---
Nasrudin Hoja adalah seorang sufi yang diyakini hidup di sekitar abad 13 di Turki, pada masa kekhalifahan Islam hingga penaklukan Bangsa Mongol (bukan si Mongol Stress yah). Ia biasanya tampil dengan keledainya. Kisah Nasruddin sudah dikenal hampir di seluruh dunia.
Lantas apa kira-kira hubungannya kisah ini dengan Jokowi? Tidak ada. Nasruddin bukan kenalannya Jokowi. Sama sekali tidak. Hanya saja saya tergelitik menuliskan cuplikan kisah Nasruddin ini, setelah membaca beberapa kicauan anak-anaknya Jokowi. Cerdik dan cerdas. Seperti Nasruddin yang cerdik dan kocak. Anak-anak Jokowi juga cerdas dan kocak.Â
Memang amatlah benar bahwa kebencian, penghinaan, makian, dan ketidaksukaan tidak harus dibalas dengan kata-kata kasar dan emosi tingkat dewa. Kerap kali, justru semuanya itu mestinya disikapi saja dengan santai, bahkan kalau perlu cukup dengan menertawakannya sebebas-bebasnya.
Dibalik semua hinaan dan kebencian orang, pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Roda kehidupan pasti akan terus berputar. Ada kekuatan maha dahsyat yang memutarnya, seturut kehendakNya tentu saja. Bila ia sudah berputar tak ada satu kuasa apapun yang sanggup menghalanginya.Â
Kaesang Pangarep dan Gibran Rakabumi memiliki akun twitter yang aktif dan memiliki follower dengan jumlah besar. Nah, mereka rupanya dengan penuh gegap gempita saat ini sedang melawan akun-akun yang selama ini menyebar kicauan negatif, provoktif, hinaan, dan sebagainya terhadap ayah mereka.Â
Mereka kini mengcounternya dengan cara santai dan kocak lewat sindiran, metafora, dan atau juga terkadang dengan berbagai bahasa sarcasm. Media sosial menjadi ajang 'perang', bahkan sekaligus untuk berpromosi. Tindakan smart.Â
Mari simak salah satu kicauan Gibran berikut ini, "Yuk makan siang dulu. Ngeshare kebencian juga butuh asupan gizi lho." @Chilli_Pari adalah nama akun twitter yang digunakan Gibran. Dia itu punya usaha catering bernama Chilli Pari Catering.
Menurut beberapa tulisannya Ippho Santoso dalam bukunya yang hampir semua best seller, bahwa kita itu harus pandai mencari cara-cara promosi yang brilian dan out of the box. Lupakan yang konvensional.Â
Cara Gibran berpromosi juga sebetulnya unusual dan menarik. Ibaratnya, sekali melangkah dua gunung terlampaui. Sekali mendayung dua pulau terlewati. Sekali tepok nyamuk mati lalat tewas.Â
Salah satu produk makanan teranyar Gibran adalah "Markobar", sejenis martabak. Jadi pengen nyoba juga nih kayaknya...ha ha ha.Â