Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Opini Menyesatkan Teror Rekayasa

17 Januari 2016   17:53 Diperbarui: 18 Januari 2016   10:14 3059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa jadi teroris justru yang menunggangi dan mengambil kesempatan melakukan teror di saat bangsa ini lagi punya banyak masalah. Di saat banyak kasus sementara mengemuka. Supaya apa? Ya supaya akan bermunculan opini yang menyalahkan pemerintah. Menuding pemerintah merekayasa, dan sebagainya. Kalau itu yang terjadi maka teror merekapun berhasil tentunya. Itulah yang diinginkan para teroris. Sementara kita semua saling curiga. Saling tuduh, dan saling ejek, mereka asik tertawa sambil menyiapkan aksi teror selanjutnya.

Untungnya aksi mereka gagal. Mungkin pertama kali dalam sejarah gerakan terorisme, terorisnya lebih banyak yang mati daripada yang diteror. Baguslah tentunya. Supaya mereka sadar dengan siapa mereka berhadapan?

Mereka berhadapan dengan manusia manusia yang tidak takut mati. Mereka mereka yang hidupnya sudah selalu “bersenggama” dengan teror setiap hari. Teror siap mati karena kelaparan. Tetor siap mati karena kemiskinan. Teror siap mati karena ditabrak di jalan umum. Teror siap mati dibacok, dipotong, dan diracun. Teror kematian sudah sangat lama menghantui banyak jiwa di Jakarta ini. Nah, “Ini Jakarta bung, tiada lagi yang harus kami takuti karena semua sudah kami jalani dan rasakan…..”

Akhirnya, mari kita lawan segala bentuk teror secara kolektive. Terorisme adalah musuh kita semua. Musuh bangsa dan musuh peradaban. Kecuali Anda tidak berkebangsaan dan tidak beradab maka silakan cintai terorisme itu dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu.

Kita memang harus “radikal” dalam mempertahankan iman kita. Dan menurut saya, keradikalan yang positif itu ada. Kalau kita radikal terhadap apa yang kita yakini dan amini maka kita harus siap mati. Jihad atas keimanan kita. Bagaimana bisa?

Kita harus siap mati dibunuh demi mempertahankan iman dan keyakinan kita (itu positif), bukan sebaliknya bahwa kita rela membunuh orang lain demi keyakinan dan keimanan kita.

Teroris itu lain. Mereka tega membunuh demi apa yang mereka yakini dan amini. Mereka harus ditangkal dan dilawan. “Membela” teroris dengan cara tak langsung, yaitu menimpakan kesalahan dan tidakan teror dengan mengatakannya sebagai rekayasa pemerintah tentu sangat tak elok. Seakan Anda mencari cari dalih untuk membenarkan teror tersebut. Jangan! // Michael Sendow//

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun