Kilas balik "kasih ibu tak terkira sepanjang masa" akan terus saja menghiasi relung-relung hati saya yang paling dalam. Ia yang pernah membungkus dan mebersihkan tubuh saya ketika sempat kehujanan dan jatuh di jalanan lantaran mengejar layangan putus, semasa SMP. Ia yang membelikan sepatu baru bagi saya, meskipun saya tak pernah memintanya, mungkin karena ia melihat sepatu yang saya pakai sudah bolong ujungnya oleh karena ulah nakal saya bermain sepak bola yang terbuat dari jeruk Bali yang gede dan keras itu.
Dia juga yang saban hari membersihkan dan merawat saya dengan penuh kasih tatkala tubuh saya demam tinggi akibat kaki saya tertusuk kawat berduri, dan akhirnya lukanya infeksi. Itu terjadi sehabis saya memanjat pagar terbuat dari kawat duri, saking ngebetnya saya, atau betapa ingginnya saya memetik buah mangga yang sudah sedap dipandang mata dan harum baunya milik tetangga sebelah, gara-gara dahan pohonnya sebagian menjulang ke pekarangan rumah kita. Masih banyak cerita lainnya.
Hal-hal itulah yang membuat saya tak kuasa untuk akhirnya pasrah dan berserah diri pada keinginan hati yang amat kuat dan secara dahsyat mendorong, 'memaksa', lalu mengajarkan saya untuk menempatkan sosok ibu pada posisi luar biasa dalam hidup saya. Menjadikan dia semacam role model dan anutan sejati. Membiasakan diri membalas segala kasih sayangnya yang tulus tanpa pamrih. Menebus semua kegetiran dan kepahitan yang sudah saya hadirkan dalam drama kehidupannya, sebagai seorang ibu.
Beruntunglah saya masih punya seorang ibu. Bagaimana mereka yang sudah ditinggal pergi ibunya bahkan semenjak masi bayi? Maka perlu sekali kita bersyukur atas nikmat Tuhan yang besar ini. Yakni masih memberikan kita kesempatan untuk memiliki dan hidup bersama ibu kita. Ucapkanlah segala rasa sayang dan ucapan cintamu sekarang, sebelum segalanya terlambat, dan jangan menunggu sampai kelak ibu kita sudah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Jangan tunggu sampai dia benar-benar tidak ada lagi. Waktu tidak akan pernah bisa kita putar balik.
Untuk itulah, setiap pulang kampung saya mesti mendekap erat ibu saya. Membiarkan segala kehangatan itu mengalir deras dalam aliran-aliran darah, memompa segenap rasa untuk mencuat muncul ke permukaan. Ia pun selalu saja tak pernah lupa untuk mengelus punggung saya, dan memberi pelukan terhangat di usianya yang semakin menua itu.
Tak terasa waktu memang berjalan sangat cepat. Wajahnya yang semakin menua. Gerakannya kini tidak lagi cekatan seperti dulu. Rambut yang memutih. Semuanya itu justru semakin menghadirkan rasa kasih membara-bara dalam diri saya. Semakin membuat saya mengasihinya dengan amat sangat. Janji yang tak terucap itu akan selalu saya pegang: I will do all my best to make her happy.
Saya jadi teringat kata-kata yang pernah diucapkan oleh seorang yang sangat mahsyur, George Washington, yang juga pernah menjadi Presiden Amerika Serikat. Dia bilang begini, “My mother was the most beautiful woman I ever saw. All I am I owe to my mother. I attribute my success in life to the moral, intellectual and physical education I received from her.” Benar.
Ibu saya juga adalah wujud membumi hadirnya 'sorga' di bumi ini. Sorga tidak semata ada di bawah telapak kaki ibu. Sorga juga sesungguhnya ada dan hadir dalam setiap pelukan seorang ibu. Setiap tetesan air mata seorang ibu. Setiap belaian kasih seorang ibu. Dan juga, dalam setiap bait doa seorang ibu. Karenanya, dia menjadi wanita hebat di balik dan dalam segala 'kebesaran, 'kemegahan', 'kemasyuran', dan 'keberhasilan' saya.
Hari ini, ijinkanlah saya menyampaikan "Selamat Hari Ibu". Tuhan kiranya mendengarkan setiap doa ibu yang terangkat. Tentu juga, semoga Tuhan turut mendengar doa anak-anak yang begitu tulus mendoakan ibu mereka, di seluruh pelosok negeri.
Saya menulis tulisan ini sambil mendengarkan sebuah lagu yang paling pertama kali ibu saya ajarkan dan dendangkan pada saya puluhan tahun lalu, yang masih saya ingat betul (syairnya saya ubah dikit, karena saya ini seorang laki-laki tulen):
Mother, how are you today?
Ibu, bagaimana kabarmu hari ini?
Here is a note from your son
Ini sebuah pesan dari putramu
With me everything is ok
Dan kabarku baik-baik saja.....
Mother, how are you today?
Ibu, bagaimana kabarmu hari ini?
Mother, don't worry, I'm fine
Ibu, jangan kuatir, kabarku baik
Promise to see you this summer
Saya janji akan menemuimu musim panas nanti
This time there will be no delay
Kali ini takkan tertunda lagi
Mother, how are you today?
Ibu, bagaimana kabarmu hari ini?