Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anda Adalah Coffee Lover? Let's Ngopi!

9 Maret 2013   05:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:05 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari Minum Kopi

Kopi saat ini sudah menjadi salah satu minuman paling populer di dunia. Kopi sudah menjelma menjadi minuman berdaya tarik luar biasa, baik yang dihidangkan hangat pun yang dingin. Jangan heran pula bila saat ini kopi merupakan komoditas paling banyak nomor dua yang diperdagangkan setelah minyak bumi. Produksi kopi dunia sudah mencapai lebih dari 7 juta ton per tahun. Angka yang tentu tidak main-main. Ia menjadi penyumbang devisa yang sangat besar bagi beberapa negara.

Data tahun 2012 oleh International Coffee Organization (ICO) menunjukkan bahwa eksportir kopi terbesar dunia masih ditempati Brasil. Volume eksport kopi di pasar global pada tahun 2012 meningkat 8,2 % menjadi 113 juta kantung dibanding tahun 2011 yang hanya mencapai sekitar 104 juta kantung.

Di Amerika sendiri ternyata sudah terkenal sebagai salah satu negara yang mayoritasnya adalah peminum kopi. Bahkan ada sebuah penelitian yang mengatakan empat dari lima orang di Amerika minum kopi dan rata-rata menghabiskan 8-10 cangkir kopi sehari! Makanya secara total, lebih dari 400 juta cangkir sehari dihabiskan untuk kopi. Saya termasuk penikmat kopi itu. Penikmat kopi yang boleh dibilang sangat serius. Sampai-sampai saya mengikuti cara benar meminum kopi. Seperti apa? Ya musti seperti ketika Anda minum wine. Kopi jangan langusng diteguk, nikmati dulu aromanya, lalu teguklah kopinya secara perlahan-lahan. Itu baru nikmat.

Nah, di Amerika, kopi-kopi yang terkenal dan dapat dijumpai di hampir seluruh kedai kopi baik itu Arabica maupun Robusta adalah Kopi Kolombia (Colombian Coffee), Kenyan Coffee, Kona Coffee, Jamaican Coffee, Java Coffee, serta Sumatran Coffee. Semuanya sudah pernah saya coba, Kopi Kolombia memang menjadi pilihan saya yang utama, tapi tentu saja Java dan Sumatran Coffee musti juga saya beli, apalagi karena ini adalah hasil dari Indonesia tercinta kita.

Kopi Masuk Amerika

Memang sih, kopi menjadi terkenal di Amerika agak terlambat, jauh setelah negara-negara di wilayah Timur Tengah, Eropa, bahkan Afrika sudah lama menyukai kopi. Setelah kopi masuk Amerika juga malah belum langsung dapat diterima oleh masyarakat Amerika pada umumnya. Apa sebab? Katanya karena kopi belum mampu menggantikan peran alkohol. Nah, nanti ketika terjadi Perang Revolusilah maka permintaan terhadap kopi meningkat sangat tajam, apalagi ketika akses import teh terputus hingga menyebabkan persediaan teh dalam negeri menurun sangat drastis. Beralihlah mereka mengonsumsi kopi. Dari situlah kemudian tercipta iklim ‘coffee lover’ bagi mayoritas penduduk Amerika.

Kini, kalau kebetulan Anda berjalan di sepanjang jalan 42nd street Manhattan New York, ada begitu banyak kedai kopi mulai dari kelas ‘terjangkau’ sampai yang ‘sangat tidak terjangkau’ saking mahalnya berjejer-jejer dan tak pernah sepi pengunjung. Kopi kini sudah menjadi gaya hidup baru warga metropolitan di sana. Sebelum ngantor, “Yuk Ngopi dulu” itulah ungkapan ‘lifestyle’ yang sudah menjadi kemustian orang kantoran. Lantas bagaimana dengan yang kerja di malam hari (‘orang pabrikan’)? Tentu saja, kopi juga adalah pilihan utama, ‘Yuk, ngopi dulu sebelum kerja’. Maklumlah, di sana itu terkenal sebagai kota yang tidak pernah tidur, sebagian besar pabrik di Jersey umpamanya, pasti buka 1 kali 24 jam. Mereka yang kerja shift malam musti berjibaku menahan ngantuk, pilihan yang tersedia sudah barang tentu ngopi. Bisa jadi Anda akan menjatuhkan pilihan pada kopi hitam pekat bernama Ekspresso itu.

13628058071534855466
13628058071534855466

Saya bisa menyebut dan menyarankan Anda beberapa nama tempat lokal untuk membeli kopi yang tak kalah enak kualitasnya dengan yang sudah punya nama. Kalau kebetulan Anda jalan ke daerah ‘perkampungan’ di New York atau Jersey, atau di tempat-tempat lainnya dan keinginan ngopi Anda sudah tak tertahankan lagi, mampirlah sejenak di kedai kopi terdekat untuk segera memuaskan dahaga. Ada Wawa Coffee, baru muncul sekitar dua atau tiga tahun terakhir ini. Di sini cara beli kopinya seperti ini, semua jenis kopi sudah tersedia, krim serta susunya, gula dan semua campurannya, tinggal kita sendiri yang menyeduhnya sesuai selera masing-masing, setelahnya langsung bayar di kasir. Tempat ini sudah semakin menjadi pilihan favorit di daerah Jersey pinggiran.

Beberapa tempat menjual kopi lainnya seperti Seven Eleven, Quick Check, atau beberapa Convenient Store yang menjamur, serta juga mini-mini market di pompa bensin ternyata sering juga menjadi pilihan karena buka 24 jam. Dan lagi, kopi-kopi enak serta berkualitas juga dapat Anda jumpai di tempat-tenpat ini. Pokoknya semuanya dengan harga sangat terjangkau, mulai dari yang 99 cents sampai 3 dollar ada, ya tergantung ukuran apa yang Anda pilih. Jauh lebih murah dibanding jika membelinya di café-café berkelas, atau kedai-kedai pusat kota.

Mari Minum Kopi

Minum kopi sudah menjadi semacam ‘tradisi yang membudaya’ bagi para penikmat dan pencinta kopi (coffee lover). Bayangkan saja, sampai-sampai ada catatan sejarah yang bikin geli bagi mereka yang membacanya. Apa yang lucu? Begini. Katanya di London pada sekitar tahun 1674 ada sekelompok wanita yang mendirikan sebuah ‘organisasi’ bertajuk Women Petition Against Coffee. Wah, apa pasal sampai musti ada petisi menentang kopi dari perempuan-perempuan tersebut? Apa karena kopi membahayakan kesehatan? Ternyata bukan karena itu. Usut punya usut ternyata mereka membuat petisi itu didasari dan dikarenakan mereka kesal serta cemburu karena para suami lebih betah nongkrong sambil menyeruput secangkir kopi di kedai kopi daripada berkumpul dengan anak istri di rumah. Nah lho, luar biasa pengaruh ngopi ternyata ya? Tapi bagi Anda penikmat kopi, let us ngopi!

-Michael Sendow-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun