta).

September 2011.

Michael Sendow.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun