Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Abang Tukang Bakso, Stop Spamming

1 Oktober 2015   15:53 Diperbarui: 1 Oktober 2015   16:12 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(Pic Source: www.slideshare.net)"][/caption]

Pada tahun 1864, hari minggu sore menjelang malam, beberapa anak muda yang bekerja di sebuah perusahaan telegraph mendadak muncul di depan pintu rumah beberapa anggota parlemen dan orang-orang penting di London. Setiap anak muda itu membawa telegram dalam sebuah amplop yang disegel, bertuliskan ‘urgent message’. Tentu saja para anggota parlemen sangat terkejut, ada apa ini? Kenapa mendadak ada telegram seperti itu. Tidak ada kebakaran. Tidak ada bencana alam apapun. Tidak ada demonstrasi. Lantas apa urgensinya telegram tersebut?

Matthew Sweet menuliskan dalam bukunya berjudul ‘Inventing the Victorians’, bahwa ternyata telegram tersebut datangnya dari Gabriel, perusahaan ‘cabut gigi’ dan pemutih gigi. Pesan dalam telegram itu sebetulnya hanyalah sebuah ‘gently reminder’ mengenai opening hours perusahaan tersebut. Masalahnya, banyak di antara penerima telegram tersebut yang sama sekali tidak punya hubungan apapun dengan tukang cabut gigi tersebut, kenapa harus dapat telegram itu.

Demikianlah keluh kesah mereka yang menerima telegram itu.  Surat original dari telegram tersebut kini tersimpan di Computer History Museum di Silicon Valley. Telegram tersebut dapat dibilang adalah contoh paling pertama dari apa yang sekarang kita kenal sebagai SPAM. Jadi tahun 1800-an juga sudah ada SPAM mula-mula.

Spam adalah penyalahgunaan sistem pesan elektronik (termasuk media penyiaran dan sistem pengiriman digital) untuk mengirim pesan massal yang tidak diinginkan tanpa pandang bulu.

Spam ini biasanya datang bertubi-tubi tanpa diminta dan diundang, sering kali ia juga datang begitu saja tanpa pernah dikehendaki oleh penerimanya. Ada juga spam yang dikirim oleh pembuat iklan. Alasannya apa? Ya karena spam murah banget, bahkan gratis, Anda hanya butuh meluangkan sedikit waktu saja untuk mengirim dan memosting spam tersebut. Tindakan murah meriah ini justru acap kali membuat banyak pihak yang dirugikan. Spam dapat dikirim lewat email, nempel dalam komen-komen di tulisan kita, dan sebagainya.


Nah, akhir-akhir ini ‘penyakit’ menyebarkan spam kembali muncul di Kompasiana. Terus terang saya kesal banget dengan yang namanya abang tukang bakso itu. Bukan karena baksonya basi, sama sekali bukan, melainkan oleh karena kelakuannya itu lho. Akun ini hampir di setiap saat, setiap detik, dia muncul di setiap tulisan saya, dan banyak lapak penulis lainnya, hanya untuk menebarkan ‘dagangan’ spamnya. Kalau jualan, mendingan jualan bakso beneran deh daripada tebar komen copy paste terus-terusan. Bang, itu spam namanya ngerti nggak sih? Bahaya lho! Jualan bakso Malang asli masih lebih untung, jauh lebih untung daripada sekedar spamming....

Selain admin Kompasiana, kita sebagai kompasianer, dan tentu saja masyarakat umum pembaca tulisan kita pasti juga akan merasa tidak nyaman dan terganggu dengan adanya spam. Karena komen-komen spam itu sangat tidak enak dilihat. Ingatlah, berita atau tulisan spam bisa jadi masuk juga dalam kegiatan melanggar hukum, dan merupakan perbuatan pidana yang bisa ditindak melalui undang-undang internet. Hati-hatilah.

Untuk admin, makasih sudah menghapus beberapa spam abang tukang bakso itu, kalau saya lakukan sendiri kadang capek juga.
Marilah kita bijaksana dalam menulis, tetapi juga bijaksanalah dalam memberi komentar. You are what you read. You are also what you write. So, jangan asal-asalan menyebarkan spam. I hate spam. Please stop spamming! Ini serius. ---Michael Sendow---

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun