Saya belum lama tahu, ternyata tanggal 19 November (kemarin) oleh World Toilet Organization (WTO) telah dicanangkan sejak tahun 2001 sebagai sebagai Hari Toilet Sedunia atau World Toilet Day (WTD).Â
Dan kemarin, perayaan hari toilet sedunia dirayakan tak kurang di 19 negara dan ada puluhan event yang diselenggarakan. Kebanyakan yang berperan adalah institusi atau badan-badan yang bergerak di bidang kebersihan, dan yang ada hubungannya dengan ketersediaan air bersih.
Pada dasarnya WTO menciptakan hari toilet sedunia (WTD) adalah untuk mengangkat kesadaran global bahwa sesungguhnya masih ada sekitar 2.5 miliar (40%) orang hidup di dunia tanpa memiliki akses untuk hidup bersih, sehat, serta nyaman. Mereka tidak memiliki akses pada fasilitas toilet yang layak dan bersih. Bahkan ada ratusan juta di antaranya yang memiliki toilet sangat sangat tidak layak.Â
Dan yang lebih parah lagi, ada sekitar 1.1 miliar orang yang terpaksa harus buang air besar dan air kecil di tempat terbuka. Akibatnya? Pencemaran di sana sini pun tak terhindarkan. Di Indonesia sendiri ada sekitar 20% penduduk atau sekitar 50 juta orang yang belum dapat mengakses sanitasi secara layak.
Tidak memiliki, atau kurang terjaminnya akses pada kesehatan, kebersihan, dan kenyamanan sudah barang tentu akan sangat berpengaruh pada kesehatan, emosi, dan psikologis mereka.Â
Bagaimana mau sehat kalau toiletnya begitu jorok dan kotor. Bagaimana mau sehat bila untuk makanpun harus satu ruangan dengan toilet. Atau juga, bagaimana mau nyaman ketika toilet yang sederhana pun mereka tak punya.
Dua tahun lalu popularitas hari toilet sedunia mulai naik. Walaupun mungkin kita di Indonesia masih menganggap sepi, dan atau berpikir bahwa hal itu tidak terlalu penting. Kita mungkin saja masih memandang sebelah mata.Â
Nah, tahun 2010 itu ada kampanye bertajuk "Big Squat", dan lantas setelah kampanye perdana itu mulai bermunculanlah kampanye-kampanye serupa di berbagai pelosok dunia. Di Singapura lebih dari 600 squatters bergabung di lima lokasi yang tersebar di Singapura.
Masuk pada kondisi ini kita lalu bertanya, apa akibatnya? Wah, mari kita mulai untuk berpikir bahwa pada saatnya nanti, yang akan merasakan akibat buruk dari kurangnya akses sanitasi dan toilet yang layak akan berdampak ke kita semua juga.Â
Jangan berpikir bahwa toh mereka yang akan terkena akibatnya, bukankah saya memiliki toilet dari marmer dan sangat bersih. Jadi untuk apa dipikirkan. Kepedulian kita bukan hanya akan berdampak pada mereka, tapi juga pada hidup kita sendiri. Sebaliknya begitu juga ketidakpedulian kita akan berdampak bagi kita juga. Vice versa.