Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anda Belum Kaya, Kenapa?

8 September 2015   16:57 Diperbarui: 8 September 2015   17:01 3544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="10 cara kaya raya (source: financial.bisnis.com)"][/caption]

Anda belum kaya, mengapa? Judul itu bukan untuk memaksa Anda supaya cepat-cepat jadi kaya hehehe...

Menjadi kaya bisa jadi adalah harapan hampir semua orang di muka bumi ini. Masalahnya adalah tidak semua orang bisa menikmati kehidupan yang kaya raya dan punya harta melimpah. Masih banyak orang miskin yang hidup dimana-mana. Jutaan banyaknya, bahkan miliar. Karena ada orang miskin jugalah maka ada orang kaya. Jadi hukum miskin – kaya itu seudah terbukti, karena ada orang miskin maka ada orang kaya. Dia lebih kaya dibanding dia yang lain. Sementara itu dia yang lain itu ternyata lebih kaya dari dia yang lainnya lagi. Saya lebih miskin dari orang itu, namun masih ada yang lebih miskin dari saya. Begitu seterusnya. Hukum kehidupan pun sudah sering terjadi dimana roda kehidupan selalu berputar. Kadang Anda berada di atas, namun tak jarang posisi Anda berada di bawah. Itulah hidup.

Kalau Anda berkunjung ke toko buku manapun, maka tidak sulit menemukan buku bacaan berisikan tentang tips maupun cara-cara menjadi kaya. Mulai dari yang paling sederhana dan kelihatannya sangat mudah diterapkan, sampai kepada yang paling ekstrem dan rasa-rasanya amat sulit dicapai. Buku-buku motivasi menjadi kaya ini laku keras dan termasuk yang paling digemari dan paling dicari. Kenapa? Ya karena sejujurnya siapa sih yang tidak ingin menjadi kaya?

Setelah itu, banyak di antara kita yang kemudian bergegas membeli buku-buku tersebut. Acap kali kita kemudian kecewa, karena ternyata apa yang kita baca tidak semanis yang kita harap terjadi dalam hidup kita. Buku tentang kekayaan dan kemakmuran sudah menumpuk di rak buku kita, tapi kok ternyata tidak kaya-kaya juga, malah ada yang mengeluh, jangankan menjadi kaya, es cendol pinggir jalan pun masih berhitung untuk membelinya saking tidak cukup uang di kantong. Apalagi mau makan di mall-mall besar? Tunggu dulu, pikir seratus kali dulu katanya.

Lalu kemudian kita mulai bertanya-tanya, apa ada yang salah? Apakah penulis buku itu berbohong, atau kitanya yang keliru memahaminya? Banyak jawaban atas pertanyaan itu, semua berpulang pada setiap pribadi kita. Mereka yang menulis buku-buku tersebut juga belum tentu salah atau berbohong. Mungkin saja semua yang mereka tulis adalah berdasarkan pengalaman pribadi mereka, namun toh setiap pengalaman orang belum tentu cocok dan tepat untuk diterapkan atau diikuti orang lain. Kita bisa ambil hikmah dan pelajaran dari buku yang kita baca itu, tetapi bukan mesti sama persis dengan sang penulis buku.

Jadi…?

Kalau kita belum diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menjadi kaya, ya sudah, kita terima saja dulu. Jangan paksakan diri sampai limit Mungkin saja saat ini kita memang belum ditakdirkan menjadi orang kaya yang memiliki harta berlimpah. Kalau demikian adanya, mestinya kita kembali lagi pada sebuah pemahaman universal yaitu untuk tetap bersyukur dalam segala hal. Kalau kita belum bisa menjadi kaya then we must live with it, not avoid it. Bukan juga berusaha mengubahnya dengan menghalalkan segala macam cara. “Akar dari segala kejahatan adalah terlalu mencintai uang dan harta…” Mengucap syukurlah dalam segala hal dan keadaan.

Uang dan kekayaan bukanlah segala-galanya dan satu-satunya yang mesti kita cari dalam hidup ini. Uang itu adalah dan hanyalah sebagai alat bukan tujuan. Sudah sepatutnya kita menjadikan alat sebagai alat dan tujuan sebagai tujuan, kalau kita menjadikan alat sebagai tujuan maka kita tidak akan pernah mendapatkan tujuan hidup yang sebenarnya. Kejatuhan kita adalah ketika kita membuat hidup ini tidak pernah cukup. Selalu saja kita merasa tidak cukup. Tidak cukup ini dan tidak cukup itu. Kekayaan tidak akan pernah mampu dan sanggup membeli kebahagiaan dan kehidupan. Hidup yang diberikan Tuhan adalah anugerah yang tiada taranya. Anda bayangkan saja berapa banyak anak muda kaya raya yang meninggal pada masa muda mereka. Bagaimana lagi mereka bisa menikmati kekayaan yang melimpah ruah itu?

Ada rumusnya lho…

Seperti yang sudah pernah saya tulis di sini: http://www.kompasiana.com/michusa/cara-ampuh-cepat-kaya_55171e66813311cc669de20a

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun